A.
Pengertiaan
Identifikasi
Anak CP memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak normal lainnya, walaupun demikian mereka memiliki kebutuhan
yang sama, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, salah satunya adalah melalui pendidikan.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi anak CP, diperlukan tersedianya informasi/ data
yang tepat yang dapat diperoleh dari kegiatan identifikasi. Yang dimaksud
dengan identifikasi adalah proses pengumpulan informasi / data tentang
penampilan individu yang relevan untuk pembuatan keputusan (Ronald L. Taylor, 1984)
baik yang dilakukan oleh guru umum, guru khusus, psikolog pendidikan,
spesialis, terapis dan personal lain yang berkepentingan dengan program
pendidikan anak.
John Salvia & James E. Ysseldyke
(1981) mendefinisikan istilah identifikasi sebagai suatu proses untuk
menentukan dan memahami penampilan individu-individu dan lingkungannya.
Identifikasi sebagai suatu proses, selalu meliputi kegiatan evaluasi dan
iterpretasi, baik yang dilakukan oleh orangtua, guru, maupun personal sekolah
lainnya.
B.
Tujuan
Identifikasi
Untuk memperoleh data / informasi
tentang anak dan lingkungan yang berguna untuk mengetahui sebab-sebab kelainan,
menentukan diagnosa tipe kelainan, kemampuan dan ketidakmampuan fisik dan
psikis anak serta untuk merancang program perlakuan yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masing-masing anak.
Selain hal tersebut, identifikasi
juga dimaksudkan untuk membantu proses penyembuhan atau mengurangi
masalah-masalah yang timbul akibat kecacatannya. Bentuk layanan tersebut antara
lain terapi bicara (speech therapy), terapi fisik (physio therapy), terapi
musik (music therapy), terapi okupasi, terapi bermain, maupun dalam bentuk
sosial psikologis.
C.
Ruang
Lingkup Identifikasi
1)
Identitas
anak dan keluarga
Didalamnya
mencakup nama, ttl, jenis kelamin, no.telp, dokter yang menangani, nama
orangtua, pekerjaan orang tua, hubungan darah, dll.
2)
Riwayat
Anak
Didalamnya
mencakup :
a)
Riwayat
kelahiran ibu dan anak semasa masih dalam kandungan
-
Umur
ibu waktu mengandung
-
Kondisi
kesehatan ibu secara umum
-
Kecelakaan
/ benturan yang dialami
-
Lamanya
ibu mengandung
-
Keluhan
ibu waktu mengandung
b)
Riwayat
kelahiran anak
-
Usia
bayi waktu dilahirkan
-
Siapa
yang membantu kelahiran
-
Berat
badan bayi waktu lahir
-
Kemungkinanadanya
bantuan pernafasan
-
Reaksi
bayi yang muncul pertama kali setelah dilahirkan
c)
Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan
-
Kelainan
yang tampak pada kepala, tangan, jari tangan, kaki, jari kaki
-
Kemampuan
menggerakan anggota gerak tubuh
-
Kemauan
meminum ASI
-
Bagaimana
grafik berat badan anak
-
Imunisasi
apa saja yang pernah diperoleh
-
Pada
usia berapa ASI dihentikan
-
Kemampuan
/ kebiasaan makan anak
3)
Kemampuan
dan Ketidakmampuan Fisik Anak Sekarang
Hal
ini merupakan indikator penting dalam menetapkan apakah seseorang mengalami
kelainan CP atau kelainan jenis lain (Tunanetra, tunarungu, tunagrahita,dll).
Artinya bahwa pada anak CP kondisi fisiknya harus ada gejala-gejala dari
gerakan otot-otot yang disebabkan karena kerusakan dalam otak (Soeharso, 1998).
Tanpa ada hal tersebut maka pembuatan diagnosa CP dapat diragukan.
Anak
CP dapat juga memiliki gejala-gejala pada fungsi mata, telinga, kecerdasan
rendah, dll. Akan tetapi pada CP selalu terdapat gejala-gejala pada pergerakan
otot, sedang anak yang mempunyai tuna pendengaran atau kecerdasan belum tentu
CP. Kondisi fisik yang perlu memperoleh perhatian dalam mengadakan identifikasi
antara lain sebagai berikut :
a)
Keadaan
otot
Otot pada tubuh adalah jaringan yang
menghasilkan tenaga akibat proses memendek dan memanjang otot. Proses ini
biasanya disebut dengan istilah kontraksi. Akibat adanya kontraksi otot,
persendian dimana otot tersebut melekat dapat digerakkan. Berikut ini didalam
melakukan identifikasi kemungkinan adanya kelainan otot, yang perlu
diperhatikan antara lain :
1)
Kemungkinan
adanya kelainan akibat tonus otot
Apabila sendi digerakkan secara
pasif tonus dirasakan kurang dari normal atau tahannya berkurang, maka
dikatakan hipotonus (ketegangan otot kurang dari normal), sebaliknya bila sendi
digerakan secara pasif ternyata tonus bertambah atau lebih tegang maka
dikatakan hipertonus (ketegangan otot lebih dari normal)
2)
Kemungkinan
adanya kelainan kinematik
Gerak ini meliputi sifat gerak dan
pola gerak. Sifat gerak meliputi kecepatan dan kelambatan gerak sendi, sedang
pola gerak lebih ditunjukan pada jenis gerakan yang ditimbulkan sesuai dengan
kemungkinan pola gerak masing-masing persendian. Bentuk dari kelainan ini
antara lain :
-
Gerak
chorea, yaitu gerakan cepat, mendadak, tidak disadari dan tidak terkontrol,
serta tidak jelas tujuannya.
-
Gerak
athetosis, yaitu gerak yang tidak disadari, gerakannya lambat seperti gerakan
cacing, kadang irama aplitudonya besar sehingga disebut gerak chorea tipe
balistik.
-
Gerak
distonia, yaitu gerakan lambat akibat tonus yang berlebihan.
-
Gerak
tremor, yaitu gerakan yang iramanya kecil-kecil secara bergantian antara posisi
otot.
-
Gerak
ataxia, yaitu gerakan dengan gangguan keseimbangan sehingga tubuh tidakstabil
dalam satu posisi yang diambil.
3)
Kemungkinan
adanya gerakan oleh karena kelumpuhan otot anggota gerak
Suatu gerakan tubuh yang dipengaruhi
oleh adanya kelumpuhan otot biasanya akan tampak adanya gerakan yang tidak
normal. Bentuk kelainannya adalah :
-
Kelumpuhan
monoplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai satu anggota gerak saja (anggota
gerak atas atau bawah)
-
Kelumpuhan
paraplegia, yaitu kelumpuhan otot yang mengenai kedua anggota gerak bawah atau
kaki.
