A. Pengertian
1. Pengertian
Anak CP Ditinjau dari Segi Etiologi
Pengertian CP
ditinjau dari segi etiologi berasal dari
dua perkataan yaitu yaitu dari perkataan “cerebral “yang berasal dari
“cerebrum”yang berarti otak dan perkataan “palsy “ yang berarti “ kekakuan “
(Vola E. Cardwell.Lth ;Soeharso,(1982).Memperhatikan arti peristilahan cerebral
palsy tersebut ,maka secara harfiah istilah CP
dapat berarti kekakuan yang disebabkan karena sebab sebab terletak dalam
otak.
2. Pengertian
CP ditinjau dari segi panthologis
Menurut American
Academy of Celebral Palsy (AACP ) dalam Vola E Cardwell (Lth ) bahwa CP adalah
berbagai perubahan yang abnormal pada organ gerak atrau fungsi motor sebagai
akibat dari adanya kerusakan /cacat ,luka atau penyakit pada jaringan yang ada di dalam rongga tengkorak .Sementara Winthrop
Phlep (dala Ahamad Toha Muslim ,1994)memberikan pengertian CP sebagai suatu
kelainan pada organ gerak tubuh yang ada hubunganya dengan kerusakan di otak
yang bersifat menetap .
Selanjutnya Soeharso
(1982) medefinisikan cacat CP sebagai suatu cacat yang sifatnya gangguan –gangguan atau kelainan –kelainan
dari fungsi otot dan urat saraf
(neuromuscular disorder )dan yang disebabkan karena sebab-sebab yang ada pada
otak .
Dalam perkembangan otak
dapat saja terjadi ganggguan –gangguan
pada perkembangan otak .yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang
bersifat sementara maupun menetap ,baik yang terjadi secara anatomis ,biokimia
maupun karakteristik funsional otak .perubahan terjadi dan bersifat menetapp
itulah salah satunya adalah cacat CP .
Maka tidak mengherankan
jika cacat CP disamping berakibat (secara primer ) pada fungsi gerakan ,juga
(pada sekunder ) ada yang mengalaimi kelainan penglihatan ,pendengaran ,bicara
,koordinasi sensomotoris (Daniel P Hallahan ,1988 ) Pada umunya otak yang
mengalami kerusakan dan mengakibatkan
cacat CP adalah pada daerah korteks motorik ,traktus primadalis ,ganglia
basalis ,batang otak cerebellum (Mc .Kinslay ,1983 )
Pada pemeriksaan neuroimaging bisa didapatkan kelainan berupa
leukomalasia periventrikuler, malformasi kongenital, atropi
kortikal/subkortikal, kista forensefali atau adanya kista yang multipel.
Kelainan di ganglia basalis akibat proses hipoksik-iskemik-ensefalopati saat
neonatal, pada gambaran mikroskopis didapatkan adanya gambaran pola marbled.
Pada satu laporan kasus pada 111 anak dengan CP tipe hemiplegi spastik, dengan
pemeriksaan CT Scan, didapatkan 29% normal, atrofi periventrikel 42%,
malformasi kongenital 17%, kortikal-subkortikal atrofi 12% dan kelainan lain
3%. Kragelohmann dengan pemeriksaan MRI pada tipe kuadriplegi spastik 9%
normal, 9% malformasi, 68% kerusakan pada substansia alba dan 14% kerusakan
subkortikal. Hayakawa melakukan pemeriksaan MRI pada tipe diplegi spastik, 21%
normal, 0% malformasi, 70% kerusakan substansia alba dan 9% kerusakan
subkortikal.
B. Prevalensi Cerebral Palsy
Prevalensi cerebral
palsy di Negara –begara maju seperti amerika ,prevalensi penyandang cacat dan
berbagai jenis kelainan ,dari berbagai daerah bagian dalam waktu yang berbeda
dapat diketahui dengan mudah .Sebagai
contoh prevalensi penyandang CP di
Amerika pada tahun 1986 ,sebesar 1,5 per
1000 kelahiran hidup atau sekitar 0,15 persen dari populasi usia anak –anak
(Batshaw &Perrret ,1986).Ini berrati prevalensi penyandang CP adalah sebesar
0.015 persen dari populasi penduduka yang ada di amerika .
