Rabu, 05 Oktober 2016

Identifikasi Anak Cerebral Palsy



A.    Pengertiaan Identifikasi
Anak CP memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak normal lainnya, walaupun demikian mereka memiliki kebutuhan yang sama, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, salah satunya adalah melalui pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak CP, diperlukan tersedianya informasi/ data yang tepat yang dapat diperoleh dari kegiatan identifikasi. Yang dimaksud dengan identifikasi adalah proses pengumpulan informasi / data tentang penampilan individu yang relevan untuk pembuatan keputusan (Ronald L. Taylor, 1984) baik yang dilakukan oleh guru umum, guru khusus, psikolog pendidikan, spesialis, terapis dan personal lain yang berkepentingan dengan program pendidikan anak.
John Salvia & James E. Ysseldyke (1981) mendefinisikan istilah identifikasi sebagai suatu proses untuk menentukan dan memahami penampilan individu-individu dan lingkungannya. Identifikasi sebagai suatu proses, selalu meliputi kegiatan evaluasi dan iterpretasi, baik yang dilakukan oleh orangtua, guru, maupun personal sekolah lainnya.
B.     Tujuan Identifikasi
Untuk memperoleh data / informasi tentang anak dan lingkungan yang berguna untuk mengetahui sebab-sebab kelainan, menentukan diagnosa tipe kelainan, kemampuan dan ketidakmampuan fisik dan psikis anak serta untuk merancang program perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing anak.
Selain hal tersebut, identifikasi juga dimaksudkan untuk membantu proses penyembuhan atau mengurangi masalah-masalah yang timbul akibat kecacatannya. Bentuk layanan tersebut antara lain terapi bicara (speech therapy), terapi fisik (physio therapy), terapi musik (music therapy), terapi okupasi, terapi bermain, maupun dalam bentuk sosial psikologis.
C.     Ruang Lingkup Identifikasi
1)      Identitas anak dan keluarga
Didalamnya mencakup nama, ttl, jenis kelamin, no.telp, dokter yang menangani, nama orangtua, pekerjaan orang tua, hubungan darah, dll.
2)      Riwayat Anak
Didalamnya mencakup :
a)      Riwayat kelahiran ibu dan anak semasa masih dalam kandungan
-          Umur ibu waktu mengandung
-          Kondisi kesehatan ibu secara umum
-          Kecelakaan / benturan yang dialami
-          Lamanya ibu mengandung
-          Keluhan ibu waktu mengandung
b)      Riwayat kelahiran anak
-          Usia bayi waktu dilahirkan
-          Siapa yang membantu kelahiran
-          Berat badan bayi waktu lahir
-          Kemungkinanadanya bantuan pernafasan
-          Reaksi bayi yang muncul pertama kali setelah dilahirkan
c)      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
-          Kelainan yang tampak pada kepala, tangan, jari tangan, kaki, jari kaki
-          Kemampuan menggerakan anggota gerak tubuh
-          Kemauan meminum ASI
-          Bagaimana grafik berat badan anak
-          Imunisasi apa saja yang pernah diperoleh
-          Pada usia berapa ASI dihentikan
-          Kemampuan / kebiasaan makan anak
3)      Kemampuan dan Ketidakmampuan Fisik Anak Sekarang
Hal ini merupakan indikator penting dalam menetapkan apakah seseorang mengalami kelainan CP atau kelainan jenis lain (Tunanetra, tunarungu, tunagrahita,dll). Artinya bahwa pada anak CP kondisi fisiknya harus ada gejala-gejala dari gerakan otot-otot yang disebabkan karena kerusakan dalam otak (Soeharso, 1998). Tanpa ada hal tersebut maka pembuatan diagnosa CP dapat diragukan.
Anak CP dapat juga memiliki gejala-gejala pada fungsi mata, telinga, kecerdasan rendah, dll. Akan tetapi pada CP selalu terdapat gejala-gejala pada pergerakan otot, sedang anak yang mempunyai tuna pendengaran atau kecerdasan belum tentu CP. Kondisi fisik yang perlu memperoleh perhatian dalam mengadakan identifikasi antara lain sebagai berikut :
a)      Keadaan otot
Otot pada tubuh adalah jaringan yang menghasilkan tenaga akibat proses memendek dan memanjang otot. Proses ini biasanya disebut dengan istilah kontraksi. Akibat adanya kontraksi otot, persendian dimana otot tersebut melekat dapat digerakkan. Berikut ini didalam melakukan identifikasi kemungkinan adanya kelainan otot, yang perlu diperhatikan antara lain :