-
Kelumpuhan
diplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai kedua anggota gerak. Biasanya yang
terkena petama adalah kaki (berat), lalu lengan (agak ringan)
-
Kelumpuhan
hemiplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai separo atau setengah anggota gerak
badan, dapat sebelah kanan atau kiri.
-
Kelumpuhan
triplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai tiga anggota gerak, baik dua ditangan
satu dikaki, maupun sebaliknya.
-
Kelumpuhan
tetraplegia/quadriplegia, yaitu kelumpuhan yang mengenai keempat anggota gerak
tubuh.
B.
Keadaan persendian
Gangguan persendian yang dialami oleh anak-anak cerebral palsy,
umumnya terjadi akibat lamanya otot yang ada di sekitar sendi tersebut tidak
digerak-gerakkan. Jadi gangguan persendian tersebut ada hubungannya dengan
gangguan fungsi otot syaraf.
Adanya kelainan sendi yang disebut hipermobility joint, biasanya disebabkan oleh adanya tonus otot
yang lemah atau lembek. Karena adanya tonus otot yang kuat dan telah lama tidak
pernah digerakkan. Pada anak cerebral palsy, persendian yang sering mengalami
gangguan kelainan fungsi adalah pada :
1.
Sendi
bahu
2.
Sendi
siku
3.
Sendi
pergelangan tangan
4.
Panggul/panggul
paha
5.
Sendi
jari tangan
6.
Sendi
lutut
7.
Sendi
pergelangan kaki
8.
Sendi
jari kaki
Pada orang normal, biasanya persendiannya memiliki kemampuan gerak
yang tertentu, yaitu:
1.
Gerak
sendi fleksi dan ekstensi
Gerak fleksi, yaitu gerak memperkecil sudut, gerak ekstensi, yaitu
gerak memperbesar sudut diantara dua bidang segital (bidang yang sejajar dengan
bidang medial).
Otot yang melakukan gerakan- gerakan tersebut dinamakan otot betul
(muskulus fleksor) dan otot hedang (muskulus ekstensor).
2.
Gerak
sendi abduksi dan gerak adduksi
Gerak abduksi, merupakan gerakan
kesamping, Biasanya diartikan juga gerak yang menjauhkan bagian rangka
dari tengah badan. Gerak adduksi yaitu gerakan ke tengah yang merupakan gerak
mendekatkan bagian rangka dari tengah badan.
Otot-otot yang melakukan gerakan tersebut dinamakan penggerak ke
samping (muskulus abduksor) dan penggerak ke tengah (muskulus adduksor).
3.
Gerak
rotasi
Gerak rotasi merupakan gerak perputaran atau gerak sekeliling sumbu
panjang suatu bagian rangka , atau sekeliling sumbu yang hampir terhimpit
dengan sumbu panjang.
Otot-otot yang melakukan gerakan rotasi dinamakan otot pemutar (muskulus
rotator).
4.
Gerak
sirkumduksi
Gerak sirkumduksi merupakan gerak lingkar atau gerak kombinasi
antara gerak yang telah diketengahkan diatas. Pada bagian kerangka membuat
suatu bentuk seperti kerucut yang mangkuknya
terdapat pada tempat sendi. Ada beberapa istilah gerakan yang mengalami
perubahan nama pada beberapa pada daerah tertentu, misalnya:
1.
Anterfleksi
dan retrofleksi : pengganti istilah gerak fleksi dan ekstensi yang ada pada sendi bahu dan pangkal paha.
2.
Abduksi
ulnaris dan baduksi radialis : digunakan
pada gerakan pangkal tangan, sebagai pengganti istilah abduksi dan adduksi
tangan.
3.
Torsio
: istilah pengganti istilah rotasi tubuh
4.
Endrorotasi
lengan bawah yang disebut pronasi, sedang eksorotasi pengganti istilah supinasi yang berarti gerak yang menelungkupkan lengan
mulai dari siku, sedang sendi dan ujung lengan menetap di suatu tempat, istilah
pronasi berarti gerakan kebalikannya.
Kegiatan
identifikasi terhadap kemampuangerak sendi, sangat perlu dilakukan, karena
dengan data yang diperolah akan umenjadi dasar dalam program rehabilitas
selanjutnya yang harus diikuti oleh anak yang bersangkutan.
Pola gerak pada
sendi untuk bisa diketahui kelainan sendi:
1.
Sendi
bahu
Sendi bahu normal memiliki empat kemungkinan gerak :
-
Gerak
abduksi dan adduksi
-
Gerak
fleksi dan ekstensi atau gerak anterfleksi dan retrofleksi
-
Gerak
rotasi
-
Gerak
sirkumduksi
2.
Sendi
siku
Sendi siku mempunyai dua kemungkinan gerak:
-
Fleksi
dan ekstensi
-
Supinasi
dan pronasi
3.
Sendi
pergelangan tangan
-
Fleksi
dan ekstensi
-
Gerak
fleksi penyamping, yaitu gerak menelungkupkan atau menggerakkan telapak tangan
kearah samping dengan posisi telapak tangan seperti orang yang sedang
mengangkat tangan dengan telapak tangan terbuka menandakan perpamitan sambil
mengucapkan dada…”
-
Gerak
sirkumduksi
4.
Sendi
panggul/ pangkal paha
Memiliki kemungkinan gerak yang
hampir sama dengan sendi bahu.
5.
Sendi
jari tangan
Memiliki tiga kemungkinan gerak yaitu:
-
Fleksi
dan ekstensi
-
Abduksi
dan adduksi
-
Sirkumduksi
6.
Sendi
lutut
Memiliki kemungkinan gerak fleksi dan ekstensi yaitu gerak
melengkung dan meluruskan posisi lutut.
7.
Sendi
pergelangan kaki
Sendi ini memiliki dua kemungkinan gerak, yaitu:
-
Gerak
fleksi dan ekstensi
-
Inversi
dan eversi yaitu gerak sendi pergelangan kaki yang memutar ke dalam dan keluar.
8.
Sendi
jari kaki
Sendi ini memiliki kemungkinan gerak yang sama dengan sendi jari
tangan. Hanya saja tidak ada gerak opotemen.
