UPAYA BANTUAN BAGI ANAK CP-- Macam dan Cara Membina Kemampuan Fisik
Kelainan utama pada anak cerebral palsy terletak pada aspek fisik terutama pada fungsi syaraf otot, sendi, kerjasama sayaf otot tulang dan sendi. Untuk pencegahan terjadinya permasalahan baru maka mereka harus diberikan bantuan, antara lain :
1. Penguatan Otot
Macam alat bantu yang digunakan untuk menguatkan otot dan melatih fungsi otot dan mendidik otot antara lain :
a. Alat penonggak/kruk yang dipakai sebagai alat bantu berjalan.
b. Walking paralel Bar, untuk berlatih berjalan dan dapat dinaik turunkan sesuai kebutuhan.
c. Stair case, untuk berjalan naik turun tangga.
d. Walker, untuk melatih berjalan dan membantu fungsi semi mobilitas.
e. Kursi roda, untuk membantu mobilitas yang emngalami kelumpuhan pada kedua kakinya.
f. Stand in table, untuk melatih persiapan kegiatan.
g. Stall bars, untuk melatih kekuatan otot dan koordinasi gerak.
h. Pulley weight, untuk melatih keakuatan otot baik tangan ataupun kaki.
i. Tempat tidur.
j. Alat-alat berbentuk silinder, untuk mendidik otot bereaksi spontan.
k. Kursi duduk, sebagai penguat ketahanan otot –otot penegak kepala dan leher.
l. Crawer, melatih anak yang belum kuat merangkak.
m. Tripod, tongkat berkaki tiga yang terbuar dari kayu atau pipa besi untuk melatih berjalan sebagai peningkatan dari walker.
n. Belt (sabuk pengaman), untuk memegang anak yang sedang berjalan tanpa alat lain.
o. Leg skate, untuk menguatkan otot-otot yang menggerakkan sendi lutut dan pinggul.
p. Bicycle exerciser, untuk melatih otot tungkai dan melatih daya tahan.
Berikut adalah terapi fisik dan terapi okupasi untuk anak CP :
a. Fisio Terapi
Fisio terapi adalah suatu penyembuhan atau pengobatan bagi penderita kelainan fisik dengan menggunakan tenaga, daya dan khasiat alam. Berbagai khasiat alam tersebut antara lain :
1) Pemberian fisioterapi mekanoterapi,
2) Message, yaitu memberikan gosokan pada tempat tertentu yang dapat untuk mempertinggi ketegangan atau kekenyalan otot.
3) Pemberian terapi dengan tenaga air.
4) Pemberian terapi dengan menggunakan arus listrik gauan merangsang otot yang lumpuh dan peredaran darah.
5) Dengan termmoterapi atau sinar panas, untuk pengurangan rasa nyeri dan peningkatan metabolisme.
Sebagai contoh kegiatan latihan penguat otot dalam dalam wujud : anak disuruh mendorong gerobak dan muatannya disesuaikan atau bisa diubah-ubah sesuai kemampuannya, menarik tambang yang diberi pemberat, memutar kincir yang memakai bunyi-bunyian, menahan semprotan air dilakukan dengan permermainan, berenang, dll.
b. Terapi Okupasi.
Terapi okupasi merupakan pengobatan/penyembuhan/pemulihan melalui kegiatan dan kesibukan kerja. Terapi okupasi juga sebagai sarana pencegahan artinya agar kelainan yang disandang anak CP tidak semakin parah. Dan juga sebagai sarana penyembuhan artinya upayan untuk memaksimalkan potensi dari otot sesuai fungsinya. Selanjutnya sebagai pengembangan kepribadian, watak, dan kreatifitas sebagai sarana mengembangkan bakat, kemampuan bercita-cita, berkarsa dan berkarya. Dengan demikian anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya.
Bentuk terapi okupasi, dapat berupa individual maupun kelompok, yang berupa :
1) Kegiatan sehari-hari (ADL).
2) Kesibukan tangan dan kaki.
3) Kerajinan /pekerjaan tangan.
4) Permainan.
5) Kesenian
6) Latihan dasar-dasar ketrampilan kerja.
2. Memperbaiki Gerak Pada Persendian
Gerakan organ tubuh sangat dipengaruhi oleh fungsi setidaknya persendian tertentu yang terkait dengan anggota gerak tubuh yang bersangkutan.
Bagi anak CP biasanya persendian yang mengalami gangguan adalah pada sendi bahu, sendi siku, sendi jari tangan, sendi pinggul, sendi lutut, sendi jari kaki, sendi pergelangan kaki, sendi pergelangan tangan. Untuk mengetahui apakah sendi yang akan diberikan latihan memiliki kemungkinan gerak tertentu atau tidak, seperti :
a. Fleksi atau melakukan gerakan keluar poros. (membengkok atau menekuk)
b. Ekstensi atau melakukan gerakan kembali bersikap semula.
c. Melakukan gerakan keluar dari garis tengah.
d. Melakukan gerakan kembali ketengah tubuh.
e. Melakukan gerakan keluar memutar pada porosnya sendiri dan sebagainya.
Untuk melatih/memperbaiki/menyembuhkan kelainan sendi anak, dapat dilakukan beberapa cara, seperti :
a. Melakukan Operasi Ortopedi
Operasi ini terutama diperuntukan bagi anak yang kondisi persendiannya kurang berfungsi, mungkin karena salah bentuk atau tidak dapat bergerak sesuai fungsi sendi yang bersangkutan. Kegiatan operasi ortopedi ini selalu diikuti kegiatan latihan gerak/latihan fungsi sendi.
b. Perbaikan sendi melaui terapi bermain.
Terapi bermain yang menojol digunakan untuk perbaikan sendi adalah dimaksudkan agar dengan bermain anak melakukan aktivitas gerak sesuai dengan tujuan terapi, misalnya menangkap bola, arah terapinya agar anak melakukan gerakan siku lurus kedepan da sebagainya.
c. Perbaikan sendi melalui fisio terapi.
1) Perbaikan Sendi dengan hidroterapy
(a) Hidrokinetik, dimana tekanan air yang mengenai persendian dapat mengurangi kekuatan sendi, membetulkan posisi sendi.
(b) Hidrotermal, suhu air panas dapat melemaskan sendi sehingga membantu mempermudah latihan gerak sendi.