1)      Kemungkinan adanya kelainan akibat tonus otot
Apabila sendi digerakkan secara pasif tonus dirasakan kurang dari normal atau tahannya berkurang, maka dikatakan hipotonus (ketegangan otot kurang dari normal), sebaliknya bila sendi digerakan secara pasif ternyata tonus bertambah atau lebih tegang maka dikatakan hipertonus (ketegangan otot lebih dari normal)
2)      Kemungkinan adanya kelainan kinematik
Gerak ini meliputi sifat gerak dan pola gerak. Sifat gerak meliputi kecepatan dan kelambatan gerak sendi, sedang pola gerak lebih ditunjukan pada jenis gerakan yang ditimbulkan sesuai dengan kemungkinan pola gerak masing-masing persendian. Bentuk dari kelainan ini antara lain :
-             Gerak chorea, yaitu gerakan cepat, mendadak, tidak disadari dan tidak terkontrol, serta tidak jelas tujuannya.
-             Gerak athetosis, yaitu gerak yang tidak disadari, gerakannya lambat seperti gerakan cacing, kadang irama aplitudonya besar sehingga disebut gerak chorea tipe balistik.
-             Gerak distonia, yaitu gerakan lambat akibat tonus yang berlebihan.
-             Gerak tremor, yaitu gerakan yang iramanya kecil-kecil secara bergantian antara posisi otot.
-             Gerak ataxia, yaitu gerakan dengan gangguan keseimbangan sehingga tubuh tidakstabil dalam satu posisi yang diambil.
3)      Kemungkinan adanya gerakan oleh karena kelumpuhan otot anggota gerak
Suatu gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh adanya kelumpuhan otot biasanya akan tampak adanya gerakan yang tidak normal. Bentuk kelainannya adalah :
-                Kelumpuhan monoplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai satu anggota gerak saja (anggota gerak atas atau bawah)
-                Kelumpuhan paraplegia, yaitu kelumpuhan otot yang mengenai kedua anggota gerak bawah atau kaki.
-                Kelumpuhan diplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai kedua anggota gerak. Biasanya yang terkena petama adalah kaki (berat), lalu lengan (agak ringan)
-                Kelumpuhan hemiplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai separo atau setengah anggota gerak badan, dapat sebelah kanan atau kiri.
-                Kelumpuhan triplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai tiga anggota gerak, baik dua ditangan satu dikaki, maupun sebaliknya.
-                Kelumpuhan tetraplegia/quadriplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak tubuh.
B.  Keadaan persendian
Gangguan persendian yang dialami oleh anak-anak cerebral palsy, umumnya terjadi akibat lamanya otot yang ada di sekitar sendi tersebut tidak digerak-gerakkan. Jadi gangguan persendian tersebut ada hubungannya dengan gangguan fungsi otot syaraf.
Adanya kelainan sendi yang disebut hipermobility joint, biasanya disebabkan oleh adanya tonus otot yang lemah atau lembek. Karena adanya tonus otot yang kuat dan telah lama tidak pernah digerakkan. Pada anak cerebral palsy, persendian yang sering mengalami gangguan kelainan fungsi adalah pada :
1.      Sendi bahu
2.      Sendi siku
3.      Sendi pergelangan tangan
4.      Panggul/panggul paha
5.      Sendi jari tangan
6.      Sendi lutut
7.      Sendi pergelangan kaki
8.      Sendi jari kaki
Pada orang normal, biasanya persendiannya memiliki kemampuan gerak yang tertentu, yaitu:
1.      Gerak sendi  fleksi  dan ekstensi
Gerak fleksi, yaitu gerak memperkecil sudut, gerak ekstensi, yaitu gerak memperbesar sudut diantara dua bidang segital (bidang yang sejajar dengan bidang medial).
Otot yang melakukan gerakan- gerakan tersebut dinamakan otot betul (muskulus fleksor) dan otot hedang (muskulus ekstensor).
2.      Gerak sendi abduksi dan gerak adduksi
Gerak abduksi, merupakan gerakan  kesamping, Biasanya diartikan juga gerak yang menjauhkan bagian rangka dari tengah badan. Gerak adduksi yaitu gerakan ke tengah yang merupakan gerak mendekatkan bagian rangka dari tengah badan.
Otot-otot yang melakukan gerakan tersebut dinamakan penggerak ke samping (muskulus abduksor) dan penggerak ke tengah (muskulus adduksor).