Dengan mengetahui kemungkinan gerak,
maka di dalam mengadakan identifikasi dapat dilakukan percobaan gerakan
tertentu sesuai dengan kemungkinan gerak pada persendian. Apabila tidak dapat
dilakukan oleh anak tersebut merupakan gejala kemungkinan adanya kelainan
persendian. Gejala kelainan antara lain:
a.
Persendian
yang diukur tidak dapat digerakkan sama sekali (keadaan kontraktur),
b.
Selama
sendi digerakkan, anak menunjukkan adanya nyeri pada persendian, akibat
hambatan rentang gerak sendi (range of motion).
c.
Gerak
sendi yang lambat.
d.
Adanya
bentuk sendi yang tidak normal (deformitas).
C. Kelainan
fungsi syaraf
Kondisi fisik lain yang perlu identifikasi adalah tunggal syaraf
khususnya pada organ otot yang ada kaitannya dengan organ gerak tubuh.
1.
Derajat
kelainan syaraf
a.
Derajat
awal disebut neourpraksia dimana syaraf hanya mengalami kelayuhan sementara akibat
adanya benturan bengkak. Sementara jaringan syaraf dalam keadaan normal dan
kondisi ini apabila memperoleh pengobatan dapat normal kembali.
b.
Derajat
selanjutnya, disebut axonotnesis, dimana serabut syaraf (axon) mengalami
kerusakan, sementara pembungkusnya yang di luar masih masih dalam keadaan
normal. Kondisi ini biasanya sulit memperbaiki fungsinya untuk menjadi normal
kembali.
c.
Derajat
ketiga
Disebut neuronotnesis, lebih berat dari derajat awal dan
selanjutnya, dimana selaput pembungkus nyelin dan berkas axon syaraf keduanya
mengalami kerusakan, sehingga fungsinya tidak dapat kembali.
2.
Kemungkinan
kelainan syaraf yang berhubungan dengan anggota gerak tubuh
Kelainan
fungsi syaraf akan mempengaruhi target organ yang dipersyarafi pada anak-anak
CP sangat sering dijumpai di lapangan. Apabila fungsi motorik syarafnya
menurun, maka otot yang dipersyarafi akan menjadi lebih normal. Fungsi motorik
syaraf dikendalikan oleh otak. Apabila kendali motorik otot hilang maka fungsi
syaraf akan berlebihan, sehingga organ otot yang diurus akan menjadi hipertonus
atau tonus yang meningkat.yang menimbulkan kelainan fungsi gerak kenematik.
Manifestasi
gangguan fungsi syaraf yang mudah dikenal adalah : otot mudah lembek dan kekuatan otot nol, keadaan otot
ini disebut fleksid dan gerakan sendi aktif tidak ada. Dalam kegiatan
identifikasi, kemungkinan adanya kelainan syaraf dalam bentuk adanya otot yang
fleksid dan spastic ini perlu menjadi salah satu pusat perhatian, terutama pada
otot sendi yang ada pada anggota gerak tubuh karena akan sangat mendasari
fungsi kemampuan monolog diri sendiri.
3.
Kemungkinan
kelainan syaraf yang berhubungan dengan organ bicara
Derajat
gangguan bicara:
a.
Anak
tidak mampu mengikuti dan mengerti rangsangan benda visual, bunyi suara, baik
rangsangan itu berupa benda visual, bunyi suara, atau lainnya. Derajat kelainan
pada anak yang mengalami gangguan dalam menerima rangsangan sensoris semacam
ini disebut aphasia sensoris.
b.
Ada
anak yang dapat menerima dan mengerti
rangsangan yang diterima, tetapi fungsi motorisnya tidak mampu mengendalikan
gerak otot bicara. Akibatnya tidak terjadi respon verbal dalam bentuk
kata-kata. Gangguan semacam ini termasuk gangguan motoris pada otot bicara,
aphasia motoris.
c.
Ada
anak yang mampu menerima rangsangan, mengerti dan mampu mengeluarkan kata-kata,
akan tetapi respon verbal yang diberikan tidak jelas atau tidak sempurna.
4.
Kemungkinan
kelainan syaraf yang berhubungan dengan fungsi pendengaran dan penglihatan
Gejala gangguan pendengaran dan
penglihatan ini sering dijumpai pada anak-anak cerebral palsy. Untuk itu
didalam mengadakan indentifikasi, sangat penting dilakukan penyanderaan pada
fungsi mendengar dan fungsi melihatnya,
5.
Kemungkinan
kelainan syaraf yang berhubungan dengan sikap tubuh
Anak-anak CP kadang-kadang menunjukkan gejala sebagai berikut:
a.
Sikap
leher angsa (swan neck)
Terjadi akibat gerak refleksi otot leheryang tidak disadari dan
tidak dimanfaatkan untuk mengontrol posisi kepala secara berimbang.
b.
Sikap
katak
Terjadi Karena adanya kelebihan dari anggota gerak atas dan bawah.
c.
Sikap
asimetris dinamis
Terjadi pada tipe athetoid akibat estafet kontraksi otot yang
salah, yang dimulai dari primitive reflek asimetris pada bayi menjadi
patologis.
d.
Kaki
penyilang
Terjadi adanya ketegangan otot pada sisi dalam yang berlebihan,
sehingga sikap kaki saling bersilang.
D.
Kelainan koordinasi atau kerjasama antara otot, sendi syaraf
Koordinasi
diperlukan untuk kelancaran dan ketepatan gerak, karena kurangnya koordinasi
otot dan syaraf sesuatu anggota tubuh berakibat kaku dan canggungnya gerak
anggota tubuh tersebut. Segala gerak bertujuan, memerlukan koordinasi. Seperti
koordinasi antara anggota gerak yang ada pada seorang anak yang mengalami
cerebral palsy, harus ikut menjadi salah satu sasarannya yang
diidentifikasikan.
E.