2) Perbaikan sendi denga termotherapy, sinar infra merah berpengaruh terhadap kesantaian dan pengobatan radang sendi yang tidak panas.
3) Perbaikan sendi dengan electro therapy, bagi penyandang cacat pada persendian dapat menggunakan arus listrik frekwensi tinggi.
4) Perbaikan sendi dengan latihan gerak atau mekano.
Ada gerak pasif dan gerak aktif, gerak pasif dilakukan secara berulang untuk memelihara gerakan sendi ,dan gerak aktif untuk melatih fungsi sendi.
5) Perbaikan sendi melalui pemijatan, agar gerak sendi bertambah luas dan mudah.
d. Terapi okupasi.
Tujuan terapi okupasi dalam memperbaiki gerak sendi adalah untuk mencegah kekakuan sendi atau kelainan bentuk anak kearah hesembuhan, memelihara derajat gerak persendian semaksimal mungkin, untuk memelihara kekuatan, khususnya dalam otot-otot yang mengelilingi sendi yang terkena,dll.
Program dan langkah terapi okupasi :
a) Menentukan posisi tubuh yang baik dan betul selama melakukan kegiatan dan istirahat.
b) Menentukan cara melakukan kegiatan kerja agar tidak merusak persendian.
c) Memberikan pekerjaan dengan tidak meletakkan tekanan pada sendi.
d) Berikan teknik penghematan tenaga.
e) Adakanlah sistem tukar pekerjaan.
f) Jangan terlalu lama anak memegang suatu alat atau benda.
g) Hendaklah mengadakan konsultasi dengan tenaga medis sebelum menyusu program.
Bentuk kegiatan misalnya, melakukan kegiatan dengan berjemur dipagi hari, berbagai macam permainan, kegiatan kerumahtanggaan, pekerjaan tangan atau prakarya.
Hal yang harus diperhatikan antara lain :
1) Mengenakan pakaian agak longgar.
2) Perhatikan kondisi mental dan fisik anak.
3) Pekerjaan dibuat bervariasi atau berirama.
4) Latihan perlu dilokalisasikan.
5) Perlu menyusun periode waktu.
6) Hindarkan latihan yang berlebihan.
7) Hindarkan ketegangan.
8) Perhatikan kondisi sendi.
9) Hindarkan tekanan pada tulang panjang dan punggung.
10) Sesuaikan kebutuhan alat dengan kondisi anak
3. Memperbaiki Posisi/Sikap Tubuh
Kecacatan seseorang meskipun dalam kriteria ringan jika tidak mendapat terapi fisik secara berkesinambungan, kondisi itu dapat menjadi semakin berat. Untuk itu perlu adanya latihan fisik ataupun pengaturan posisi anggota badan secara memadai. Pengaturan posisi tubuh yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
a. Posisi Kepala
Posisi kepala harus selalu tegak. Setelah anak dapat mengontrol gerakan kepala dan telah mencapai kereleksaan yang maksimum, baru dimulai dengan kegiatan selanjutnya.
b. Posisi Tubuh
Tubuh menelentang atau menelungkup dengan posisi kepala tegak, tangan dan kaki kanan atau kaki kiri direntangkan. Pada posisi ini anak akan merasakan langsung adanya latihan persepsi.
c. Posisi Anggota Tubuh
Kaki dan tangan diperlukan untuk bergerak mobilitas. Posisi kaki dalam berdiri, merangkak dan berjalan, harus dilatih dalam posisi yang baik dan benar supaya memudahkan gerak mobilitas.
d. Posisi Duduk
Duduk bersila di lantai adalah salah satu cara yang berguna untuk memberikan kerelaksaan atau pelemasan terhadap otot-otot abduksi (otot-otot sebelah luar paha).
e. Merangkak
Latihan merangkak permulaan dapat mempergunakan alat yang sesuai dengan kondisi anak, misalnya: hight adjustable crowler. Pola merangkak atau koordinasi merangkak yang dipakai adalah pola tangan dan lutut dari karet, sebagai langkah yang harus dilalui.
f. Posisi Berdiri
Kemampuan berdiri dengan dapat mengontrol tubuh, baik dalam hal keseimbangan maupun dalam menggoyangkan badannya berarti posisi berdiri itu telah mantap. Jika posisi berdiri telah kuat, tahap berikutnya ialah mulai dilatihkan melangkah.
g. Meloncat-loncat di tempat
Latihan keberanian, keseimbangan atau meloncat-loncat di tempat dengan lantai beralas matras karet busa.
h. Berjalan
Barjalan dengan alat bantu yang sesuai, yaitu dengan alat bantu berjalan dengan berbagai macam modelnya, tingkat pelatihan berjalan dilakukan dengan memakai palang sejajar/paralel bar, naik turun tangga, meniti jembatan sempit,dsb.
4. Melatih/Memperbaiki Koordinasi Gerak
Latihan koordinasi gerak diperlukan untuk kelancaran dan ketetapan gerak satu anggota tubuh maupun gerak beberapa anggota tubuh. Umumnya bila satu otot berkontraksi, otot lawannya harus merentang. Kalau tidak bergerak bagian tersebut menjadi kaku. Kalau kedua-duanya merentang, anggota tersebut akan lumpuh. Kalau syaraf penerima berhenti bekerja maka kesalahan gerak tidak terasa.
Koordinasi juga harus ada antara anggota yang satu dengan anggota gerak yang lain. Kalau seseorang menangkap bola, gerak tangan, telapak, jari tangan, pinggang dan kaki harus tertuju pada maksud tersebut, kalau tidak bola tidak tertangkap.
Macam latihan koordinasi mata dan tangan:
a) Mengambil dan menyimpan benda-benda besar
b) Mengambil dan menyimpan benda-benda kecil
c) Meletakan benda dalam berbagai posisi
d) Menyusun bentuk-bentuk yang besar sampai yang terkecil
e) Menyusun urutan dari yang tertinggi ke yang terendah
f) Menyusun bermacam-macam balok
g) Menyusun puzzle sederhana
h) Menyambung titik dengan titik secara vertical
i) Menggunting, menempel
j) Menekan bermacam-macam tombol
k) Menutup dan membuka pintu, dll.