3.      Gerak rotasi
Gerak rotasi merupakan gerak perputaran atau gerak sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka , atau sekeliling sumbu yang hampir terhimpit dengan sumbu panjang.
Otot-otot yang melakukan gerakan rotasi dinamakan otot pemutar (muskulus rotator).
4.      Gerak sirkumduksi
Gerak sirkumduksi merupakan gerak lingkar atau gerak kombinasi antara gerak yang telah diketengahkan diatas. Pada bagian kerangka membuat suatu bentuk seperti kerucut yang mangkuknya  terdapat pada tempat sendi. Ada beberapa istilah gerakan yang mengalami perubahan nama pada beberapa pada daerah tertentu, misalnya:
1.      Anterfleksi dan retrofleksi : pengganti istilah gerak fleksi dan ekstensi  yang ada pada sendi bahu dan pangkal paha.
2.      Abduksi ulnaris dan baduksi radialis :  digunakan pada gerakan pangkal tangan, sebagai pengganti istilah abduksi dan adduksi tangan.
3.      Torsio : istilah pengganti istilah rotasi tubuh
4.      Endrorotasi lengan bawah yang disebut pronasi, sedang eksorotasi pengganti istilah supinasi  yang berarti gerak yang menelungkupkan lengan mulai dari siku, sedang sendi dan ujung lengan menetap di suatu tempat, istilah pronasi berarti gerakan kebalikannya.
Kegiatan identifikasi terhadap kemampuangerak sendi, sangat perlu dilakukan, karena dengan data yang diperolah akan umenjadi dasar dalam program rehabilitas selanjutnya yang harus diikuti oleh anak yang bersangkutan.
Pola gerak pada sendi untuk bisa diketahui kelainan sendi:
1.                  Sendi bahu
Sendi bahu normal memiliki empat kemungkinan gerak :
-                      Gerak abduksi dan adduksi
-                      Gerak fleksi dan ekstensi atau gerak anterfleksi dan retrofleksi
-                      Gerak rotasi
-                      Gerak sirkumduksi
2.                  Sendi siku
Sendi siku mempunyai dua kemungkinan gerak:
-                      Fleksi dan ekstensi
-                      Supinasi dan pronasi