Kelainan gerak pada anak balita
Dalam
identifiksi kelainan anggota gerak yang tidak nyata pada anak balita termasuk
kegiatan yang sulit. Namun demikian berhubung pertolongan rehabilitasi yang diberikan lebih dini dapat lebih
berhasil (Soeharso, 1988), maka kegiatan identifikasi padda anak dibawah lima
tahun harus dilaksanakan. Perkembangan gerakan pada anak normal tidak terlepas
dari dari prinsip-prinsip sebagai berikut:
-
Perkembangan
gerak, dimulai dari bagian proksimal (pangkal) menuju kebagian yang distal
(teru Jung/feriferal)
-
Dimulai
dari sikap fleksi menuju sikap ekstensi
-
Bahwa
perkembangan anak ada tahapan-tahapan tertentu dimulai dari satu tahap menuju
tahap berikutnya berlangsung secara berurutan. Misalnya : tahapan perkembangan
dapat duduk, kemudian berdiri dengan berpegangan, diteruskan berdiri tanpa
berpegangan , berjalan, dan seterusnya sesuai dengan usia perkembangannya
-
Perbedaan
individual, artinya walaupun tahapannya sama antara anak satu dengan yang lain
tetapi pencapaiannya berbeda-beda tiap anak. Misalnya: ada anak mampu
mengangkat kepala pada usia 14 minggu (anak di desa) ada pula yang 18 minggu
(anak di kota)
-
Perkembangan
dini merupakan fondasi untuk perkembangan berikutnya. Misalnya: sebelum dapat
berjalan terlebih dulu harus bisa berdiri.
Kegiatan
identifikasi kemampuan gerak anak balita di Indonesia, dapat menggunakan tabel
“batas usia pencapaian” perkembangan hasil penelitian Departemen Kesehatan R.I
(1990). Berikut tabel yang dimasksud :
No
|
Keamanan
perkembangan
|
Batas usia
|
|
|
|
Desa
|
Kota
|
1
|
Gerakan yang
sama
|
2 mg
|
2 mg
|
2
|
Mengangkat
kepalan dengan tegak
|
14 mg
|
18 mg
|
3
|
Duduk dengan
kepala tegak
|
15 mg
|
22mg
|
4
|
Mengangkat
dada
|
20 mg
|
22mg
|
5
|
Duduk tanpa
penyangga selama 30 detik
|
8 mg
|
9 bln
|
6
|
Bediri dengan
berpegangan selama 0 detik
|
11 mg
|
10 bln
|
7
|
Berjalan
dengan berpegangan
|
1 thn
|
1 thn
|
8
|
Berdiri tanpa
berpegangan selam 30 detik
|
1.5 thn
|
1.5 thn
|
9
|
Berjalan
dengan baik
|
1.5 thn
|
1.5 thn
|
10
|
Berjalan
mundur sedikitnya 5 langkah
|
2 thn
|
2 thn
|
11
|
Naik tangga
dengan berpegangan
|
2 thn
|
2.5 thn
|
12
|
Melempar bola
dari atas kepala
|
3.5 thn
|
4 thn
|
13
|
Berdiri satu
kaki tanpa berpegangan selama 2 detik
|
3 thn
|
3 thn
|
14
|
Berjalan
jinjit
|
3.5 thn
|
3thn
|
15
|
Menangkap
bola
|
|
|
Gambar 10 : Batas Usia tercapainya
Kemampuan Perkembangan GERAK KASAR Anak Balita Menurut Tipologi Wilayah (Sumber
DEPKES, 1990).
No
|
Keamanan
perkembangan
|
Batas usia
|
|
|
|
Desa
|
Kota
|
1
|
Mengikuti
gerakan obyek dengan menggerakkan kepala
|
6 mg
|
8 mg
|
2
|
Bermain
dengan kedua tangan
|
12 mg
|
14 mg
|
3
|
Menggenggam
|
14 mg
|
14 mg
|
4
|
Memberikan
reaksi ke arah sumber-sumber cahaya
|
14 mg
|
12 mg
|
5
|
Meraih mainan
didekatnya
|
22 bln
|
8 bln
|
6
|
Memindahkan
benda dari tangan satu ke tangan lain
|
7 bln
|
11 bln
|
7
|
Memukul benda
|
9 bln
|
1.5 thn
|
8
|
Mengambil
benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari
|
1 thn
|
2 thn
|
9
|
Menyusun tiga
buah kubus tanpa jatuh
|
2 thn
|
4.5 thn
|
10
|
Mencontoh, membuat
gambar garis lurus
|
3.5 thn
|
5 thn
|
11
|
Mencontoh
membuat lingkaran
|
4 thn
|
5 thn
|
12
|
Memcontoh
membuat garis silang
|
4.5 thn
|
6 thn
|
13
|
Menggambar
orang dengan 3 bagian tubuh bergambar
|
5.5 thn
|
6thn
|
14
|
Mencontoh
gambar bujur sangkar
|
5 thn
|
6 thn
|
15
|
Menggambar
orang dengan 6 bagian tubuh tergambar
|
6 thn
|
6thn
|
Gambar 11: Batas Usia tercapainya
Keamampuan Perkembangan GERAk HALUS Anak Balita Menurut Tipologi Wilayah
(Sumber DEPKES, 1990)
F. Ketidakmampuan
dalam kegiatan hidup sehari-hari
Anak
cerebral palsy sering mengalami hambatan dalam kegiatan sehari-hari (ADL) hal
ini akibat dari kelainan yang mereka miliki. Menurut Soeharso (1982) dan
Buchwald (1952) , hasil identifikasi di bidang ADL sangat penting untuk
mengetahui kebutuhan rehabilitasi dan pendidikan anak yang bersangkutan,
seperti terapi okupasional, terapi fisik, maupun pelaksanaan pendidikan bidang
studi keterampilan.
Inti dari identifikasi di bidang ADL
adalah untuk (a) mengetahui fungsi-fungsi keperluan tubuh, (b) fungsi jari-jari
dan tangan, dan (c) fungsi gerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Ruang
lingkup materi identifikasi CP di bidang ADL antara lain meliputi hal-hal
sebagai berikut :
1.
Kegiatan
di tempat, terdiri dari :
a.
Kegiatan
di tempat tidur
b.
Kegiatan
yang berhubungan dengan penggunaan toilet
c.
Kegiatan
makan
d.
Kegiatan
memakai dan melepas pakaian
e.
Kegiatan
yang menggunakan tangan
f.
Kegiatan
yang menggunakan kursi roda
g.
Kegiatan
meninggikan
2.
Kegiatan
berjalan, meliputi :
a.
Berjalan
b.
Gaya
berjalan
c.
Pendidikan
d.
Kegiatan
perjalanan (traveling)
Ruang lingkup identifikasi untuk anak CP di bidang ADL meliputi :
1.
Identitas
anak
2.
Tes
kegiatan diatas tempat tidur
3.
Tes
mengenakan dan melepas pakaian
4.
Tes
untuk kebersiahan badan
5.
Tes
menggerakkan jari tangan :
a.
Tes
persiapan
b.
Tes
memakai tanagn
c.