Prevalensi penyandng CP
di Indonesia ,berdasarkan data yang
diperoleh dalam sensus penduduk tahun 1988 ,jumlah penduduka Indonesia sekitar
177.580 jiwa dan diperkirakan pada tahun 1990
sebesar 184 juta jiwa termasuk di didalamnya hampir sebanyak 3,11%
atau sekitar 5.772.400 orang adalh penyandang cacat dari berbagai jenis
kelainan dan dari berbgai tingkatan usia (Susilo Supeno1992).Selain itu,
Menurut Soeharso (1982)prevalensi penyandang cp diperkirakan hanya sekitar 0.5
% dari polulasi penduduk ,perkiraan ini berarti jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data
penyangdang cacat tuna daksa secara keseluruhan yang ada di departemen sosial
Tambahan diagnosis terutama ditentukan berdasarkan kelainan motorik, gejala lain
bisa menyertai penderita CP sesuai dengan daerah kerusakan otak yang terjadi.
C. Karakteristik Anak
Cerebral Palsy
Manifestasi dari kerusakan, kelainan atau gangguan-gangguan
tersebut dapat bersifat tunggal (hanya satu macam), maupun jamak (lebih dari
satu macain). Artinya ada anak CP yang menunjukkan karakteristik adanya
kekakuan dalam satu
anggota gerak, tetapi ada pula anak CP yang menunjukkan karakteristik adanya
gangguan gerak pada beberapa anggota gerak. Tunggal atau jamaknya gangguan yang
dialami setiap penyandang CP sangat tergantung pada keluasan kerusakan ataupun
letak kelainan di dalam otak.
Berdasarkan uraian di atas, maka gejala-gejala CP sangat
bermacam-macam, diantaranya :
1. Karakteristik CP ditinjau dari jumlah anggota badan yang
berkelainan
Beberapa karakteristik kelainan dan keluasan kerusakan pada
jaringan otak penyandang CP adalah sebagai berikut :
a) Kelumpuhan pada satu. anggota gerak
Penyandang CP jenis ini biasanya disebut CP jenis monoplegia. Kelumpuhan
itu dapat terjadi pada salah satu tangan, atau pada salah satu kaki. Dapat pada
tangan kanan atau kiri, dan dapat pula pada kaki kanan atau kaki kiri saja.
Jadi pada anggota gerak yang tidak mengalami kelumpuhan keadaannya sehat atau
berfungsi sebagaimana fungsi tangan /
kaki orang normal.
b)
Kelumpuhan
pada dua anggota gerak
Dilihat dari sisi fungsi anggota gerak yang berkelainan, sementara
ahli menyatakan bahwa kelumpuhan yang terjadi pada anggota gerak bawah (kedua
kaki) adalah lebih berat dibandingkan dengan kelumpuhan yang terjadi pada
anggota gerak atas. Pernyataan ini kiranya dapat dimaklumi, mengingat fungsi
kaki sebagai penyangga beban tubuh secara keseluruhan. Apabila seseorang
mengalami kelumpuhan pada kedua kaki, maka ia akan mengalami kesulitan dalam
mobilitas guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara orang lain yang
mengalami kelumpuhan pada kedua tangan, mobilitasnya hampir tidak terganggu
samau sekali.
c)
Kelumpuhanan
pada tiga anggota gerak
Anak CP yang memiliki/mengalami kelumpuhan pada tiga anggota gera
dapat terjadi pada dua tangan dan satu kaki, atau pada kedua kaki dan satu
tangan. Penderitanya termasuk jenis triplegia.
d)
Kelumpuhan
pada empat anggota gerak
Penyandang CP yang mengalami kelumpuhan
pada keempat anggota gerak pada seluruh anggora gerak, termasuk jenis tetraplega
atau quadriplegia
2.
Karakteristik CP
ditinjau dari gejala pergerakan otot
a.
Gerak otot yang kaku (
rigid)
Menurut
Viola E. Cardwell. Penyangang CP Rigid merupakan hasil dari adanya luka Sistem Ekstrapiramidialis atau extrapyramidal system ( sitem yang berbentuk
piramid pada bagian luar dari pada otak).