3.                  Sendi pergelangan tangan
-                      Fleksi dan ekstensi
-                      Gerak fleksi penyamping, yaitu gerak menelungkupkan atau menggerakkan telapak tangan kearah samping dengan posisi telapak tangan seperti orang yang sedang mengangkat tangan dengan telapak tangan terbuka menandakan perpamitan sambil mengucapkan dada…”
-                      Gerak sirkumduksi
4.                  Sendi panggul/ pangkal paha
Memiliki kemungkinan gerak yang hampir sama dengan sendi bahu.
5.                  Sendi jari tangan
Memiliki tiga kemungkinan gerak yaitu:
-                      Fleksi dan ekstensi
-                      Abduksi dan adduksi
-                      Sirkumduksi
6.                  Sendi lutut
Memiliki kemungkinan gerak fleksi dan ekstensi yaitu gerak melengkung dan meluruskan posisi lutut.
7.                  Sendi pergelangan kaki
Sendi ini memiliki dua kemungkinan gerak, yaitu:
-                      Gerak fleksi dan ekstensi
-                      Inversi dan eversi yaitu gerak sendi pergelangan kaki yang memutar ke dalam dan keluar.
8.                  Sendi jari kaki
Sendi ini memiliki kemungkinan gerak yang sama dengan sendi jari tangan. Hanya saja tidak ada gerak opotemen.
          Dengan mengetahui kemungkinan gerak, maka di dalam mengadakan identifikasi dapat dilakukan percobaan gerakan tertentu sesuai dengan kemungkinan gerak pada persendian. Apabila tidak dapat dilakukan oleh anak tersebut merupakan gejala kemungkinan adanya kelainan persendian. Gejala kelainan antara lain:
a.                   Persendian yang diukur tidak dapat digerakkan sama sekali (keadaan kontraktur),
b.                  Selama sendi digerakkan, anak menunjukkan adanya nyeri pada persendian, akibat hambatan rentang gerak sendi (range of motion).
c.                   Gerak sendi yang lambat.
d.                  Adanya bentuk sendi yang tidak normal (deformitas).
C.       Kelainan fungsi syaraf
Kondisi fisik lain yang perlu identifikasi adalah tunggal syaraf khususnya pada organ otot yang ada kaitannya dengan organ gerak tubuh.
1.   Derajat kelainan syaraf
a.                   Derajat awal disebut neourpraksia dimana syaraf hanya mengalami kelayuhan sementara akibat adanya benturan bengkak. Sementara jaringan syaraf dalam keadaan normal dan kondisi ini apabila memperoleh pengobatan dapat normal kembali.
b.                  Derajat selanjutnya, disebut axonotnesis, dimana serabut syaraf (axon) mengalami kerusakan, sementara pembungkusnya yang di luar masih masih dalam keadaan normal. Kondisi ini biasanya sulit memperbaiki fungsinya untuk menjadi normal kembali.
c.                   Derajat ketiga
Disebut neuronotnesis, lebih berat dari derajat awal dan selanjutnya, dimana selaput pembungkus nyelin dan berkas axon syaraf keduanya mengalami kerusakan, sehingga fungsinya tidak dapat kembali. 
2.   Kemungkinan kelainan syaraf yang berhubungan dengan anggota gerak tubuh
Kelainan fungsi syaraf akan mempengaruhi target organ yang dipersyarafi pada anak-anak CP sangat sering dijumpai di lapangan. Apabila fungsi motorik syarafnya menurun, maka otot yang dipersyarafi akan menjadi lebih normal. Fungsi motorik syaraf dikendalikan oleh otak. Apabila kendali motorik otot hilang maka fungsi syaraf akan berlebihan, sehingga organ otot yang diurus akan menjadi hipertonus atau tonus yang meningkat.yang menimbulkan kelainan fungsi gerak kenematik.
Manifestasi gangguan fungsi syaraf yang mudah dikenal adalah : otot mudah  lembek dan kekuatan otot nol, keadaan otot ini disebut fleksid dan gerakan sendi aktif tidak ada. Dalam kegiatan identifikasi, kemungkinan adanya kelainan syaraf dalam bentuk adanya otot yang fleksid dan spastic ini perlu menjadi salah satu pusat perhatian, terutama pada otot sendi yang ada pada anggota gerak tubuh karena akan sangat mendasari fungsi kemampuan monolog diri sendiri.
3.   Kemungkinan kelainan syaraf yang berhubungan dengan organ bicara
Derajat gangguan bicara:
a.          Anak tidak mampu mengikuti dan mengerti rangsangan benda visual, bunyi suara, baik rangsangan itu berupa benda visual, bunyi suara, atau lainnya. Derajat kelainan pada anak yang mengalami gangguan dalam menerima rangsangan sensoris semacam ini disebut aphasia sensoris.
b.         Ada anak  yang dapat menerima dan mengerti rangsangan yang diterima, tetapi fungsi motorisnya tidak mampu mengendalikan gerak otot bicara. Akibatnya tidak terjadi respon verbal dalam bentuk kata-kata. Gangguan semacam ini termasuk gangguan motoris pada otot bicara, aphasia motoris.
c.          Ada anak yang mampu menerima rangsangan, mengerti dan mampu mengeluarkan kata-kata, akan tetapi respon verbal yang diberikan tidak jelas atau tidak sempurna.
4.   Kemungkinan kelainan syaraf yang berhubungan dengan fungsi pendengaran dan penglihatan
Gejala gangguan pendengaran dan penglihatan ini sering dijumpai pada anak-anak cerebral palsy. Untuk itu didalam mengadakan indentifikasi, sangat penting dilakukan penyanderaan pada fungsi mendengar dan fungsi melihatnya,
5.   Kemungkinan kelainan syaraf yang berhubungan dengan sikap tubuh
Anak-anak CP kadang-kadang menunjukkan gejala sebagai berikut:
a.                Sikap leher angsa (swan neck)
Terjadi akibat gerak refleksi otot leheryang tidak disadari dan tidak dimanfaatkan untuk mengontrol posisi kepala secara berimbang.
b.               Sikap katak
Terjadi Karena adanya kelebihan dari anggota gerak atas dan bawah.
c.                Sikap asimetris dinamis
Terjadi pada tipe athetoid akibat estafet kontraksi otot yang salah, yang dimulai dari primitive reflek asimetris pada bayi menjadi patologis.
d.               Kaki penyilang
Terjadi adanya ketegangan otot pada sisi dalam yang berlebihan, sehingga sikap kaki saling bersilang.
D.                Kelainan koordinasi atau kerjasama antara otot, sendi syaraf
Koordinasi diperlukan untuk kelancaran dan ketepatan gerak, karena kurangnya koordinasi otot dan syaraf sesuatu anggota tubuh berakibat kaku dan canggungnya gerak anggota tubuh tersebut. Segala gerak bertujuan, memerlukan koordinasi. Seperti koordinasi antara anggota gerak yang ada pada seorang anak yang mengalami cerebral palsy, harus ikut menjadi salah satu sasarannya yang diidentifikasikan.
E.                 Kelainan gerak pada anak balita
Dalam identifiksi kelainan anggota gerak yang tidak nyata pada anak balita termasuk kegiatan yang sulit. Namun demikian berhubung pertolongan rehabilitasi  yang diberikan lebih dini dapat lebih berhasil (Soeharso, 1988), maka kegiatan identifikasi padda anak dibawah lima tahun harus dilaksanakan. Perkembangan gerakan pada anak normal tidak terlepas dari dari prinsip-prinsip sebagai berikut:
-                      Perkembangan gerak, dimulai dari bagian proksimal (pangkal) menuju kebagian yang distal (teru Jung/feriferal)
-                      Dimulai dari sikap fleksi menuju sikap ekstensi
-                      Bahwa perkembangan anak ada tahapan-tahapan tertentu dimulai dari satu tahap menuju tahap berikutnya berlangsung secara berurutan. Misalnya : tahapan perkembangan dapat duduk, kemudian berdiri dengan berpegangan, diteruskan berdiri tanpa berpegangan , berjalan, dan seterusnya sesuai dengan usia perkembangannya
-                      Perbedaan individual, artinya walaupun tahapannya sama antara anak satu dengan yang lain tetapi pencapaiannya berbeda-beda tiap anak. Misalnya: ada anak mampu mengangkat kepala pada usia 14 minggu (anak di desa) ada pula yang 18 minggu (anak di kota)
-                      Perkembangan dini merupakan fondasi untuk perkembangan berikutnya. Misalnya: sebelum dapat berjalan terlebih dulu harus bisa berdiri.
Kegiatan identifikasi kemampuan gerak anak balita di Indonesia, dapat menggunakan tabel “batas usia pencapaian” perkembangan hasil penelitian Departemen Kesehatan R.I (1990). Berikut tabel yang dimasksud :
No
Keamanan perkembangan
Batas usia