Tes
makan dan minum
d.
Tes
menulis
6.
Tes
bergerak
a.
Tes
denagn kursi roda
b.
Tes
berjalan, termasuk gaya berjalan
c.
Tes
mendaki
4)
Identifikasi Aspek Psikis Anak
Tujuan
kegiatan identifikasi psikis dalam hal ini lebih bersifat pendukung yang
berguna untuk menyusun proram rehabilitasi dan pendidikan anak selanjutnya.
Dari beberapa literatur yang membahas temtang psikis anak yang diduga cerebral
palsy seperti Budi Anna Keliat (1992), Soeharso (1982, 1952), Direktorat
Rehabilitasi Penderita Cacat Ditjen, Bihrehsos, DEPSOS, (1991), Viola E. Cardwell,
(t.th), setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu diadakan identifikasi, yaitu
aspek kecerdasan, kepribadian dan perilaku.
a.
Identifikasi kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi
merupakan kemampuan umum yang dimiliki individu untuk berbuat dengan tujuan tertentu,
berfikir secara rasional dan mengerjakan sesuatu sesuai dengan lingkungan
(David Wechsler, dalam Thulus Hidayat, 1982).
Identifikasi kecerdasan anak yang
mengalami kelainan cerebral palsy tidak begitu mudah dilakukan, terutama
apabila anak tersebut juga mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, dan
kecakapan berbicara. Maka harus memilih suasana emosi anak yang dalam keadaan
tenang dan dilakukan oleh petugas yang memiliki kewenangan dalam melakukan
pemeriksaan kecerdasan. Hal yang perlu dipertimbangkandalam melakukan
pemeriksaan kecerdasan anak CP adalah tidak mencari kelemahan apa yang dimiliki
oleh anak melainkan kemampuan “sisa” yang mana yang masih memungkinkan untuk
mengikuti pemerikasaan kecerdasan. Dengan demikian kemampuan penglihatan , pendengaran
dan kemampuan berbicara ikut menentukan strategi dalam pemerikasaan kecerdasan
anak.
b.
Identifikasi kepribadian
Penyimpangan yang diketemukan dari
identifikasi kepribadian, menunjukkan perlunya pembinaan pribadi pada anak CP
yang bersangkutan. Stuart dan Sundeen (1991) memberikan contoh individu yang
mempunyai kepribadian yang sehat dengan karakteristik sebagai berikut :
1.
Memiliki
gambaran diri yang positif
2.
Memiliki
ideal diri yang realistis
3.
Memiliki
konsep diri yang positif
4.
Memiliki
harga diri yang wajar
5.
Memiliki
kepuasan penampilan peran
6.
Memiliki
identitas yang jelas
Hasil penelitian Cruickshank (dalam
Viola E. Cardwell, t.th) bahwa sebagian besar anak-anak CP kurang bahkan hampir
tidak memiliki karakteristik yang disebutkan diatas. Hasil penelitian Glick
(dalam Viola E. Cardwell, t.th) menyatakan bahwa sekitar 20 persen anak CP yang
diteliti memiliki ciri kepribadian sebagai berikut :
1.
Sikapnya
yang tidak realistis
2.
Perasaan
tegang yang hebat
3.
Ketidakmatangan
yang dominan
4.
Rasa
takut yang berlebihan
5.
Rasa
rendah diri yang kuat
6.
Toleransi
yang sedikit terhadap kegagalan
7.
Hambatan
dalam hubungan inter personal
8.
Tidak
ada motivasi
c.
Identifikasi perilaku
Aspek psikis lain yang perlu
diidentifikasi pada anak CP adalah perilaku anak baik perilaku yang merujuk
pada kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hal-hal yang perlu diidentifikasi
antara lain :
1.
Kemungkinanadanya
gangguan persepsi dan berfikir
2.
Kemungkinan
adanya gangguan dalam pembentukan konsep
3.
Kemungkinan
adanya gangguan pada kemampuan untuk mendengarkan/merespon suatu rangsang
tertentu
4.
Kemungkinan
adanya sifat tekun yang tidak wajar
5.
Kemungkinan
adanya susah menahan diri
Aspek-aspek perilaku yang disebut
diatas hampir dimiliki oleh semua anak CP (dalam Viola E. Cardwell, t.th).
d.
Perkembangan Bicara, Bahasa dan Kecerdasan balita
Untuk identifikasi ada tidaknya
gangguan perkembangan bicara, bahasa, dan kecerdasan balita salah satu sarana
adalah menggunakan instrumen Denver Development Screening Test (DDST)
(Frankenburg, 1975). Alternatif lain, khususnya di Indonesia ada yang
menggunakan“ Buku Pedoman Deteksi dan Stimulasi Dini” yang dikembangkan
Departemen Kesehatan R.I.
Dengan
instrumen tersebut dapat diketahui anak-anak balita yang mengalami
keterlambatan perkembangan bicara, bahasa, dan kecerdasan dengan membandingkan
hasil pemeriksaan dengan tabel usia pencapaian bagi anak normal. Selanjutnya
aspek perkembangan yang terlambat itulah yang perlu memperoleh stimulasi dini
guna mengerjar ketertinggalannya.
Table usia
pencapaian perkembangan bicara, bahasa dan kecerdasan anak balita norml yang
dimaksud, sebagaimana tercantum pada gambar 12:
No.
|
Keamanan Perkembangan
|
Batas Usia
|
|
Desa
|
Kota
|
||
1.
|
Memberikan reaksi terhadap suara
|
2 mg
|
4mg
|
2.
|
Tertawa spontan tanpa digelitik
|
6 mg
|
10 mg
|
3.
|
Memanggil ayah dan ibu
|
1 th
|
2.5 th
|
4.
|
Menyebut satu benda yang ada di
sekitarnya
|
2.5 th
|
3 th
|
5.
|
Menyebut dan menunjuk 3 bagian
tubuh
|
2.5 th
|
3 th
|
6.
|
Menyebut namanya sendiri dengan
lengkap
|
3.5 th
|
4 th
|
7.
|
Menghitung angka 1 s/d 5
|
4.5 th
|
5 th
|
8.
|
Berbicara dengan menggunakan
kalimat lengkap
|
4 th
|
5 th
|
9.
|
Memahami pengertian besar/ kecil
|
4.5 th
|
5 th
|
10.
|
Mengenal konsep bilangan
|
6 th
|
6 th
|
5. Identifikasi Aspek Sosial Anak
Seorang
anak CP tidak akan mengalami kelainan emosi sementara aspek kepribadiannya
baik, atau pendidikannya baik sementara keadaan sosial ekonominya jelek dan
sebagainya. Problem sosial yang perlu diidentifikasi sebelum mereka memperoleh
pelayanan rehabilitasi dan pendidikan, antara lain :
a.