Macam latihan koordinasi mata dan kaki:
a) Melangkahkan kaki dalam bentuk bulatan-bulatan
b) Melangkahkan kaki sesuai dengan bentuk telapak kaki yang telah diatur
c) Menendang bola besar
d) Menendang bola kecil
e) Meloncat dan melompat
f) Berjalan dengan berbagai rintangan, dll.
5. Melatih Keseimbangan
Cara melakukannya, antara lain:
a) Anak didudukkan, didorong ke depan, ke belakang, ke samping sesuai dengan kemampuan anak.
b) Setelah anak agak stabil duduknya, disuruh mengangkat lengannya satu demi satu berganti-ganti atau keduanya sekaligus.
c) Selanjutnya jika anak sudah dapat duduk, dilanjutkan dilatih keseimbangan sambil menangkap bola atau mengambil sesuatu yang ada di dekatnya.
Contoh kegiatan latihan keseimbangan yang lain misalnya:
a) Anak diminta berdiri tegak tanpa pegangan
b) Berdiri dengan satu kaki secara bergantian tanpa berpegangan
c) Tubuh membentuk posisi seperti pesawat terbang
d) Berjalan di atas pematang atau papan keseimbangan
e) Berjalan di lantai,dsb.
B. Bimbingan Mental dan Sosial Psikologis
1. Membina Rasa Ketuhanan dan Budi Pekerti
Membina rasa Ketuhanan hakekatnya berbicara masalah kualitas keimanan. Kualitas keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku setiap hari.
Cara membina rasa Ketuhanan pada anak CP, antara lain dimulai dengan menanamkan nilai dan norma iman, karena keimanan mengandung nilai dan norma ketuhanan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi perisai dari agresi kejahatan, materidan keputusasaan anak dalam hidup. Sifat mudah marah, putus asa, ragu-ragu anak sebagian dikarenakan merasa Tuhannya kurang mengasihi dirinya dirinya, kurang diperhatikan Tuhan atau merasa disiksa Tuhan dalam hidup di dunia. Melalui contoh-contoh yang kongkrit dan sederhana, anak CP dapat ditanamkan rasa Ketuhanan, misalnya dengan memberikan contoh kelemahan orang normal yang cenderung melanggar nilai dan norma.
Bimbingan budi pekerti pada anak CP dimaksudkan agar anak menjadi manusia yang berbudi luhur, sopan santun, andap asor, jujur, berdisiplin, dan memiliki rasa setia kawan.
2. Membina Konsep Diri dan Pemahaman Diri
Anak CP, hidup dalam lingkungan sosial, ia berkomunikasi dengan lingkungannya, baik lingkungan hidup maupun lingkungan mati. Proses Komunikasi dengan lingkungan sosial inilah yang dapat membuat anak CP dapat memahami dirinya dan dapat memiliki konsep diri. Seandainya ia hidup dalam situasi isolasi diri maka tidak bakal terjadi adanya pemahaman diri dan konsep diri.
Konsep diri merupakan semua ide, pemikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginanya. Karenanya konsep diri biasanya akan menghasilkan pemahaman diri.
Konsep diri dan pemahaman diri akan sangat di warnai oleh hasil dari komunikasi sosial, sehingga pada diri anak CP dapat timbul penilaian atas dirinya. Penilaian diri tersebut dalam arti diri sebagai subyek dan diri sebagai obyek. Diri sebagai subyek berarti anak CP merupakan makhluk yang sadar dan aktif, sedang diri sebagai obyek berarti dirinya sebagai bahan renungan (obyek pemikiran).
Untuk dapat mendudukkan diri sebagai subyek dan diri sebagai obyek tersebut, dapat bertolak dari persepsi diri terhadap :
a. Kondisi fisik diri .
b. Kondisi psikis diri.
c. Kondisi sosial diri.
3. Membina Kemampuan Kosentrasi
Daya konsentrasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang dalam melaksanakan kegiatan tertentu, agar menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Dampak sekunder kelainan CP, kadang berupa adanya gangguan konsentrasi. Mereka sangat mudah beralih perhatiannya dari suatu obyek ke obyek yang lain. Atau sebaliknya memiliki sifat tekun yang abnormal, dimana sangat susah mengalihkan perhatiannya ke obyek yang baru, sehingga respon terhadap obyek yang baru masih sama dengan respon terhadap obyek yang lama.
Agar dapat menuju perkembangan anak dapat lebih baik, mereka perlu dilatih daya konsentrasinya, antara lain dengan cara sebagai berikut : melalui terapi bermain, melalui bina gerak dan irama, melalui kegiatan terapi, melalui terapi okupasi dan alat peraga yang merangsang anak untuk memusatkan perhatiannya.
4. Membina Daya Fantasi dan Kreasi
Setiap anak (normal maupun kelainan) memiliki daya fantasi dan kreasi, hanya saja kualitas serta derajat fantasi dan kreativitas itu berbeda satu dengan yang lain. Anak CP hakekatnya juga memiliki daya fantasi dan kreasi sebagai ekspresi dari cipta-karsa dan karya keindahannya. Manifestasinya dapat bervariasi diantaranya banyak diantara mereka yang pandai menggambar, cekatan dalam mengerjakan sesuatu tugas, sementara anak normal sendiri kadang mengalami kesulitan. Pengembangan daya fantasi dan kreasi pada anak CP sangat besar manfaatnya bagi anak di kemudian hari.
5. Menghapus Rasa Rendah Diri dan Memupuk Harga Diri
Salah satu dampak sekunder dari kelainan CP pada aspek kepribadian adalah pada aspek harga diri yang rendah.
Upaya membantu menghapus rasa rendah diri dan memupuk harga diri, antara lain dengan : Memberi kesempatan berhasil ; Menanamkan gagasan ; Mendorong aspirasi, Memberikan keteeladanan dan contoh orang-orang yang memiliki kondisi yang sama tetapi berhasil dalam belajar, bekerja dan sukses dalam hidupnya.
6. Membina Perasaan dan Sikap Sosial
Kepada anak-anak CP, perlu dibina perasaan sosial dan sikap sosial yang positif. Paling tidak ada 2 aspek yang perlu ditanamkan kepada mereka, yaitu (a) kemampuan mengadakan relasi sosial, seperti (1) kemampuan bergaul, (2) kemampuan bekerjasama dengan orang lain, (3) dimilikinya peran sosial yang sesuai dan jelas, (4) kemampuan mengadakan penyesuaian sosial, (b) kemampuan mengadakan integrasi sosial.