Desa
Kota
1
Gerakan yang sama
2 mg
2 mg
2
Mengangkat kepalan dengan tegak
14 mg
18 mg
3
Duduk dengan kepala tegak
15 mg
22mg
4
Mengangkat dada
20 mg
22mg
5
Duduk tanpa penyangga selama 30 detik
8 mg
9 bln
6
Bediri dengan berpegangan selama 0 detik
11 mg
10 bln
7
Berjalan dengan berpegangan
1 thn
1 thn
8
Berdiri tanpa berpegangan selam 30 detik
1.5 thn
1.5 thn
9
Berjalan dengan baik
1.5 thn
1.5 thn
10
Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah
2 thn
2 thn
11
Naik tangga dengan berpegangan
2 thn
2.5 thn
12
Melempar bola dari atas kepala
3.5 thn
4 thn
13
Berdiri satu kaki tanpa berpegangan selama 2 detik
3 thn
3 thn
14
Berjalan jinjit
3.5 thn
3thn
15
Menangkap bola


Gambar 10 : Batas Usia tercapainya Kemampuan Perkembangan GERAK KASAR Anak Balita Menurut Tipologi Wilayah (Sumber DEPKES, 1990).

           No
Keamanan perkembangan
Batas usia



Desa
Kota
1
Mengikuti gerakan obyek dengan menggerakkan kepala
6 mg
8 mg
2
Bermain dengan kedua tangan
12 mg
14 mg
3
Menggenggam
14 mg
14 mg
4
Memberikan reaksi ke arah sumber-sumber cahaya
14 mg
12 mg
5
Meraih mainan didekatnya
22 bln
8 bln
6
Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lain
7 bln
11 bln
7
Memukul benda
9 bln
1.5 thn
8
Mengambil benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari
1 thn
2 thn
9
Menyusun tiga buah kubus tanpa jatuh
2 thn
4.5 thn
10
Mencontoh, membuat gambar garis lurus
3.5 thn
5 thn
11
Mencontoh membuat lingkaran
4 thn
5 thn
12
Memcontoh membuat garis silang
4.5 thn
6 thn
13
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh bergambar
5.5 thn
6thn
14
Mencontoh gambar bujur sangkar
5 thn
6 thn
15
Menggambar orang dengan 6 bagian tubuh tergambar
6 thn
6thn
Gambar 11: Batas Usia tercapainya Keamampuan Perkembangan GERAk HALUS Anak Balita Menurut Tipologi Wilayah (Sumber DEPKES, 1990)
F.         Ketidakmampuan dalam kegiatan hidup sehari-hari
Anak cerebral palsy sering mengalami hambatan dalam kegiatan sehari-hari (ADL) hal ini akibat dari kelainan yang mereka miliki. Menurut Soeharso (1982) dan Buchwald (1952) , hasil identifikasi di bidang ADL sangat penting untuk mengetahui kebutuhan rehabilitasi dan pendidikan anak yang bersangkutan, seperti terapi okupasional, terapi fisik, maupun pelaksanaan pendidikan bidang studi keterampilan.
            Inti dari identifikasi di bidang ADL adalah untuk (a) mengetahui fungsi-fungsi keperluan tubuh, (b) fungsi jari-jari dan tangan, dan (c) fungsi gerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Ruang lingkup materi identifikasi CP di bidang ADL antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.      Kegiatan di tempat, terdiri dari :
a.       Kegiatan di tempat tidur
b.      Kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan toilet
c.       Kegiatan makan
d.      Kegiatan memakai dan melepas pakaian
e.       Kegiatan yang menggunakan tangan
f.       Kegiatan yang menggunakan kursi roda
g.      Kegiatan meninggikan
2.      Kegiatan berjalan, meliputi :
a.       Berjalan
b.      Gaya berjalan
c.       Pendidikan
d.      Kegiatan perjalanan (traveling)
Ruang lingkup identifikasi untuk anak CP di bidang ADL meliputi :
1.      Identitas anak
2.      Tes kegiatan diatas tempat tidur
3.      Tes mengenakan dan melepas pakaian
4.      Tes untuk kebersiahan badan
5.      Tes menggerakkan jari tangan :
a.       Tes persiapan
b.      Tes memakai tanagn
c.       Tes makan dan minum
d.      Tes menulis
6.      Tes bergerak
a.       Tes denagn kursi roda
b.      Tes berjalan, termasuk gaya berjalan
c.       Tes mendaki
4)      Identifikasi Aspek Psikis Anak
Tujuan kegiatan identifikasi psikis dalam hal ini lebih bersifat pendukung yang berguna untuk menyusun proram rehabilitasi dan pendidikan anak selanjutnya. Dari beberapa literatur yang membahas temtang psikis anak yang diduga cerebral palsy seperti Budi Anna Keliat (1992), Soeharso (1982, 1952), Direktorat Rehabilitasi Penderita Cacat Ditjen, Bihrehsos, DEPSOS, (1991), Viola E. Cardwell, (t.th), setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu diadakan identifikasi, yaitu aspek kecerdasan, kepribadian dan perilaku.
a.                  Identifikasi kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi merupakan kemampuan umum yang dimiliki individu untuk berbuat dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional dan mengerjakan sesuatu sesuai dengan lingkungan (David Wechsler, dalam Thulus Hidayat, 1982).
Identifikasi kecerdasan anak yang mengalami kelainan cerebral palsy tidak begitu mudah dilakukan, terutama apabila anak tersebut juga mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, dan kecakapan berbicara. Maka harus memilih suasana emosi anak yang dalam keadaan tenang dan dilakukan oleh petugas yang memiliki kewenangan dalam melakukan pemeriksaan kecerdasan. Hal yang perlu dipertimbangkandalam melakukan pemeriksaan kecerdasan anak CP adalah tidak mencari kelemahan apa yang dimiliki oleh anak melainkan kemampuan “sisa” yang mana yang masih memungkinkan untuk mengikuti pemerikasaan kecerdasan. Dengan demikian kemampuan penglihatan , pendengaran dan kemampuan berbicara ikut menentukan strategi dalam pemerikasaan kecerdasan anak.