Emosi
dan Kepribadian
Berdasarkan penelitian, umumnya anak CP mengalami hal-hal sebagai
berikut :
1)
Kegagalan
dalam kematangan sosial,
2)
Memiliki
sifat ketergantungan yang lebih dominan
3)
Kepercayaan
diri yang rendah
4)
Minat
yang rendah
5)
Rasa
takut yang berlebihan
6)
Takut
menemui kesulitan dalam melakukan hubungan sosial yang lainnya.
b.
Masalah
tempat tinggal
Masalah kecacatan fisik, kadang pada
anak tertentu membutuhkan perlatan khusus, namun kadang tidak sesuai dengan
kondisi di dalam maupun di luar rumah sehingga anak masih tergantung pada orang
tuanya.
Kemungkinan-kemungkinan permasalahan
yang berkaitan dengan tempat tinggal tersebut, kiranya perlu diungkap dalam
kegiatan identifikasi anak CP. Demikian pula permasalahan yang berhubungan
dengan kesulitan ekonomi, pendidikan, rekreasi, pemilihan pekerjaan,
transportasi, dan problem sosial lain yang umumnya dialami oleh penyandang CP
usia anak-anak dan dewasa.
c.
Perkembangan
pergaulan dan percaya diri anak balita
Untuk mengetahi perkembangannya,
kita perlu melihat bagaimana perkembangan kemampuan bergaul dan rasa percaya
diri yang terjadi pada anak balita usia normal. Sehingga di dalam kegiatan
identifikasi kita dapat segera memberikan stimulasi yang adekuat.
Tabel usia
pencapaian perkembangan pergaulan dan percaya diri anak balita normal:
No.
|
Keamanan perkembangan
|
Batas usia
|
|
Desa
|
kota
|
||
1.
|
Memandang wajah
|
6 mg
|
4 mg
|
2.
|
Tersenym
spontan
|
10 mg
|
12 mg
|
3.
|
Makan biskuit
tanpa dibantu
|
7 bln
|
7 bln
|
4.
|
Meniru
pekerjaan rumah tangga
|
2 th
|
3 th
|
5.
|
Makan sendiri
tanpa banyak tercecer
|
3.5 th
|
4.5 th
|
6.
|
Berpakaian
tanpa dibantu
|
5 th
|
4.5 th
|
7.
|
Mematuhi
peraturan-peraturan sederhana
|
4 th
|
4.5 th
|
D. Metode Identifikasi
Delp
& Manning (1981) menyatakan bahwa teknik identifikasi terdiri atas metode
(1) inspeksi, (2) palpasi, (3) perkusi, (4) auskultasi, (5) uji laboratorium.
Metode identifikasi ini memang lebih tepat di bidang kedokteran namn demikian
penanganan anak CP, memang sulit untuk dipisahkan dari disiplin ilmu
kedokteran.
Gejala
kelainan yang menjadi sasaran observasi pada diri anak, misalnya berapa jumlah
anggota badan yang kurang/ tidak berfungsi, gejala kelainan otot, sendi dan
syaraf-syarafnya dan lain-lain. Kegiatan pengamatan perlu diseertai ingatan
yang cepat, setia, teguh dan luas. Selanjutnya untuk menghindari
kelemahan-kelemahan pengamatan yang mungkin timbul, hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan :
a.
Mengklasifikasi
gejala sebelum pengamatan dilakukan
b.
Pengamatan
hanya diarahkan pada gejala-gejala yang memang relevan
c.
Menggunakan
jumlah pengamatan yang lebih banyak
d.
Melakukan
pencatatan dengan segara
e.
Perlu
didukung alat-alat pencatat atau formulir isian tertentu
f.
Dapat
didukung pula alat-alat mekanik/ elektronik.
Beberapa alat observasi, yang dapat dipergunakan dalam identifikasi
adalah :
a.
Check
List
Yaitu suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala
CP yang akan diamati, seperti sikap berdiri, fungsi tangan kanan/ kiri, dan
sebagainya. Di dalam pengamatan tinggal memberikan tanda check (x) pada daftar
tersebut yang menunjukkan adanya gejala CP. Daftar ini dapat bersifat
individual maupun kelompok.
Contoh : Chesk List Individual
No.
|
Gejala
yang dialami
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Salah
satu/ kedua tangannya lumpuh
|
|
|
2.
|
Salah
satu/ kedua kaki tidak berfungsi
|
|
|
3.
|
Gerakan
tangan kaku/ kejang/ tremor dst.
|
|
|
Check List Kelompok
Kemampuan yang dapat dilakukan
Nama
|
Gerak fleksi
|
Gerak ekst.
|
Gerak rotasi
|
Gerak sirkumd
|
1.
Mawar
|
|
|
|
|
-sendi bahu
|
|
|
|
|
-sendi siku
|
|
|
|
|
2.
Kenanga
|
|
|
|
|
-Sendi bahu
|
|
|
|
|
-sendi siku
|
|
|
|
|
b.
Skala
penilaian
Yaitu suatu daftar yang berisiakn
ciri-ciri tingkahlaku anak yang dicatat secara bertingkat, yang dapat untuk
menerangkan, menggolongkan dan menilai gejala tertentu.
Contoh :
Gejala
|
Score
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Kerjasama
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
Ketekunan
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
Semangat
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
Keberanian
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
Motivasi,
dst.
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
1.
Metode
Palpasi
Merupakan
cara mengadakan identifikasi yang agak lebih teliti daripada metode pertama,
dengan cara meraba di setiap daerah tubuh yang perlu diraba untuk mendapatkan
informasi tertentu yang diperlukan.
2.
Pemeriksaan
Klinis
Merupakan
pemeriksaan terhadap berbagai gejala fisik yang terdapat pada anak CP.
Pemeriksaan ini dapat dilaksanakan dengan jalan inpeksi dan palpasi, terhadap
perubahan bentuk bagian tubuh anak, serta adanya tanda-tanda yang tidak wajar
pada permukaan fisik anak CP.
Pemeriksaan
klinis ini biasanya dilakukan setelah anamnesa, karen anamnesa ini akan
membantu pemeriksaan tubuh secara keseluruhan. Pelaksanaan pemeriksaan klinis
yang baik dan teliti adalah pemeriksaan yang menggunakan sistem area, dimana
pemeriksaan dengan sistem ini menganjurkan pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan dengan proses sebagai berikut :
a.