Penyandang CP yang menyandang gerak
otot yang kaku bila ia sedang berjalan,maka geraknya mirip dengan gerakan
robot, geraknya lamban tertatah-tatah dan kelihatan sulit.
b.
Ada kekejangan otot (
spatik )
Dalam bahasa sehari-hari, istilah
spastik sering dipergunakan dari pada istilah kejang. Kekejangan otot tersebut
timbulterutama saat akan digerakkan, misalnya misalnya persendiannya tiba-tiba
akan dibengkokkan, maka otot-otot yang berlawanan berkontradiksi, sehingga
sulit untuk dibengkokkan. Demikian pula saat anggota gerak akan diluruskan,
maka terasa ada otot yang kejang, sehingga sulit untuk diluruskan.
Kejangnya otot, biasanya akan hilang
atau berkurang, pada saat keadaan tenang, misalnya saat anak tidur. Sebaliknya
kekejangan otot akan semakin menguat, saat anak dalam keadaan terkejut, marah,
takut, dan sebagainya. Cara terbaik dalam melatih dan mendidik anak-anak tipe
spestik adalah dengan menciptakan suasana yang tenang, pelan-pelan, sabar dan
dalam lingkungan yang membuat anak merasa senang
c.
Ada gerak yang tidak
disadari ( athetoid )
Penyandang
CP athetoid memeliki gejala-gejala yang tidak disadari atau tidak dibawah
perintah, tidak terkontrol serta menunjukkan gejala-gejala memutar. Gerakan
yang tidak terkontrol tersebut, kadang-kadang dapat terjadi tidak saja ditangan
atau kaki, tetapi juga sering pada bibir, mata, dan sebagainya.
Jumlah penyandaag CP
tipe ini termasuk
tidak banyak, namun
kelainannya termasuk yang sangat sulit
diperbaiki. Lokasi di otak yang mengalami kerusakan, kemungkinan besar pada
daerah ganglia basa (simpul saraf di sistem saraf pusat) atau pada
bagian lain dari traktus piramidalis (Soeharso, 1982,
Thoha Muslim, 1994,
Viola E Cardwcll).
d.
Ada gangguan koordinasi dan
keseimbangan (alaksia)
Sebagian dari anak CP ada yang menunjukkan gejala ganggua,
koordinasi dan keseimbangan atau ataksia. Penyebabnya adalah karena adanya
kerusakan dalam otak kecil atau cerebellu. Oleh karenanya penyandangnya
sering juga disebut dengan Cerebeliar Ataxia atau Atakial Serebelar. Sedang bila lokasi kerusakannya pada jembatan varol
atau sumsum lanjutan, maka penyandangnya disebut Bulbar Ataxia atal Alaksia
Bulbar.
Pada tipe ataksia ini anak yang menyandang CP seakan-akan
kehilanga perasaan keseimbangan, tidak adanya koordinasi dan hipotani (berkurangnya
tonus/berkurangrnya tegangan), Walaupun otot-ototnya tidak kaku, namu anak
kadang-kadang tidak dapat berdiri maupun berjalan. Hal ini oleh karena anak tidak
dapat meletakkan badannya dalam keseimbangan, maka ia selalu akan jatuh. Kalau
ia berjalan, maka jalannya seperti orang yang sedang mabuk,
kadang-kadang langkahnya terlalu lebar atau bisa juga langkahnya terlalu
pendek. Dengan demikian ia tidak dapat tetap dan stabil dalam posisi berdiri
atau dalam posisi geraknya.
e.
Ada gerakan gemetar
atau tremor
Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang
biasanya ada pada tangan atau jari –jari tangan. Pada orang normal biasanya
terjadi pada manula yang disebut Tremor Essentialis yaitu gerakan gemetar yang
terjadi tanpa sebab . selain manula ada juga orang yang sering tremor yaitu
keracunan air raksa( tremor senilis/mercurialis) pemabuk( tremor saturninus)
dan lain-lain.
Pada penyandang CP tipe tremor, kemungknan diakibatkan
oleh perusaka otak pada daerah Ganglia basal,dengan sifat kontraksi yang secara
terus menerus dan bergantian. Karakteristik gerakannya bersifat kecil-kecil ,
tanpa disadari, irama gerakannya tetap dan sukar dikendalikan oleh anak.