b.                  Identifikasi kepribadian
Penyimpangan yang diketemukan dari identifikasi kepribadian, menunjukkan perlunya pembinaan pribadi pada anak CP yang bersangkutan. Stuart dan Sundeen (1991) memberikan contoh individu yang mempunyai kepribadian yang sehat dengan karakteristik sebagai berikut :
1.                  Memiliki gambaran diri yang positif
2.                  Memiliki ideal diri yang realistis
3.                  Memiliki konsep diri yang positif
4.                  Memiliki harga diri yang wajar
5.                  Memiliki kepuasan penampilan peran
6.                  Memiliki identitas yang jelas
Hasil penelitian Cruickshank (dalam Viola E. Cardwell, t.th) bahwa sebagian besar anak-anak CP kurang bahkan hampir tidak memiliki karakteristik yang disebutkan diatas. Hasil penelitian Glick (dalam Viola E. Cardwell, t.th) menyatakan bahwa sekitar 20 persen anak CP yang diteliti memiliki ciri kepribadian sebagai berikut :
1.                  Sikapnya yang tidak realistis
2.                  Perasaan tegang yang hebat
3.                  Ketidakmatangan yang dominan
4.                  Rasa takut yang berlebihan
5.                  Rasa rendah diri yang kuat
6.                  Toleransi yang sedikit terhadap kegagalan
7.                  Hambatan dalam hubungan inter personal
8.                  Tidak ada motivasi
c.                   Identifikasi perilaku
Aspek psikis lain yang perlu diidentifikasi pada anak CP adalah perilaku anak baik perilaku yang merujuk pada kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal-hal yang perlu diidentifikasi antara lain :
1.                  Kemungkinanadanya gangguan persepsi dan berfikir
2.                  Kemungkinan adanya gangguan dalam pembentukan konsep
3.                  Kemungkinan adanya gangguan pada kemampuan untuk mendengarkan/merespon suatu rangsang tertentu
4.                  Kemungkinan adanya sifat tekun yang tidak wajar
5.                  Kemungkinan adanya susah menahan diri
Aspek-aspek perilaku yang disebut diatas hampir dimiliki oleh semua anak CP (dalam Viola E. Cardwell, t.th).
d.                  Perkembangan Bicara, Bahasa dan Kecerdasan balita
Untuk identifikasi ada tidaknya gangguan perkembangan bicara, bahasa, dan kecerdasan balita salah satu sarana adalah menggunakan instrumen Denver Development Screening Test (DDST) (Frankenburg, 1975). Alternatif lain, khususnya di Indonesia ada yang menggunakan“ Buku Pedoman Deteksi dan Stimulasi Dini” yang dikembangkan Departemen Kesehatan R.I.
Dengan instrumen tersebut dapat diketahui anak-anak balita yang mengalami keterlambatan perkembangan bicara, bahasa, dan kecerdasan dengan membandingkan hasil pemeriksaan dengan tabel usia pencapaian bagi anak normal. Selanjutnya aspek perkembangan yang terlambat itulah yang perlu memperoleh stimulasi dini guna mengerjar ketertinggalannya.
Table usia pencapaian perkembangan bicara, bahasa dan kecerdasan anak balita norml yang dimaksud, sebagaimana tercantum pada gambar 12:
No.
Keamanan Perkembangan
Batas Usia
Desa
Kota
1.
Memberikan reaksi terhadap suara
2 mg
4mg
2.
Tertawa spontan tanpa digelitik
6 mg
10 mg
3.
Memanggil ayah dan ibu
1 th
2.5 th
4.
Menyebut satu benda yang ada di sekitarnya
2.5 th
3 th
5.
Menyebut dan menunjuk 3 bagian tubuh
2.5 th
3 th
6.
Menyebut namanya sendiri dengan lengkap
3.5 th
4 th
7.
Menghitung angka 1 s/d 5
4.5 th
 5 th
8.
Berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap
4 th
5 th
9.
Memahami pengertian besar/ kecil
4.5 th
5 th
10.
Mengenal konsep bilangan
6 th
6 th
5. Identifikasi Aspek Sosial Anak
Seorang anak CP tidak akan mengalami kelainan emosi sementara aspek kepribadiannya baik, atau pendidikannya baik sementara keadaan sosial ekonominya jelek dan sebagainya. Problem sosial yang perlu diidentifikasi sebelum mereka memperoleh pelayanan rehabilitasi dan pendidikan, antara lain :
a.                Emosi dan Kepribadian
Berdasarkan penelitian, umumnya anak CP mengalami hal-hal sebagai berikut :
1)                        Kegagalan dalam kematangan sosial,
2)                        Memiliki sifat ketergantungan yang lebih dominan
3)                        Kepercayaan diri yang rendah
4)                        Minat yang rendah
5)                        Rasa takut yang berlebihan
6)                        Takut menemui kesulitan dalam melakukan hubungan sosial yang lainnya.
b.               Masalah tempat tinggal
Masalah kecacatan fisik, kadang pada anak tertentu membutuhkan perlatan khusus, namun kadang tidak sesuai dengan kondisi di dalam maupun di luar rumah sehingga anak masih tergantung pada orang tuanya.
Kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang berkaitan dengan tempat tinggal tersebut, kiranya perlu diungkap dalam kegiatan identifikasi anak CP. Demikian pula permasalahan yang berhubungan dengan kesulitan ekonomi, pendidikan, rekreasi, pemilihan pekerjaan, transportasi, dan problem sosial lain yang umumnya dialami oleh penyandang CP usia anak-anak dan dewasa.
c.                Perkembangan pergaulan dan percaya diri anak balita
Untuk mengetahi perkembangannya, kita perlu melihat bagaimana perkembangan kemampuan bergaul dan rasa percaya diri yang terjadi pada anak balita usia normal. Sehingga di dalam kegiatan identifikasi kita dapat segera memberikan stimulasi yang adekuat.
Tabel usia pencapaian perkembangan pergaulan dan percaya diri anak balita normal:
No.
Keamanan perkembangan
Batas usia
Desa
kota
1.
Memandang wajah
6 mg
4 mg
2.
Tersenym spontan
10 mg
12 mg
3.
Makan biskuit tanpa dibantu
7 bln
7 bln
4.
Meniru pekerjaan rumah tangga
2 th
3 th
5.
Makan sendiri tanpa banyak tercecer
3.5 th
4.5 th
6.
Berpakaian tanpa dibantu
5 th
4.5 th
7.
Mematuhi peraturan-peraturan sederhana
4 th
4.5 th
D. Metode Identifikasi
Delp & Manning (1981) menyatakan bahwa teknik identifikasi terdiri atas metode (1) inspeksi, (2) palpasi, (3) perkusi, (4) auskultasi, (5) uji laboratorium. Metode identifikasi ini memang lebih tepat di bidang kedokteran namn demikian penanganan anak CP, memang sulit untuk dipisahkan dari disiplin ilmu kedokteran.
Gejala kelainan yang menjadi sasaran observasi pada diri anak, misalnya berapa jumlah anggota badan yang kurang/ tidak berfungsi, gejala kelainan otot, sendi dan syaraf-syarafnya dan lain-lain. Kegiatan pengamatan perlu diseertai ingatan yang cepat, setia, teguh dan luas. Selanjutnya untuk menghindari kelemahan-kelemahan pengamatan yang mungkin timbul, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan :
a.       Mengklasifikasi gejala sebelum pengamatan dilakukan
b.      Pengamatan hanya diarahkan pada gejala-gejala yang memang relevan
c.       Menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak
d.      Melakukan pencatatan dengan segara
e.       Perlu didukung alat-alat pencatat atau formulir isian tertentu
f.       Dapat didukung pula alat-alat mekanik/ elektronik.
Beberapa alat observasi, yang dapat dipergunakan dalam identifikasi adalah :
a.          Check List
Yaitu suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala CP yang akan diamati, seperti sikap berdiri, fungsi tangan kanan/ kiri, dan sebagainya. Di dalam pengamatan tinggal memberikan tanda check (x) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya gejala CP. Daftar ini dapat bersifat individual maupun kelompok.
Contoh : Chesk List Individual
No.
Gejala yang dialami
Ya
Tidak
1.
Salah satu/ kedua tangannya lumpuh