7. Membina Kemampuan Bicara
Terapi bicara, merupakan suatu usaha penyembuhan bagi mereka yang mengalami kelainan atau hambatan dalam bicara, bahasa dan irama melalui latihan yang disesuaikan dengan kelainannya.
Anak CP yang termasuk memperoleh layanan terapi bicara antara lain :
a. Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa (delayed speech and language development).
b. Anak yang bicaranya gagap (atuttering)
c. Anak yang mengalami gangguan bicara karena kelainan mental.
d. Anak yang mengalami kelainan bicara karena mengalami tuna dengar.
e. Anak yang celah langit-langitnya mengalami kelainan (cleft palate).
f. Anak yang kehilangan kemampuan berbahasa (aphasia).
g. Kelainan suara (voiced disorder).
C. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (ADL)
Ruang lingkup latihan ADL bagi anak CP antara lain ( Bleck, EE, Nagel D.A.,1982; John Umbreit, 1983; Kiphard Ej, 1980) adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan di tempat tidur 6. Kegiatan berpakaian
2. Kegiatan di kursi roda 7. Kegiatan berdiri dan duduk
3. Kegiatan berpergian 8. Kegiatan berjalan
4. Kegiatan perawatan diri sendiri 9. Kegiatan menyimpan
5. Kegiatan makan 10. Kegiatan pergaulan
Anak – anak CP sangat perlu memperoleh latihan ADL dengan berbagai macam kemampuan diatas serta latihan ADL disesuaikan dengan kebutuhan yang ada pada masing-masing anak.
1. Latihan berjalan dengan kruk (crutch)
Untuk dapat berjalan dengan kruk, diperlukan adanya otot – otot tangan yang kuat, karena harus menahan beban berat badan. Cara latihan penggunaan kruk, dapat di ikuti langkah – langkah sebagai brtikut :
a. Posisi tripot, artinya kedua kaki kruk berada di samping badan agak condong ke depan, sementara kedua kakinya berada agak di belakang.
b. Berikutnya kaki diangkat dan turun secara bergantian di tempat untuk mencoba keseimbangan tubuh.
c. Latihan mulai berjalan.
2. Latihan menggunakan kursi roda ( wheel chair )
Sebelum berjalan menggunakan kursi roda, terlebih dahulu melakukan latihan- latihan sebagai berikut :
a. Latihan duduk seimbang
b. Cara berpindah tempat dari atas kursi roda ke bawah
c. Cara keluar dan masuk pintu
3. Latihan makan
Sebelum melakukan bimbingan dan latihan makan untuk anak-anak CP, terlebih dahulu diketahui pola dan cara makan anak-anak normal. Apabila ada kelainan, kelainan itu dijadikan dasar untuk menetukan cara melatihnya. Misalnya :
a. Cara minum dengan dot pada botol.
b. Cara makan makanan yang berupa cair.
c. Cara makan dengan sendok yang digerakkan dari gelas atau piring.
d. Cara makan makanan yang lunak, agak keras, berupa biji-bijian atau sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain :
a. Langkah awal sebelum program makan :
1) Berikan rangsangan pada organ mulut.
2) Gunakan jari manis atau telunjuk, gosokkan sedikit pada mulut, dan tangan dikeluarkan, biarkan makanan ditelan.
3) Usaplah dengan sedikit menekan langit-langit dari belakang ke depan, jari dikeluarkan dan dibiarkan anak menelan, lalu lakukan berulang-ulang.
4) Latihan menutup bibir.
b. Menentukan posisi atau sikap makan
Beberapa posisi yang dapat dijumpai pada anak CP sebagai berikut :
1) Posisi anak CP yang belum mampu menguasai kontrol kepala, dapat dilakukan sebagai berikut :
• Posisi berhadapan
• Posisi duduk samping
2) Posisi anak CP yang sudah mampu duduk sendiri, posisi ini dapat dilakukan dengan cara :
• Dengan bantuan pada bahun dan tangan
3) Anak CP yang sudah dapat mengontrol kepala
c. Teknik memberi makan
Dalam memberikan makanan ( menyuap ), arah sendok perlu diperhatikan, sendok harus lurus dari arah depan, sejajar dengan mulut.
d. Peralatan makan
Pada anak tertentu kadang membutuhkan peralatan khusus, senkhusus berbentuk bulat, tidak terlalu cekung. Piring atau mangkuk sebaiknya dari bahan melamin, plastik atau alumunium.
4. Latihan merapikan diri
Anak – anak CP memerlukan latihan dalam hal merapikan diri misalnya, menyisir rambut, merias rambut, merias diri, memakai sandal, memakai alat-alat khusus dan lain-lain.
D. Peran Guru PLB dalam Membina Kemampuan Fisik dan Psikis Anak CP
Dalam rangka pelayanan rehabilitasi dan pendidikan bagi anak CP, para guru PLB memiliki peran yang strategis, yaitu:
a) Menyediakan data hasil pengamatan, tes dan/atau interview mengenal kemampuan dan ketidakmampuan fisik dan psikis anak.
b) Mengadakan konsultasi dan/atau tukar pikiran dengan teman sejawat (guru lain) tentang kondisi anak tertentu pada setiap ada kesempatan.
c) Menyiapkan program layanan/bimbingan/latihan tertentu pada anak, lewat kegiatan-kegiatan yang memiliki makna teraputik.
d) Mengadakan konsultasi dengan tenaga profesional (tindakan rujukan) sesuai dengan kebutuhan.
e) Atas dasar saran dari tenaga profesional dan sesuai dengan kemampuan guru sendiri, guru melaksanakan program bimbingan atau latihan kepada anak tertentu secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar bidang studi tertentu.
f) Mengadakan evaluasi secara periodik atas kemajuan yang dicapai anak.
g) Membuat catatan tertentu (terutama yang cenderung menonjol) tentang masing-masing anak dalam suatu file tertentu.
h) Melaporkan kondisi anak dan kemajuan-kemajuan yang dicapai anak kepada orangtua.
i) Setiap kesulitan/hambatan pelaksanaan program, ada baiknya dibicarakan dengan teman sejawat dan/atau konsultasi kepada tenaga profesional, sehingga anak segera mendapatkan layanan yang sesuai.