Pemeriksaan
leher
b.
Pemeriksaan
organ gerak
c.
Pemeriksaan
perkembangan anak
d.
Kemampuan
koordinasi dan keseimbangan
3.
Metode
Wawancara
Wawancara
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengadakan identifikasi dengan melalui
percakapan langsung secara lisan, baik terhadap anak CP sendiri, orangtua, atau
pihak lain yang dipandang perlu. Wawancara sebagai metode identifikasi,
kadang-kadang sebagai pembantu utama daripada metode observasi. Data-data yang
tidak diperoleh melalui observasi, dapat digali melalui wawancara. Berhasil
atau tidaknya wawancara, tergantung pada tiga hal, yakni hubungan baik antara
sasaran dengan pewawancara, keterampilan pewawancara serta pedoman dan cara
pencatatan. Khusus dalam mencatat hasil wawancara secara garis dapat dilakukan
dengan 5 cara, yaitu :
a)
Pencatatan
langsung
Pewawancara langsung mencatat jawaban-jawaban dari sasaran,
sehingga kita harus selalu siap di tangan alat-alat atu pedoman identifikasi.
Sehinggga hubungan antara kita dengan sasaran menjadi kaku dan tidak bebas
serta “raport” dapat terganggu.
b)
Pencatatan
dari ingatan
Pencatatan dilakukan setelah wawancara sudah selesai seluruhnya.
Jadi dalam wawancara ini kita tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan antara
kita dan sasaran tidak terganggu dan “raport” mudah tercipta.
4.
Metode Tes
Tes
merupakan alat atau metode yang paling sering dipergunakan dalam identifikasi
pada anak CP dan anak luar biasa pada umumnya.
Metode tes
untuk identifikasi anak CP berupa sejumlah item yang berfungsi sebagai alat
untuk :
a. Mengetahui atau menentukan kemampuan otot,
baik dalam hal potensi maupun abilitas anak dalam system dan mekanisme
gerakannya (kemampuan gerak)
b. Mengetahui kemampuan gerak sendi tertentu,
seperti kemampuan gerak sendi jari tangan dan jari kaki, kemampuan gerak sendi
siku, sendi bahu, sendi panggul, sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan kaki
dan sebagainya. Tes kemampuan gerak ini, meliputi tes kemampuan gerak halus
maupun kemampuan gerak kasar.
c. Metode tes juga dipergunakan untuk
mengetahui kemampuan koordinasi senso motorik, misalnya koordinasi mata dengan
gerak tangan, dan gerak kaki.
d. Macam penggunaan metode tes yang lain untuk
mengetahui bakat, minat, sikap, kadar inteligensi dan sebagainya
e. Tes prestasi belajar, kadang juga
dipergunakan untuk mengetahui kemampuan akademik yang sudah dimiliki anak.
Macam-macam
tes yang sering digunakan dalam identifikasi anak CP tersebut, dapat
menggunakan alat-alat tes yang standart (misalnya tes kecerdasan) maupun alat
test yang tidak standart. Alat-alat tes yang tidak standart biasanya
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan penguasaan anak terhadap aspek-aspek
atau obyek tertentu. Tes yang digunakan biasanya lebih cenderung bersifat
lokal, yang disesuaikan dengan batasan obyek yang ada, yang ingin diketahui.
Pada
umumnya tujuan tes dalam identifikasi anak CP untuk mendapatkan data /
informasi yang kemudian dianalisis secara intensif (dapat secara timwork
ataupun sendiri-sendiri) terhadap latar belakang keadaan atau gejala, agar
dapat digunakan sebagai pedoman dalam usaha penyembuhan / terapi maupun
penyusunan program edukasi berikutnya. Walaupun juga tidak sedikit hasil tes
dalam identifikasi anak CP juga berguna untuk rujukan ke ahli terapi tertentu.
Pada
umumnya tes individual lebih cocok untuk usaha-usaha terapi (speech therapy, occupational
therapy, physio therapy, psychotherapy dan sebagainya), mengingat jenis dan
tingkat kecacatan setiap anak berbeda-beda. Dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, pelaksanaan tes kadangkala dilakukan secara kelompok. Pelaksana tes
dalam identifikasi anak CP, bervariasi biasanya adalah : psikolog, dokter, guru
khusus, fisio terapis, terapi okupasi, terapis bicara, dan sebagainya dengan
waktu pelaksanaan yang bervariasi juga.
E. Instrumen dan Cara Penafsiran Hasil
Pada
umumnya, instrument yang digunakan untuk identifikasi anak CP instrument yang
telah distandarisasikan, kecuali beberapa instrument identifikasi tertentu.
Selain itu, instrument identifikasi yang dapat dijumpai dalam literature adalah
instrument yang pernah diujicobakan oleh ahli-ahli tertentu, yang telah
terbukti memiliki keterandalan (reliabilitas) dan kesakhihan (valid). Beberapa
pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan instrument identifikasi anak CP
adalah :
a. Tujuan diadakannya identifikasi
b. Obyek / aspek sasaran identifikasi
c. Metode identifikasi yang dipilih
d. Kemampuan / profesi pelaksana identifikasi
Beberapa
instrument yang diketengahkan di dalam buku ini, hanya sekedar contoh, bukan
satu-satunya instrument yang dapat digunakan dalam kegiatan identifikasi anak
CP.
1. Instrumen Identifikasi
Identitas Anak dan Keluarganya
Pengisian
instrument ini dapat dengan wawancara dengan orang tua yang mengantarkan anak
waktu diadakan identifikasi. Petugas identifikasi dapat petugas pendaftaran
murid baru di sekolah, petugas posyandu, petugas di klinik-klinik perawatan
anak, para medis di tempat-tempat praktek dokter spesialis, psikolog dan
lain-lain. Contoh instrument dapat seperti pada gambar 18 berikut ini :
2. Instrumen Identifikasi
Riwayat Anak
Pengisian
instrument ini dapat dengan wawancara dan / atau tes. Ada dua contoh instrument
yang dicantumkan dalam buku ini, yaitu model instrument dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1983) dan model alternatif.
3. Instrumen Identifikasi
Kemampuan Fisik
Beberapa
contoh instrument identifikasi kemampuan fisik dicantumkan berikut ini :
a.
Model
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983)
Gejala yang
dapat diamati
|
Nilai
|
1.