2.
Salah satu/ kedua kaki tidak berfungsi


3.
Gerakan tangan kaku/ kejang/ tremor dst.


Check List Kelompok
Kemampuan yang dapat dilakukan
Nama
Gerak fleksi
Gerak ekst.
Gerak rotasi
Gerak sirkumd
1.      Mawar




-sendi bahu




-sendi siku




2.      Kenanga




-Sendi bahu




-sendi siku




b.         Skala penilaian
Yaitu suatu daftar yang berisiakn ciri-ciri tingkahlaku anak yang dicatat secara bertingkat, yang dapat untuk menerangkan, menggolongkan dan menilai gejala tertentu.
Contoh :
Gejala
Score
1
2
3
4
5
6
7
8
Kerjasama

x






Ketekunan



x




Semangat
x







Keberanian






x

Motivasi, dst.




X



1.      Metode Palpasi
Merupakan cara mengadakan identifikasi yang agak lebih teliti daripada metode pertama, dengan cara meraba di setiap daerah tubuh yang perlu diraba untuk mendapatkan informasi tertentu yang diperlukan.
2.      Pemeriksaan Klinis
Merupakan pemeriksaan terhadap berbagai gejala fisik yang terdapat pada anak CP. Pemeriksaan ini dapat dilaksanakan dengan jalan inpeksi dan palpasi, terhadap perubahan bentuk bagian tubuh anak, serta adanya tanda-tanda yang tidak wajar pada permukaan fisik anak CP.
Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan setelah anamnesa, karen anamnesa ini akan membantu pemeriksaan tubuh secara keseluruhan. Pelaksanaan pemeriksaan klinis yang baik dan teliti adalah pemeriksaan yang menggunakan sistem area, dimana pemeriksaan dengan sistem ini menganjurkan pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan dengan proses sebagai berikut :
a.       Pemeriksaan leher
b.      Pemeriksaan organ gerak
c.       Pemeriksaan perkembangan anak
d.      Kemampuan koordinasi dan keseimbangan
3.      Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengadakan identifikasi dengan melalui percakapan langsung secara lisan, baik terhadap anak CP sendiri, orangtua, atau pihak lain yang dipandang perlu. Wawancara sebagai metode identifikasi, kadang-kadang sebagai pembantu utama daripada metode observasi. Data-data yang tidak diperoleh melalui observasi, dapat digali melalui wawancara. Berhasil atau tidaknya wawancara, tergantung pada tiga hal, yakni hubungan baik antara sasaran dengan pewawancara, keterampilan pewawancara serta pedoman dan cara pencatatan. Khusus dalam mencatat hasil wawancara secara garis dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu :
a)            Pencatatan langsung
Pewawancara langsung mencatat jawaban-jawaban dari sasaran, sehingga kita harus selalu siap di tangan alat-alat atu pedoman identifikasi. Sehinggga hubungan antara kita dengan sasaran menjadi kaku dan tidak bebas serta “raport” dapat terganggu.
b)            Pencatatan dari ingatan
Pencatatan dilakukan setelah wawancara sudah selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini kita tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kita dan sasaran tidak terganggu dan “raport” mudah tercipta.
4.      Metode Tes
Tes merupakan alat atau metode yang paling sering dipergunakan dalam identifikasi pada anak CP dan anak luar biasa pada umumnya.
Metode tes untuk identifikasi anak CP berupa sejumlah item yang berfungsi sebagai alat untuk :
a.    Mengetahui atau menentukan kemampuan otot, baik dalam hal potensi maupun abilitas anak dalam system dan mekanisme gerakannya (kemampuan gerak)
b.    Mengetahui kemampuan gerak sendi tertentu, seperti kemampuan gerak sendi jari tangan dan jari kaki, kemampuan gerak sendi siku, sendi bahu, sendi panggul, sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan kaki dan sebagainya. Tes kemampuan gerak ini, meliputi tes kemampuan gerak halus maupun kemampuan gerak kasar.
c.    Metode tes juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan koordinasi senso motorik, misalnya koordinasi mata dengan gerak tangan, dan gerak kaki.
d.   Macam penggunaan metode tes yang lain untuk mengetahui bakat, minat, sikap, kadar inteligensi dan sebagainya
e.    Tes prestasi belajar, kadang juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan akademik yang sudah dimiliki anak.
Macam-macam tes yang sering digunakan dalam identifikasi anak CP tersebut, dapat menggunakan alat-alat tes yang standart (misalnya tes kecerdasan) maupun alat test yang tidak standart. Alat-alat tes yang tidak standart biasanya dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan penguasaan anak terhadap aspek-aspek atau obyek tertentu. Tes yang digunakan biasanya lebih cenderung bersifat lokal, yang disesuaikan dengan batasan obyek yang ada, yang ingin diketahui.
Pada umumnya tujuan tes dalam identifikasi anak CP untuk mendapatkan data / informasi yang kemudian dianalisis secara intensif (dapat secara timwork ataupun sendiri-sendiri) terhadap latar belakang keadaan atau gejala, agar dapat digunakan sebagai pedoman dalam usaha penyembuhan / terapi maupun penyusunan program edukasi berikutnya. Walaupun juga tidak sedikit hasil tes dalam identifikasi anak CP juga berguna untuk rujukan ke ahli terapi tertentu.
Pada umumnya tes individual lebih cocok untuk usaha-usaha terapi (speech therapy, occupational therapy, physio therapy, psychotherapy dan sebagainya), mengingat jenis dan tingkat kecacatan setiap anak berbeda-beda. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, pelaksanaan tes kadangkala dilakukan secara kelompok. Pelaksana tes dalam identifikasi anak CP, bervariasi biasanya adalah : psikolog, dokter, guru khusus, fisio terapis, terapi okupasi, terapis bicara, dan sebagainya dengan waktu pelaksanaan yang bervariasi juga.
E.   Instrumen dan Cara Penafsiran Hasil
Pada umumnya, instrument yang digunakan untuk identifikasi anak CP instrument yang telah distandarisasikan, kecuali beberapa instrument identifikasi tertentu. Selain itu, instrument identifikasi yang dapat dijumpai dalam literature adalah instrument yang pernah diujicobakan oleh ahli-ahli tertentu, yang telah terbukti memiliki keterandalan (reliabilitas) dan kesakhihan (valid). Beberapa pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan instrument identifikasi anak CP adalah :
a.    Tujuan diadakannya identifikasi
b.    Obyek / aspek sasaran identifikasi
c.    Metode identifikasi yang dipilih
d.   Kemampuan / profesi pelaksana identifikasi
Beberapa instrument yang diketengahkan di dalam buku ini, hanya sekedar contoh, bukan satu-satunya instrument yang dapat digunakan dalam kegiatan identifikasi anak CP.
1.    Instrumen Identifikasi Identitas Anak dan Keluarganya
Pengisian instrument ini dapat dengan wawancara dengan orang tua yang mengantarkan anak waktu diadakan identifikasi. Petugas identifikasi dapat petugas pendaftaran murid baru di sekolah, petugas posyandu, petugas di klinik-klinik perawatan anak, para medis di tempat-tempat praktek dokter spesialis, psikolog dan lain-lain. Contoh instrument dapat seperti pada gambar 18 berikut ini :
2.    Instrumen Identifikasi Riwayat Anak
Pengisian instrument ini dapat dengan wawancara dan / atau tes. Ada dua contoh instrument yang dicantumkan dalam buku ini, yaitu model instrument dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983) dan model alternatif.
3.    Instrumen Identifikasi Kemampuan Fisik
Beberapa contoh instrument identifikasi kemampuan fisik dicantumkan berikut ini :
a.        Model Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983)
Gejala yang dapat diamati
Nilai
1.      Anggota – anggota gerak kaku/lemah/lumpuh
2.      Kesulitan dalam gerakan – gerakan : kaku/tidak lentur tak terkendali
3.      Ada bagian – bagian anggota gerak yang tak lengkap/tak sempurna/lebih kecil dari biasa
4.      Ada cacat pada alat gerak
5.      Jari – jari tangan kaku tidak dapat menggenggam
6.      Kesulitan waktu berdiri, berjalan atau duduk dan menunjukkan sikap tubuh yang tidak normal
7.      Gerakan – gerakan hyperaktif/tidk dapat tenang
……………………..
……………………..