sumber:
Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan KebudayaanKelainan utama pada anak cerebral palsy terletak pada aspek fisik terutama pada fungsi syaraf otot, sendi, kerjasama sayaf otot tulang dan sendi. Untuk pencegahan terjadinya permasalahan baru maka mereka harus diberikan bantuan, antara lain :
1. Penguatan Otot
Macam alat bantu yang digunakan untuk menguatkan otot dan melatih fungsi otot dan mendidik otot antara lain :
a. Alat penonggak/kruk yang dipakai sebagai alat bantu berjalan.
b. Walking paralel Bar, untuk berlatih berjalan dan dapat dinaik turunkan sesuai kebutuhan.
c. Stair case, untuk berjalan naik turun tangga.
d. Walker, untuk melatih berjalan dan membantu fungsi semi mobilitas.
e. Kursi roda, untuk membantu mobilitas yang emngalami kelumpuhan pada kedua kakinya.
f. Stand in table, untuk melatih persiapan kegiatan.
g. Stall bars, untuk melatih kekuatan otot dan koordinasi gerak.
h. Pulley weight, untuk melatih keakuatan otot baik tangan ataupun kaki.
i. Tempat tidur.
j. Alat-alat berbentuk silinder, untuk mendidik otot bereaksi spontan.
k. Kursi duduk, sebagai penguat ketahanan otot –otot penegak kepala dan leher.
l. Crawer, melatih anak yang belum kuat merangkak.
m. Tripod, tongkat berkaki tiga yang terbuar dari kayu atau pipa besi untuk melatih berjalan sebagai peningkatan dari walker.
n. Belt (sabuk pengaman), untuk memegang anak yang sedang berjalan tanpa alat lain.
o. Leg skate, untuk menguatkan otot-otot yang menggerakkan sendi lutut dan pinggul.
p. Bicycle exerciser, untuk melatih otot tungkai dan melatih daya tahan.
Berikut adalah terapi fisik dan terapi okupasi untuk anak CP :
a. Fisio Terapi
Fisio terapi adalah suatu penyembuhan atau pengobatan bagi penderita kelainan fisik dengan menggunakan tenaga, daya dan khasiat alam. Berbagai khasiat alam tersebut antara lain :
1) Pemberian fisioterapi mekanoterapi,
2) Message, yaitu memberikan gosokan pada tempat tertentu yang dapat untuk mempertinggi ketegangan atau kekenyalan otot.
3) Pemberian terapi dengan tenaga air.
4) Pemberian terapi dengan menggunakan arus listrik gauan merangsang otot yang lumpuh dan peredaran darah.
5) Dengan termmoterapi atau sinar panas, untuk pengurangan rasa nyeri dan peningkatan metabolisme.
Sebagai contoh kegiatan latihan penguat otot dalam dalam wujud : anak disuruh mendorong gerobak dan muatannya disesuaikan atau bisa diubah-ubah sesuai kemampuannya, menarik tambang yang diberi pemberat, memutar kincir yang memakai bunyi-bunyian, menahan semprotan air dilakukan dengan permermainan, berenang, dll.
b. Terapi Okupasi.
Terapi okupasi merupakan pengobatan/penyembuhan/pemulihan melalui kegiatan dan kesibukan kerja. Terapi okupasi juga sebagai sarana pencegahan artinya agar kelainan yang disandang anak CP tidak semakin parah. Dan juga sebagai sarana penyembuhan artinya upayan untuk memaksimalkan potensi dari otot sesuai fungsinya. Selanjutnya sebagai pengembangan kepribadian, watak, dan kreatifitas sebagai sarana mengembangkan bakat, kemampuan bercita-cita, berkarsa dan berkarya. Dengan demikian anak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya.
Bentuk terapi okupasi, dapat berupa individual maupun kelompok, yang berupa :
1) Kegiatan sehari-hari (ADL).
2) Kesibukan tangan dan kaki.
3) Kerajinan /pekerjaan tangan.
4) Permainan.
5) Kesenian
6) Latihan dasar-dasar ketrampilan kerja.
2. Memperbaiki Gerak Pada Persendian
Gerakan organ tubuh sangat dipengaruhi oleh fungsi setidaknya persendian tertentu yang terkait dengan anggota gerak tubuh yang bersangkutan.
Bagi anak CP biasanya persendian yang mengalami gangguan adalah pada sendi bahu, sendi siku, sendi jari tangan, sendi pinggul, sendi lutut, sendi jari kaki, sendi pergelangan kaki, sendi pergelangan tangan. Untuk mengetahui apakah sendi yang akan diberikan latihan memiliki kemungkinan gerak tertentu atau tidak, seperti :
a. Fleksi atau melakukan gerakan keluar poros. (membengkok atau menekuk)
b. Ekstensi atau melakukan gerakan kembali bersikap semula.
c. Melakukan gerakan keluar dari garis tengah.
d. Melakukan gerakan kembali ketengah tubuh.
e. Melakukan gerakan keluar memutar pada porosnya sendiri dan sebagainya.
Untuk melatih/memperbaiki/menyembuhkan kelainan sendi anak, dapat dilakukan beberapa cara, seperti :
a. Melakukan Operasi Ortopedi
Operasi ini terutama diperuntukan bagi anak yang kondisi persendiannya kurang berfungsi, mungkin karena salah bentuk atau tidak dapat bergerak sesuai fungsi sendi yang bersangkutan. Kegiatan operasi ortopedi ini selalu diikuti kegiatan latihan gerak/latihan fungsi sendi.
b. Perbaikan sendi melaui terapi bermain.
Terapi bermain yang menojol digunakan untuk perbaikan sendi adalah dimaksudkan agar dengan bermain anak melakukan aktivitas gerak sesuai dengan tujuan terapi, misalnya menangkap bola, arah terapinya agar anak melakukan gerakan siku lurus kedepan da sebagainya.
c. Perbaikan sendi melalui fisio terapi.
1) Perbaikan Sendi dengan hidroterapy
(a) Hidrokinetik, dimana tekanan air yang mengenai persendian dapat mengurangi kekuatan sendi, membetulkan posisi sendi.
(b) Hidrotermal, suhu air panas dapat melemaskan sendi sehingga membantu mempermudah latihan gerak sendi.