Akibatnya kesulitan dalam melakukan kegiatan. tempat terjadinya tremor pada
anak CP biasanya pada mata yang dapat
mengganggu penglihatan atau pada mulut dapat mengakibatkan gagap (Stuttering)
f. Gejala
gangguan gerak campuran
Sering ditemukan penyandang CP menunjukkan gejala-gejala
gangguan gerak campuran. Missal gerakan kaku (rigid) tetapi kadang gerakan
kejangkejang (sspastis)bahkan gangguan gerak anak yang melebihi dari dua tipe
gangguan missal atheotid,dengan Choreo athetoid, tremor ,atau ataxi dan
sebagainya
Dalam hubunganya dengan
karakteristik penyandang CP Viola E. Cardwell pernah membandingkan populasi
penyandang CP ditinjau dari gejala kelumpuhan yang tampak dan syndroma
(kompleks gejala gangguan) gerakan
Dan hasilnya adalah dari 1254 orang
ternyata jumlah yang terbanyak menunjukkan
gejala kelumpuhan pada keempat atau seluruh anggota gerak / quadriplegia(800
orang). Dan yang kedua terbanyak adalah yang mengalami kelumpuhan pada dua
anggota gerak atau separuh badan/ hemiplegia( 290 orang)yang setersnya golonga
paraplegia,triplegia dan monoplegia
Dan ditinjau dari gangguan gerak dari 1264 orang CP
tipe spastic 550 orang, athetoid 400 orang rigid 200 orang dan diikuti tipe
campuran, ataksia , dan tremor
Hal tersebut dapat memberikan gambaran :
a) Dari
gejala kelumpuhan penyandang terbanyak pada keempat anggota gerak dan paling
sedikit pada satu anggota gerak
b) Dari
gejala gerakan otot jumlah penyandang terbanyak adalah anak yang mengalami
kekejangan oto dan paling sedikit yag mengalami gemetar
c) Sehingga
dapat dengan tepat memberikan pertolongan dan penyediaan alat bant dengan jumla
yang sesuai dengan karakteristik anak CP tersebut
3. Karakteristk
penyerta pada anak CP
Letak kelainan
penyandang cp berada di otak, dimana terdapat kerusakan atau luka. Dengan
begitu berat ringannya kelainan tergantung pada luas atau tidaknya
kerusakan-kerusakan yang ada di otak. Selain itu kelainan yang disandang
tergantung pada bagian mana dari otak tersebut yang mengalami kerusakan,misal
kerusakan kelainan pada bagian gerak, sedangkan panca indra tidak berkelainan.
Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan kerusakan didalam otak meliputi
juga fungsi-fungsi panca indra yang berakibat kelainan (a) penglihatan (b)
pendengaran (c) peasaan dan sebagainya, termasuk fungsi kecerdasan dan jiwa.
a. Karakteristik
kecerdasan
Pemeriksaan kecerdasan anak CP tidak mudah
dilakukan, terutama anak tersebut memiliki kelainan penglihatan ,pendengaran,
atau kecakapan bicara. Terdapat banyak anak CP yang sesungguhnya cerdas tetapi
kelihatan bodoh, karena anak tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan
–pertanyaan si pemeriksa dan anak tersebut tidak atau kurang lancer dalam
berbicara( Soeharso,1982). Eleanor Schonel (1989) pernah menyampaikan
rekomendasi bagi para professional yang melakukan pemeriksaan kecerdasan anak
CP bahwa pemeriksaan harus dilakukan secara hati-hati,karena keadaan anak CP
tidak mudah seperti anak-ank yang yang tidak berkelainan. Meskipun terbilang
sulit pemeriksaan kecerdasan anak CP sangat penting untuk member pertolongan
pada anak CP. Menurut Soeharso (1989) berdasarkan hasil pemeriksaan para
ahli,bahwa tiap-tiap 100 anak CP yang
diperiksa tingkat 30-40% anak yang memang termasyk bodoh atau kurang cerdas,
dan berarti anak CP yang kecerdasannya normal atau cerdas ada 60-70 anak
walaupun mereka mengalami kesulitan dalam berbicara maupun menulis. Hopskin
(dalamViola E.cardwel,t th ) pernah mengadakan penelitian tingkat kecerdasan
anak CP , dengan jumlah sasaran 992 anak. Dari sejumlah CP tersebut ,diketahui
bahwa sekitar 72% anak CP memiiki kadar IQ dibawah 90 ( 50% ddibawah 70) dan
sekitar 29% anak memiliki IQ diatas 90.