……………………..

……………………..
……………………..
……………………..

……………………..
Jumlah

Nilai Standart

Gambar 22 : Contoh instumen identifikasi kemampuan fisik
Sumber : Depdikbud. R.O.1983
Pada instrument di atas, tiap-tiap item yang menunjukkan adanya gejala diberikan nilai 1, sebaliknya yang tidak ada gejala diberi nilai 0. Dengan batas nilai standar 3, maka apabila jumlah nilai identifikasi lebih dari 3 maka termasuk berkelainan. Instrumen tersebut ada kelemahannya, karena walaupun jumlah nilai hasil identifikasi hasnya 1 (satu) tetapi terletak pada point 1 atau 2 atau 4 atau 5, maka anak tersebut sudah dapat dimasukkan berkelainan. Jadi ketelitian dalam identifikasi para petugasnya sangat menentukan kebenaran diagnose kelainan.
b.    Model Pusat Rehabilitasi dan Remediasi (PPRR)  Universitas Sebelas Maret (1991).Contoh instrument lain, hasil pengembangan PPRR UNS (1991) yang mengadaptasi instrument dari Depdikbud (1983) dengan Denver Development Screening Tes (DDST) dan telah diujicobakan di lapangan.
c. Instrumen identifikasi khusus di bidang ADL
1) Model dari pusat rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr. soeharso Surakarta (1994)
Nama anak  :
Umur          :
Kelamin      :
Diagnosa     :
No
Aktivitas
pelaksanaan


Awal  perkembangan

1
2
3
4

5

6


1
2
3
4

5
6
7
8



1
2
3

4
5

6
7


1
2
3


1
2

3
4


1
2
3

4
5
6
7
8
9
10


1
2

3

4
Kegiatan di tempat tidur
Bergerak di tempat tidur
Berguling di tempat tidur
Duduk di tempat tidur
Membungkuk di tempat tidur
Menggapai barang di meja dekat tempat tidur
Menghidupkan lampu

Perawatan diri
Menyisir rambut
Menggosok gigi
Mencukur jenggot
Mematikan/ menghidupkan keran
Mencuci
Menggunakan pot urine
Pergi ke WC
BAK dan BAB

Kegiatan makan dan minum
Mengaduk kopi/susu
Minum dari cangkir
Makan pakai sendok/garpu
Minum dari gelas
Memotong kue dengan pisau
Menciduk makanan
Menyuap nasi

Kegiatan berpakaian
Memakai pakaian
Memakai sepatu
Mengenakan sabuk

Penggunaan alat bantu
Menggunakan alat brace
Pindah dr tempat tidur ke kursi roda
Dari kursi roda ke toilet
Pemeliharaan brace

Kegiatan jalan
Berjalan maju 10m
Berjalan mundur 10m
Berjalan mundur membentuk angka 8
Berjalan ke samping 10m
Buka dan tutup pintu
Menyiapkan alat bantu
Melangkah tanpa bantuan
Berjalan di jalan yang rata
Berjalan di rumput
Berjalan di aspal

Kegiatan naik
Naik turun tangga 3m
Naik 20 tingkat dengan pegangan
Naik 20 tingkat tanpa pegangan
Naik kendaraan (bus)


2) Model dari department of physical medicine and rehabilitation, hospital for chronic illness, 1952
a)      bed activities :
- put on remove pajamas
- turn pages og book and newspaper
- wind wrist watch
- open and close safe
b)      hygienes :
- wash face, hand , and extremities
- trim and clean nails
- brush teeth and comb hair
- shave or women apply cosmetics
c)      Eating
- eat with fingers, butter bread
- eat with fork and spoon
- cut meat with knife and fork
- drink from glass or cup
d)     Dressing
- put on and remove slipover or button shirt, hose and slippers, tie or buckle shoes
- tie bow or tie
e)      Utilities
- door  fastenings
- light switches
-  window, blind and shade
- pencil sharpener and sciessors
- faucets and bottle tops
f)       Communication
- write or type name
- use dial pay telephone
- tell name and address
- understand directions
- open latte, read, and replace
- handle money
4. Instrumen Identifikasi aspek Psikhis
a. Instrumen tes kecerdasan
     (1) Ichtisar
Tes ini dibuat oleh A.Binet dan A.Simon dari Perancis pada tahun 1905, dengan tujuan untuk menemukan secara dini anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan kecerdasan. Batas penerapan instrument ini usia 2 tahun sampai dewasa.
b. Tes kepribadian
            1. Tes bender gestalt (1983)
2. Tes kepribadian dari Minnesota MMPI
3. Rochsach Test
4. Sondy test
5. P-F test
6. SSCT
c. Tes perilaku
            instrument identifikasi penyimpangan perilaku dapat dikembangkan sendiri.
5. Instrument identifikasi aspek sosial
VSMS ( Vineland Social Maturity Scale), instrument ini diciptakan Edgar A. Doolphd pada tahun 1935 untuk usia anak 0-15 tahun.
Prosedur, waktu, dan tempat identifikasi
1.                     Prosedur identifikasi
Terdapat 3 tahap prosedur :
1.      Persiapan, meliputi;
-          Perumusan program
-          Persiapan instrument identifikasi
2.      Pelaksanaan, meliputi;
-          Pengisian formulir identitas anak dan orang tua
-          Identifikasi riwayat anak
-          Observasi kondisi anak
-          Test kemampuan fisik
-          Pelaksanaan test kemampuan gerak
-          Pelaksanaan test neurologi
-          Pelaksanaan tes kecacatan penyerta
2.                     Waktu identifikasi
Waktu identifikasi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
3.                     Tempat identifikasi
Tempat sebaiknya dipilih di tempat yang tenang, dengan penerangan yang normal. Dapat di rumah, sekolah, dokter praktek, psikolog, dll.

sumber:
 Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

1 komentar:

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net