2) Perbaikan sendi denga termotherapy, sinar infra merah berpengaruh terhadap kesantaian dan pengobatan radang sendi yang tidak panas.
3) Perbaikan sendi dengan electro therapy, bagi penyandang cacat pada persendian dapat menggunakan arus listrik frekwensi tinggi.
4) Perbaikan sendi dengan latihan gerak atau mekano.
Ada gerak pasif dan gerak aktif, gerak pasif dilakukan secara berulang untuk memelihara gerakan sendi ,dan gerak aktif untuk melatih fungsi sendi.
5) Perbaikan sendi melalui pemijatan, agar gerak sendi bertambah luas dan mudah.
d. Terapi okupasi.
Tujuan terapi okupasi dalam memperbaiki gerak sendi adalah untuk mencegah kekakuan sendi atau kelainan bentuk anak kearah hesembuhan, memelihara derajat gerak persendian semaksimal mungkin, untuk memelihara kekuatan, khususnya dalam otot-otot yang mengelilingi sendi yang terkena,dll.
Program dan langkah terapi okupasi :
a) Menentukan posisi tubuh yang baik dan betul selama melakukan kegiatan dan istirahat.
b) Menentukan cara melakukan kegiatan kerja agar tidak merusak persendian.
c) Memberikan pekerjaan dengan tidak meletakkan tekanan pada sendi.
d) Berikan teknik penghematan tenaga.
e) Adakanlah sistem tukar pekerjaan.
f) Jangan terlalu lama anak memegang suatu alat atau benda.
g) Hendaklah mengadakan konsultasi dengan tenaga medis sebelum menyusu program.
Bentuk kegiatan misalnya, melakukan kegiatan dengan berjemur dipagi hari, berbagai macam permainan, kegiatan kerumahtanggaan, pekerjaan tangan atau prakarya.
Hal yang harus diperhatikan antara lain :
1) Mengenakan pakaian agak longgar.
2) Perhatikan kondisi mental dan fisik anak.
3) Pekerjaan dibuat bervariasi atau berirama.
4) Latihan perlu dilokalisasikan.
5) Perlu menyusun periode waktu.
6) Hindarkan latihan yang berlebihan.
7) Hindarkan ketegangan.
8) Perhatikan kondisi sendi.
9) Hindarkan tekanan pada tulang panjang dan punggung.
10) Sesuaikan kebutuhan alat dengan kondisi anak
3. Memperbaiki Posisi/Sikap Tubuh
Kecacatan seseorang meskipun dalam kriteria ringan jika tidak mendapat terapi fisik secara berkesinambungan, kondisi itu dapat menjadi semakin berat. Untuk itu perlu adanya latihan fisik ataupun pengaturan posisi anggota badan secara memadai. Pengaturan posisi tubuh yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
a. Posisi Kepala
Posisi kepala harus selalu tegak. Setelah anak dapat mengontrol gerakan kepala dan telah mencapai kereleksaan yang maksimum, baru dimulai dengan kegiatan selanjutnya.
b. Posisi Tubuh
Tubuh menelentang atau menelungkup dengan posisi kepala tegak, tangan dan kaki kanan atau kaki kiri direntangkan. Pada posisi ini anak akan merasakan langsung adanya latihan persepsi.
c. Posisi Anggota Tubuh
Kaki dan tangan diperlukan untuk bergerak mobilitas. Posisi kaki dalam berdiri, merangkak dan berjalan, harus dilatih dalam posisi yang baik dan benar supaya memudahkan gerak mobilitas.
d. Posisi Duduk
Duduk bersila di lantai adalah salah satu cara yang berguna untuk memberikan kerelaksaan atau pelemasan terhadap otot-otot abduksi (otot-otot sebelah luar paha).
e. Merangkak
Latihan merangkak permulaan dapat mempergunakan alat yang sesuai dengan kondisi anak, misalnya: hight adjustable crowler. Pola merangkak atau koordinasi merangkak yang dipakai adalah pola tangan dan lutut dari karet, sebagai langkah yang harus dilalui.
f. Posisi Berdiri
Kemampuan berdiri dengan dapat mengontrol tubuh, baik dalam hal keseimbangan maupun dalam menggoyangkan badannya berarti posisi berdiri itu telah mantap. Jika posisi berdiri telah kuat, tahap berikutnya ialah mulai dilatihkan melangkah.
g. Meloncat-loncat di tempat
Latihan keberanian, keseimbangan atau meloncat-loncat di tempat dengan lantai beralas matras karet busa.
h. Berjalan
Barjalan dengan alat bantu yang sesuai, yaitu dengan alat bantu berjalan dengan berbagai macam modelnya, tingkat pelatihan berjalan dilakukan dengan memakai palang sejajar/paralel bar, naik turun tangga, meniti jembatan sempit,dsb.
4. Melatih/Memperbaiki Koordinasi Gerak
Latihan koordinasi gerak diperlukan untuk kelancaran dan ketetapan gerak satu anggota tubuh maupun gerak beberapa anggota tubuh. Umumnya bila satu otot berkontraksi, otot lawannya harus merentang. Kalau tidak bergerak bagian tersebut menjadi kaku. Kalau kedua-duanya merentang, anggota tersebut akan lumpuh. Kalau syaraf penerima berhenti bekerja maka kesalahan gerak tidak terasa.
Koordinasi juga harus ada antara anggota yang satu dengan anggota gerak yang lain. Kalau seseorang menangkap bola, gerak tangan, telapak, jari tangan, pinggang dan kaki harus tertuju pada maksud tersebut, kalau tidak bola tidak tertangkap.
Macam latihan koordinasi mata dan tangan:
a) Mengambil dan menyimpan benda-benda besar
b) Mengambil dan menyimpan benda-benda kecil
c) Meletakan benda dalam berbagai posisi
d) Menyusun bentuk-bentuk yang besar sampai yang terkecil
e) Menyusun urutan dari yang tertinggi ke yang terendah
f) Menyusun bermacam-macam balok
g) Menyusun puzzle sederhana
h) Menyambung titik dengan titik secara vertical
i) Menggunting, menempel
j) Menekan bermacam-macam tombol
k) Menutup dan membuka pintu, dll.
Macam latihan koordinasi mata dan kaki:
a) Melangkahkan kaki dalam bentuk bulatan-bulatan
b) Melangkahkan kaki sesuai dengan bentuk telapak kaki yang telah diatur
c) Menendang bola besar
d) Menendang bola kecil
e) Meloncat dan melompat
f) Berjalan dengan berbagai rintangan, dll.