Hal ini bertentangan dengan hasil pemeriksaan para ahli lain yang
dikutip oleh Soeharso ( 1982). Perbedaan ini dapat terjadi , kemungkinan karena
adanya perbedaan-perbedaan dalam hal :
a) Instrument
yang digunakan
b) Anak
CP yang diperiksa
c) Pemeriksaannya
d) Suasana
dan tempat pemeriksaan
Hasil penelitian lain
dilakukan oleh Eleanor Schonell di Brimingham Inggris terhadap 354 anak CP
dengan meggunakan Terman Merrill Intelligence Scale sebagai berikut :
Tingkat IQ
|
Laki-Laki(%)
|
Perempuan(%)
|
Total(%)
|
130+
110-129
90-109
70-89
50-69
25-49
<25
Tdk diperiksa
|
1.0
3.0
20.7
27.0
22.8
8.8
12.5
4.2
|
_
3.7
19.3
26.7
23.0
13.0
10.6
3.7
|
.6
3.4
20.1
26.8
22.9
10.7
11.6
3.9
|
Total
|
100
|
100
|
100
|
Dari table tersebut dapat diketahui
hal-hal sebagai berikut :
a.
Walaupun persentasenya
kecil, ternyata diantara anak CP dapat diketemukan anak yang memiliki tingkat
kecerdasan diatas normal yaitu sebesar 4%
b.
Sebanyak 20.1 % anak CP
memiliki tingkat kecerdasa normal
c.
Sebagian besar anak CP
(72%) memiliki tingkat kecerdasan bawah normal.
d.
Dari sejumlah anak CP
yang tergolong memiliki tingkat kecerdasan di bawah , sebanyak 26.8% termasuk
kelompok dull Normal,34.6% termasuk Feeble Minded atau moron, dan sekitar 11.6
% anak CP termasuk Idiot
e.
Tingkat kecerdasan
antara anak CP laki-laki dan perempuan dapat dikatakan relative seimbang.
f.
Ada sekitar 3.9% anak
CP yang sulit dilakukan pemeriksaan kecerdasannya.
Hasil ini relative sama
dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Hopskin yaitu 72% dibawah normal dan
selebihnya normal dan supernormal. Hal ini berarti sekitar 28% anak CP memilki
harapan untuk mendapatkan pertolongan dan pendidikan sewajarnya. Selain CP yang
mempunyai kecerdasan dibawah normal ada juga jenis kelainan lain yaitu tunagrahita.
Cara membedakannya adalah melihat keadaan anak tersebut , bila kelainan
mentalnya disertai kelinan anggota gerak baik gejala kelumpuhan maupun gejala
gerakan otot maka anak tersebut termasuk kelompok celebral palsy. Sementara
apabila kelainan hanya tunggal yaitu kelainan kecerdasannya, maka ia termasuk
kelompok tunagrahita (Nill R Gearheart & Mel W. Weilshan, 1976)
Apakah tingkat kecerdasan anak CP berhubungan
dengan tipe kelainan fisik atau anggota gerak? Lihat table dari hasil
pemeriksaan Eleanor Schonell
|
Spastik
|
Athetoid
|
Ataxia
|
Campuran
|
Jumlah
|
Mean
IQ
S.D
Jumlah
Tdk
trpriksa
Jumlah
total
|
67.9
27.7
277
9
289
|
67.6
25.5
41
4
45
|
62.3
19.3
4
_
4
|
62.4
21.5
18
1
19
|
340
14
354
|
Pada table tersebut dapat diketahui :
a) tingkat
kecerdasan anak CP tipe Hemiplegia pada bagian tubuh sebelah kiri dan sebelah
kanan dan CP tipe para plegia memiliki rata-rata IQ yang relative sama.