Anggota
– anggota gerak kaku/lemah/lumpuh
2.
Kesulitan
dalam gerakan – gerakan : kaku/tidak lentur tak terkendali
3.
Ada
bagian – bagian anggota gerak yang tak lengkap/tak sempurna/lebih kecil dari
biasa
4.
Ada
cacat pada alat gerak
5.
Jari
– jari tangan kaku tidak dapat menggenggam
6.
Kesulitan
waktu berdiri, berjalan atau duduk dan menunjukkan sikap tubuh yang tidak
normal
7.
Gerakan
– gerakan hyperaktif/tidk dapat tenang
|
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
……………………..
|
Jumlah
|
|
Nilai Standart
|
|
Gambar 22 : Contoh instumen identifikasi kemampuan fisik
Sumber : Depdikbud. R.O.1983
Pada
instrument di atas, tiap-tiap item yang menunjukkan adanya gejala diberikan
nilai 1, sebaliknya yang tidak
ada gejala diberi nilai 0. Dengan batas nilai standar 3, maka apabila jumlah
nilai identifikasi lebih dari 3 maka termasuk berkelainan. Instrumen tersebut
ada kelemahannya, karena walaupun jumlah nilai hasil identifikasi hasnya 1
(satu) tetapi terletak pada point 1 atau 2 atau 4 atau 5, maka anak tersebut
sudah dapat dimasukkan berkelainan. Jadi ketelitian dalam identifikasi para
petugasnya sangat menentukan kebenaran diagnose kelainan.
b. Model Pusat Rehabilitasi dan Remediasi
(PPRR) Universitas Sebelas Maret (1991).Contoh
instrument lain, hasil pengembangan PPRR UNS (1991) yang mengadaptasi
instrument dari Depdikbud (1983) dengan Denver Development Screening Tes (DDST)
dan telah diujicobakan di lapangan.
c. Instrumen identifikasi khusus di bidang ADL
1) Model dari pusat rehabilitasi sosial bina daksa Prof. Dr.
soeharso Surakarta (1994)
Nama anak :
Umur :
Kelamin :
Diagnosa :
No
|
Aktivitas
|
pelaksanaan
|
|
|
Awal perkembangan
|
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
|
Kegiatan di tempat tidur
Bergerak di tempat tidur
Berguling di tempat tidur
Duduk di tempat tidur
Membungkuk di tempat tidur
Menggapai barang di meja dekat
tempat tidur
Menghidupkan lampu
Perawatan diri
Menyisir rambut
Menggosok gigi
Mencukur jenggot
Mematikan/ menghidupkan keran
Mencuci
Menggunakan pot urine
Pergi ke WC
BAK dan BAB
Kegiatan makan dan minum
Mengaduk kopi/susu
Minum dari cangkir
Makan pakai sendok/garpu
Minum dari gelas
Memotong kue dengan pisau
Menciduk makanan
Menyuap nasi
Kegiatan berpakaian
Memakai pakaian
Memakai sepatu
Mengenakan sabuk
Penggunaan alat bantu
Menggunakan alat brace
Pindah dr tempat tidur ke kursi
roda
Dari kursi roda ke toilet
Pemeliharaan brace
Kegiatan jalan
Berjalan maju 10m
Berjalan mundur 10m
Berjalan mundur membentuk angka 8
Berjalan ke samping 10m
Buka dan tutup pintu
Menyiapkan alat bantu
Melangkah tanpa bantuan
Berjalan di jalan yang rata
Berjalan di rumput
Berjalan di aspal
Kegiatan naik
Naik turun tangga 3m
Naik 20 tingkat dengan pegangan
Naik 20 tingkat tanpa pegangan
Naik kendaraan (bus)
|
|
2) Model dari department of physical medicine and rehabilitation,
hospital for chronic illness, 1952
a)
bed
activities :
- put on remove
pajamas
- turn pages og
book and newspaper
- wind wrist
watch
- open and
close safe
b)
hygienes
:
- wash face,
hand , and extremities
- trim and
clean nails
- brush teeth
and comb hair
- shave or
women apply cosmetics
c)
Eating
- eat with fingers,
butter bread
- eat with fork
and spoon
- cut meat with
knife and fork
- drink from
glass or cup
d)
Dressing
- put on and
remove slipover or button shirt, hose and slippers, tie or buckle shoes
- tie bow or
tie
e)
Utilities
- door fastenings
- light
switches
- window, blind and shade
- pencil
sharpener and sciessors
- faucets
and bottle tops
f)
Communication
- write or type
name
- use dial pay
telephone
- tell name and
address
- understand
directions
- open latte,
read, and replace
- handle money
4. Instrumen Identifikasi aspek Psikhis
a. Instrumen tes kecerdasan
(1) Ichtisar
Tes
ini dibuat oleh A.Binet dan A.Simon dari Perancis pada tahun 1905, dengan
tujuan untuk menemukan secara dini anak-anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan kecerdasan. Batas penerapan instrument ini usia 2 tahun sampai dewasa.
b. Tes kepribadian
1.
Tes bender gestalt (1983)
2. Tes kepribadian dari Minnesota MMPI
3. Rochsach Test
4. Sondy test
5. P-F test
6. SSCT
c. Tes perilaku
instrument
identifikasi penyimpangan perilaku dapat dikembangkan sendiri.
5. Instrument identifikasi aspek sosial
VSMS ( Vineland Social Maturity Scale), instrument ini diciptakan
Edgar A. Doolphd pada tahun 1935 untuk usia anak 0-15 tahun.
Prosedur, waktu, dan tempat
identifikasi
1.
Prosedur
identifikasi
Terdapat 3 tahap prosedur :
1.
Persiapan,
meliputi;
-
Perumusan
program
-
Persiapan
instrument identifikasi
2.
Pelaksanaan,
meliputi;
-
Pengisian
formulir identitas anak dan orang tua
-
Identifikasi
riwayat anak
-
Observasi
kondisi anak
-
Test
kemampuan fisik
-
Pelaksanaan
test kemampuan gerak
-
Pelaksanaan
test neurologi
-
Pelaksanaan
tes kecacatan penyerta
2.
Waktu
identifikasi
Waktu
identifikasi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
3.
Tempat
identifikasi
Tempat
sebaiknya dipilih di tempat yang tenang, dengan penerangan yang normal. Dapat
di rumah, sekolah, dokter praktek, psikolog, dll.
sumber:
Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Terima kasih ilmunya 🙏🏻
BalasHapus