5. Melatih Keseimbangan
Cara melakukannya, antara lain:
a) Anak didudukkan, didorong ke depan, ke belakang, ke samping sesuai dengan kemampuan anak.
b) Setelah anak agak stabil duduknya, disuruh mengangkat lengannya satu demi satu berganti-ganti atau keduanya sekaligus.
c) Selanjutnya jika anak sudah dapat duduk, dilanjutkan dilatih keseimbangan sambil menangkap bola atau mengambil sesuatu yang ada di dekatnya.
Contoh kegiatan latihan keseimbangan yang lain misalnya:
a) Anak diminta berdiri tegak tanpa pegangan
b) Berdiri dengan satu kaki secara bergantian tanpa berpegangan
c) Tubuh membentuk posisi seperti pesawat terbang
d) Berjalan di atas pematang atau papan keseimbangan
e) Berjalan di lantai,dsb.
B. Bimbingan Mental dan Sosial Psikologis
1. Membina Rasa Ketuhanan dan Budi Pekerti
Membina rasa Ketuhanan hakekatnya berbicara masalah kualitas keimanan. Kualitas keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku setiap hari.
Cara membina rasa Ketuhanan pada anak CP, antara lain dimulai dengan menanamkan nilai dan norma iman, karena keimanan mengandung nilai dan norma ketuhanan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjadi perisai dari agresi kejahatan, materidan keputusasaan anak dalam hidup. Sifat mudah marah, putus asa, ragu-ragu anak sebagian dikarenakan merasa Tuhannya kurang mengasihi dirinya dirinya, kurang diperhatikan Tuhan atau merasa disiksa Tuhan dalam hidup di dunia. Melalui contoh-contoh yang kongkrit dan sederhana, anak CP dapat ditanamkan rasa Ketuhanan, misalnya dengan memberikan contoh kelemahan orang normal yang cenderung melanggar nilai dan norma.
Bimbingan budi pekerti pada anak CP dimaksudkan agar anak menjadi manusia yang berbudi luhur, sopan santun, andap asor, jujur, berdisiplin, dan memiliki rasa setia kawan.
2. Membina Konsep Diri dan Pemahaman Diri
Anak CP, hidup dalam lingkungan sosial, ia berkomunikasi dengan lingkungannya, baik lingkungan hidup maupun lingkungan mati. Proses Komunikasi dengan lingkungan sosial inilah yang dapat membuat anak CP dapat memahami dirinya dan dapat memiliki konsep diri. Seandainya ia hidup dalam situasi isolasi diri maka tidak bakal terjadi adanya pemahaman diri dan konsep diri.
Konsep diri merupakan semua ide, pemikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginanya. Karenanya konsep diri biasanya akan menghasilkan pemahaman diri.
Konsep diri dan pemahaman diri akan sangat di warnai oleh hasil dari komunikasi sosial, sehingga pada diri anak CP dapat timbul penilaian atas dirinya. Penilaian diri tersebut dalam arti diri sebagai subyek dan diri sebagai obyek. Diri sebagai subyek berarti anak CP merupakan makhluk yang sadar dan aktif, sedang diri sebagai obyek berarti dirinya sebagai bahan renungan (obyek pemikiran).
Untuk dapat mendudukkan diri sebagai subyek dan diri sebagai obyek tersebut, dapat bertolak dari persepsi diri terhadap :
a. Kondisi fisik diri .
b. Kondisi psikis diri.
c. Kondisi sosial diri.
3. Membina Kemampuan Kosentrasi
Daya konsentrasi sangat dibutuhkan oleh setiap orang dalam melaksanakan kegiatan tertentu, agar menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Dampak sekunder kelainan CP, kadang berupa adanya gangguan konsentrasi. Mereka sangat mudah beralih perhatiannya dari suatu obyek ke obyek yang lain. Atau sebaliknya memiliki sifat tekun yang abnormal, dimana sangat susah mengalihkan perhatiannya ke obyek yang baru, sehingga respon terhadap obyek yang baru masih sama dengan respon terhadap obyek yang lama.
Agar dapat menuju perkembangan anak dapat lebih baik, mereka perlu dilatih daya konsentrasinya, antara lain dengan cara sebagai berikut : melalui terapi bermain, melalui bina gerak dan irama, melalui kegiatan terapi, melalui terapi okupasi dan alat peraga yang merangsang anak untuk memusatkan perhatiannya.
4. Membina Daya Fantasi dan Kreasi
Setiap anak (normal maupun kelainan) memiliki daya fantasi dan kreasi, hanya saja kualitas serta derajat fantasi dan kreativitas itu berbeda satu dengan yang lain. Anak CP hakekatnya juga memiliki daya fantasi dan kreasi sebagai ekspresi dari cipta-karsa dan karya keindahannya. Manifestasinya dapat bervariasi diantaranya banyak diantara mereka yang pandai menggambar, cekatan dalam mengerjakan sesuatu tugas, sementara anak normal sendiri kadang mengalami kesulitan. Pengembangan daya fantasi dan kreasi pada anak CP sangat besar manfaatnya bagi anak di kemudian hari.
5. Menghapus Rasa Rendah Diri dan Memupuk Harga Diri
Salah satu dampak sekunder dari kelainan CP pada aspek kepribadian adalah pada aspek harga diri yang rendah.
Upaya membantu menghapus rasa rendah diri dan memupuk harga diri, antara lain dengan : Memberi kesempatan berhasil ; Menanamkan gagasan ; Mendorong aspirasi, Memberikan keteeladanan dan contoh orang-orang yang memiliki kondisi yang sama tetapi berhasil dalam belajar, bekerja dan sukses dalam hidupnya.
6. Membina Perasaan dan Sikap Sosial
Kepada anak-anak CP, perlu dibina perasaan sosial dan sikap sosial yang positif. Paling tidak ada 2 aspek yang perlu ditanamkan kepada mereka, yaitu (a) kemampuan mengadakan relasi sosial, seperti (1) kemampuan bergaul, (2) kemampuan bekerjasama dengan orang lain, (3) dimilikinya peran sosial yang sesuai dan jelas, (4) kemampuan mengadakan penyesuaian sosial, (b) kemampuan mengadakan integrasi sosial.