b) Walaupun
anak CP dari berbagai tipe anak CP memiliki tingkat kecerdasan rata-rata di
bawah normal, namun anak CP tipe Quadriplegia termasuk yang paling rendah rata
rata tingkat kecerdasannya
c) Bahwa
anak CP bila ditinjau dari tipe kelumpuhan anggota gerakna sebagian besar anak
CP tipe Hemiplegia
b. Karakteristik Kemampuan Bicara
Anak-anak cerebral
palsy banyak yang sukar atau tidak dapat berbicara, seakan-akan alat-alat untuk
bicaranya tidak dapat dikoordinasikan. Kadang-kadang kelihatan jelas sekali ank
yang bersangkutan berusaha sekuat tenaga untuk berbicara, akan tetapi suaranya
tidak jelas, tidak keras, terputus-putus, sehingga orang lain yang mendengarnya
tidak dapat mengerti maksudnya. Juga pada saat berbicara, mereka menggerakkan
bibir dan mulut secara tidak normal. Mulutnya kelihatan menceng ke kanan atau
ke kiri, lidahnya kelihatan keluar masuk tidak menentu, bahkan kepalanya juga ikut
digerak-gerakkan. (Soeharso, 1982).
Karakteristik gaya
bicara pada anak CP tersebut, disebabkan oleh kerusakan di dalam otak, yang
mengakibatkan kekaku-kakuan atau kelayuhan pada otot-otot lidah, bibir, pipi,
dan tenggorakan (Soeharso, 1982, Palmer, dalam Viola E. Cardwell, t.th.).
c. Karakteristik Kemampuan Mendengar
Menurut Soeharso,
(1982); kelainan pendengaran bagi anak CP umumnya dialami oleh mereka yang
termasuk tipe spastic, sebagai akibat dari seringnya mengalami kejang-kejang,
sehingga syaraf-syaraf pendengarannya kurang berfungsi secara wajar. Meskipun
kedaan telinga anak tidak mengalami sakit atau kelainan.
d. Karakteristik Kemampuan Penglihatan
Meskipun anak CP tidak
mengalami kebutaan, tetapi kadang ditemukan anak yang tidak/kurang awas, matanya
asymetris (strabismus) atau kera (jawa), dimana biji mata yang satu letaknya
miring. Ada pula anak CP yang tidak dapat memandang dengan diam dan tenang,
selalu bergerak atau hyperactive.
Karakteristik tersebut
kemungkinan besar dipengaruhi oleh kelainan atau kerusakan pada simpul syaraf
penglihatan yang ada di otak.
e. karakteristik pada aspek Taktil dan
kinestetik
Istilah taktil atau
tactile berarti mengenai perabaan tactile agnosia misalnya berarti kehilangan
daya ntuk mengenal sesuatu dengan perabaan. Sedang istilah kinestetik atau
kinesthesia berarti daya memahami gerakan otot, berat tahanan, sikap, dan
sebagainya.
Akibat dari kerusakan
pusat syaraf di otak, anak CP tidak sedikit yang mengalami gangguan pada
aspektaktil dan kinestetik ini, seperti :kesulitan membedakan yang halus dan
yang kasar, adanya gerakan tidak didasari, tidak sanggup memberikan tahanan
pada otot-otot anggota gerak, dan sikap duduk, berarti mengontrol posisi
kepala, leher, dan sebagainya juga mengalami gangguan.
f. karakteristk pada aspek persepsi
Anak CP, tidak sedikit
yang menunjukkan karakteristik seprti mengalami kesulitan dalam mengolah
rangsangan visual aditori dan taktil yang diterima. Juga mengalami kesulitan
dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, rang, arna, bunyi, dan rasa. Hal ini
kemungkinan karena adanya kerusakan pada posterior cerebral dan batang otaknya
(Sidiarto Kusumoputro, 1995).
g. karakteristik yang berhubungan dengan
lateralisasi
Anak CP terkadang
menunjukkan karakteristik dimana ia mengalami kesulitan untuk menggunakan
anggota tubuh yang dominan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kerusakan pada
hemisfer kiri (Maurits, 1993; Reichert, 1992; Salmaso, 1993).
sumber:
Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
0 komentar:
Posting Komentar