7. Membina Kemampuan Bicara
Terapi bicara, merupakan suatu usaha penyembuhan bagi mereka yang mengalami kelainan atau hambatan dalam bicara, bahasa dan irama melalui latihan yang disesuaikan dengan kelainannya.
Anak CP yang termasuk memperoleh layanan terapi bicara antara lain :
a. Anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa (delayed speech and language development).
b. Anak yang bicaranya gagap (atuttering)
c. Anak yang mengalami gangguan bicara karena kelainan mental.
d. Anak yang mengalami kelainan bicara karena mengalami tuna dengar.
e. Anak yang celah langit-langitnya mengalami kelainan (cleft palate).
f. Anak yang kehilangan kemampuan berbahasa (aphasia).
g. Kelainan suara (voiced disorder).
C. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (ADL)
Ruang lingkup latihan ADL bagi anak CP antara lain ( Bleck, EE, Nagel D.A.,1982; John Umbreit, 1983; Kiphard Ej, 1980) adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan di tempat tidur 6. Kegiatan berpakaian
2. Kegiatan di kursi roda 7. Kegiatan berdiri dan duduk
3. Kegiatan berpergian 8. Kegiatan berjalan
4. Kegiatan perawatan diri sendiri 9. Kegiatan menyimpan
5. Kegiatan makan 10. Kegiatan pergaulan
Anak – anak CP sangat perlu memperoleh latihan ADL dengan berbagai macam kemampuan diatas serta latihan ADL disesuaikan dengan kebutuhan yang ada pada masing-masing anak.
1. Latihan berjalan dengan kruk (crutch)
Untuk dapat berjalan dengan kruk, diperlukan adanya otot – otot tangan yang kuat, karena harus menahan beban berat badan. Cara latihan penggunaan kruk, dapat di ikuti langkah – langkah sebagai brtikut :
a. Posisi tripot, artinya kedua kaki kruk berada di samping badan agak condong ke depan, sementara kedua kakinya berada agak di belakang.
b. Berikutnya kaki diangkat dan turun secara bergantian di tempat untuk mencoba keseimbangan tubuh.
c. Latihan mulai berjalan.
2. Latihan menggunakan kursi roda ( wheel chair )
Sebelum berjalan menggunakan kursi roda, terlebih dahulu melakukan latihan- latihan sebagai berikut :
a. Latihan duduk seimbang
b. Cara berpindah tempat dari atas kursi roda ke bawah
c. Cara keluar dan masuk pintu
3. Latihan makan
Sebelum melakukan bimbingan dan latihan makan untuk anak-anak CP, terlebih dahulu diketahui pola dan cara makan anak-anak normal. Apabila ada kelainan, kelainan itu dijadikan dasar untuk menetukan cara melatihnya. Misalnya :
a. Cara minum dengan dot pada botol.
b. Cara makan makanan yang berupa cair.
c. Cara makan dengan sendok yang digerakkan dari gelas atau piring.
d. Cara makan makanan yang lunak, agak keras, berupa biji-bijian atau sebagainya.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain :
a. Langkah awal sebelum program makan :
1) Berikan rangsangan pada organ mulut.
2) Gunakan jari manis atau telunjuk, gosokkan sedikit pada mulut, dan tangan dikeluarkan, biarkan makanan ditelan.
3) Usaplah dengan sedikit menekan langit-langit dari belakang ke depan, jari dikeluarkan dan dibiarkan anak menelan, lalu lakukan berulang-ulang.
4) Latihan menutup bibir.
b. Menentukan posisi atau sikap makan
Beberapa posisi yang dapat dijumpai pada anak CP sebagai berikut :
1) Posisi anak CP yang belum mampu menguasai kontrol kepala, dapat dilakukan sebagai berikut :
• Posisi berhadapan
• Posisi duduk samping
2) Posisi anak CP yang sudah mampu duduk sendiri, posisi ini dapat dilakukan dengan cara :
• Dengan bantuan pada bahun dan tangan
3) Anak CP yang sudah dapat mengontrol kepala
c. Teknik memberi makan
Dalam memberikan makanan ( menyuap ), arah sendok perlu diperhatikan, sendok harus lurus dari arah depan, sejajar dengan mulut.
d. Peralatan makan
Pada anak tertentu kadang membutuhkan peralatan khusus, senkhusus berbentuk bulat, tidak terlalu cekung. Piring atau mangkuk sebaiknya dari bahan melamin, plastik atau alumunium.
4. Latihan merapikan diri
Anak – anak CP memerlukan latihan dalam hal merapikan diri misalnya, menyisir rambut, merias rambut, merias diri, memakai sandal, memakai alat-alat khusus dan lain-lain.
D. Peran Guru PLB dalam Membina Kemampuan Fisik dan Psikis Anak CP
Dalam rangka pelayanan rehabilitasi dan pendidikan bagi anak CP, para guru PLB memiliki peran yang strategis, yaitu:
a) Menyediakan data hasil pengamatan, tes dan/atau interview mengenal kemampuan dan ketidakmampuan fisik dan psikis anak.
b) Mengadakan konsultasi dan/atau tukar pikiran dengan teman sejawat (guru lain) tentang kondisi anak tertentu pada setiap ada kesempatan.
c) Menyiapkan program layanan/bimbingan/latihan tertentu pada anak, lewat kegiatan-kegiatan yang memiliki makna teraputik.
d) Mengadakan konsultasi dengan tenaga profesional (tindakan rujukan) sesuai dengan kebutuhan.
e) Atas dasar saran dari tenaga profesional dan sesuai dengan kemampuan guru sendiri, guru melaksanakan program bimbingan atau latihan kepada anak tertentu secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar bidang studi tertentu.
f) Mengadakan evaluasi secara periodik atas kemajuan yang dicapai anak.
g) Membuat catatan tertentu (terutama yang cenderung menonjol) tentang masing-masing anak dalam suatu file tertentu.
h) Melaporkan kondisi anak dan kemajuan-kemajuan yang dicapai anak kepada orangtua.
i) Setiap kesulitan/hambatan pelaksanaan program, ada baiknya dibicarakan dengan teman sejawat dan/atau konsultasi kepada tenaga profesional, sehingga anak segera mendapatkan layanan yang sesuai.
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar