Senin, 08 Agustus 2016

ASSESMEN ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK


ASSESMEN ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK

A.    Pengertian Assesmen Anak Tunadaksa
Assesmen adalah proses pengumpulan informasi/ data tentang penampilan individu yang relevan untuk pembuatan keputusan (Ronald L.Taylor), baik yang dilakukan oleh guru umum (reguler-education teacher), guru pendidikan khusus, psikolog pendidikan, spesialis, terapis dan personal lain. Menurut Ronald L.Taylor, program – program di bidang pendidikan yang memerlukan informasi dan harus disediakan melaluikegiatan assesmen adalah :
(1)    Identitas anak
(2)    Program dan strategi pembelajaran
(3)    Tingkat kemampuan dan kebutuhan pendidikn anak
(4)    Klasifikasidan program-program penempatan anak
(5)    Perencanaan pengajaran individual
Memang tidak ada definisi assesmen yang dapat berlaku untuk semua bidang kajian. Sebab sangat tergantung pada : (1) domain atau karakteristik individu dan lingkungannya, serta apa yang diharapkan dilakukan individu di waktu yang akan datang, (2) sumber daya yang tersedia pada saat akan mengadakan assesmen yang dapat dipakai untuk menelusuri individu dan lingkungannya. (Wehmwn & McLaughlin, 1981).

B.    Arah dan Tujuan Assesmen Anak Tunadaksa
    Tujuan asssesmen untuk anak tunadaksa, menurut hemat penulis adalah untuk mengenal dan memahami anak tunadaksa, termasuk tentang kemampuan dan ketidakmampuan anak baik fisik maupun mental dan lingkungannya.

Arah/ kegunaan anak tunadaksa
    Menurut John Silvia & James E.Yssdyke, kegunaan hasil assesmen adalah untuk :
(1)    Skrining anak
(2)    Klasifikasi atau penempatan anak
(3)    Perencanaan program
(4)    Evaluasi program, dan
(5)    Assesmen kemajuan individu anak
Untuk anak tunadaksa, kegunaan dari hasil assesmen anak antara lain adalah untuk :
1.    Klasifikasi, identifikasi dan data dasar anak tunadaksa
untuk mengelompokkan bahwqa anak tertentu walaupun ringan kecaatannnya, namun termasuk tunadaksa. Hasil assesmen yang bermanfaat sebagai data dasar anak, mencakup tentang :
(a)    identitas dan kondisi kemampuan dan ketidakmampuan anak,
(b)    riwayat pertumbuhan dan perkembangan,
(c)    riwayat kesehatan, dan
(d)    pola hubungan anak dengan orang tua dan saudara serta lingkunag dimana anak tunadaksa dibesarkan.
        Viola E.Cardwell, (1963) menjelaskan bahwa kejadian tunadaksa, khususnya cerebral palsy dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkaqn dalam faktor “predisposing factors” (faktor yang memdahului), meliputi :
(a)    prematurity,
(b)    twin pregnancies,
(c)    excessive birth weight,
(d)    race,
(e)    sex,
(f)    age of mother,
(g)    complications of current pregnancy, dan
(h)    complications of previous pregnancy.
        Faktor kedua disebut “precipitating factors” (faktor pemercepat terjadinya kecacatan) :
(a)    prenatal
(b)    paranatal factors
(c)    postnatl factors
2.    Pembuatan keputusan program penempatan pendidikan anak
Munawir Yusuf (dalam JRR No.5 Th.2 April-Juni 1993) menggambarkan program penempatan pendidikan anak luar biasa pada umumnya, dan anak tunadaksa pada khususnya ke dalam beberapa kemungkinan, yang kesemuanya sangat tergantung pada kemampuan dan ketidakmampuan anak dan lingkungannya, yaitu anak dapat ditempatkan :
(1)    di kelas biasa,
(2)    di kelas biasa dengan tanbahan bimbingan khusus oleh guru kelas,
(3)    di kelas biasa sebagian hari, dan sebagian hari yang lain mendapatkan pelayanan di kelas sumber,
(4)    di kelas khusus sebagian hari dan kelas reguler untuk sebagian hari yang lain,
(5)    di kelas khusus sepanjang hari,
(6)    di sekolah khusus sepanjang hari, dan
(7)    memperoleh pelayanan pendidikan di tempattinggal anak sepanjang waktu.
3.    Pembuatan keputusan program rehabilitasi anak
        Untuk mengurangi dampak negatif kecacatan terhadap kegiatan belajar anak, dan untuk mencegah terjadinya akumulasi permasalahan baru, anak tunadaksa memerlukan layanan rehabilitatif.
        Viola E.Cardwell (1963) memberikan gambaran anggota Tim Rehabilitasi di suatu lembaga pendidikan yang mendidik anak tunadaksa (yang edial) terdiri dari :
(a)    Physical therapist,
(b)    Occupational therapist,
(c)    Speech pathologist, audiologist, speech and hearing therapist,
(d)    Social worker, and recreational therapist,
(e)    Psychologist,
(f)    Teacher of special education,
(g)    Vocational counselor,
(h)    Medical social worker,
(i)    Nurse for activity of daily living.
Kerja tim rehabilitasi adalah mencakup perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi program sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
4.    Pengembangan program pengajaran individual anak
Dalam rangka pengembangan program pendidikan yang di individualkan, banyak informasi yang dihasilkan dari kegiatan assasment. Menurut Ronald L. Taylor, informasi yang diperlukan untuk program pembelajaran individu meliputi documentation of the student’s present level of performance, Indication of specific services and type of program to be provided, Annual goal, Short-term objectives, Procedures and schedules for evaluating goal and objective.
Menurut Mulyono(1993) langkah-langkah dalam merancang suati PPI yaitu membentuk tim PPI atau penilai PPI, menilai kekuatan dan kelemahan minat siswa, mengembangkan tujuan-tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek, merancang metode dan prodesur pencapaian tujuan, menentukan metode evaluasi kemajuan.
•    Membentuk tim PPI
Seseorang yang menjadi tim PPI mencakup guru, diagnostician, kepala sekolah, orangtua dan siswam dan spesialis lain. Hambatan dalam kerja tim adalah waktu dan latihan para anggota tim. Bagian yang harus diselesaikan adalah tujuan-tujuan umum, sasaran khusus, dan prosedur-prosedur  untuk mencapai tujuan kemudian menandatangani PPI yang menunjukan bahwa mereka telah berpartisipasi dalam mengembangkan PPI.
•    Menilai kebutuhan siswa
Data untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan individual siswa meliputi data hasil assasment awal, hasil tes formal yang dilakukan guru, hasil survey tentang minat dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, hasil penilaian dan pendapat orangtua melalui check list, informasi dari sumber-sumber lain yang relevan.
•    Mengembangkan tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek
Tujuan jangka panjang dilakukan secara langsung dari kurikulum, dinyatakan secar luas. Sasaran lebih spesifik dan terintegrasi dengan kurikulum, tujuan  program  dan kebutuhan-kebutuhan siswa.
•    Merancang metode dan prosedur pembelajaran
Pengalaman belajar yang dicantumkan dalam garis-garis besar PPI mendeskripsikan bagaimana tiap sasaran akan diselesaikan.
•    Menetukan metode untuk mengevaluasi kemajuan
Metode evaluasi mengukur derajat pencapaian sasaran yang telah diselesaikan. Metode evaluasi meliputi tes tertulis atau lisan, catatan observasi guru, membandingkan suatu produk dengan kiteria yag telah ditetapkan sebelumnya, review yang dilakukan oleh teman berdasarkan standart yang telah ditentukan sebelumnya, penilaian sendiri dan evaluasi siswa dan guru. Evaluasi dianjurkan dilakukan oleh guru atau ahli-ahli yang relevan. PPI hendaknya diperbaharui secara terus-menerus dan menetukan kapan sasaran telah diselesaikan dan harus ddiubah seperti halnya kebutuhan anak yang juga berubah.
C.    Tempat melakukan assasment
Tempat melakukan assasment bisa di sekolah, rumah, lembaga masyarakat, rumah spesialis tertentu, laboratorium pendidikan luar biasa.
D.    Aspek yang menjadi objek assasment
Aspek ini meliputi  identitas anak, riwayat anak (pertumbuhan dan perkembangan, pendidikan, kesehatan), kondisi dan kemampuan fisik anak (keadaan fisik, kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari, kemampuan koordinasi (tangan dan kaki), kondisi dan kemampuan psikis anak(inteligensi, sikap dan kehidupan emosional, kepribadian anak,bakat, minat, hobi dan cita-cita), aspek social (identitas dan kondisi keluarga, sosialisasi anak)
E.    Tim work sebagai pelaksana assasment
Pihak yang dapat melakukan assasment adalah guru pendidikan umum, guru PKh, Psikolog penddidikan, perawat, administrator, terapis, orangtua, teman dan pejabat organisasi social. Pelaksanaan assasment tersebut dilakukan secara terpadu dalam suatu tim kerja. Dengan kerjasama dengan para ahli medic dalam assasment maka seorang guru anak tunadaksa akan memperoleh saran-saran tertentu bagaimana cara menangani dan menempatkan anak tuna daksa sehingga resiko cacat fisik yang lebih jauh dapat dikurangi.  Dalam hal identitas anak tunadaksa dilaksakan oleh orangtua, guru, pekerja social, administrator, riwayat anak dilaksanakan oleh guru, orangtua, terapis, spesialis, pekerja social, teman sejawat dll, kondisi dan kemampuan fisik  dilaksanakan orantua, guru, spesialis, perawat, sedangkan psikis anak yaitu psikolog, orangtua, guru, perawat dan dari aspek social dilakukan oleh pekerja social, guru, orangtua, pejabat orang, social
F.    Tehnik-tehnik assasment tunadaksa
Individu dapat diadakan kegiatan assasment dengan metode/tehnik tertentu seperti inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, uji laboratorium. Metode inspeksi yakni memeriksa secara lengkap disetiap daerah tubuh penderita atau yang biasa disebut observasi untuk mengetahui bentuk tubuh, fungsi organ gerak tubuh. Metode Palpasi yakni cara assasment dengan cara meraba disetiap daerah tubuh yang  perlu diraba untuk mendapatkan informasi tertentu yang diperlukan. Metode perkusi merupakan cara yang dilakukan dengan mengetok-ngetok suatu daerah tubuh tertentu, untuk mendengarkan suara yang ditimbulkan, merasakan tahanan yang dijumpai pada daerah tubuh tersebut. Metode auskultasi  merupakan tehnik dengan cara menangkap dan mengenali suara yang berasal dari berbagai organ tubuh, dengan mendengarkan permukaan tubuh baik langsung atau dengan mempergunakan stetoskop. Metode pemeriksaan laboratorium merupakan cara yang lebih detail. Metode pertama dan kedua relative dapat dilakukan oleh seorang yang bukan profesi medis, asal telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
Menurut Wehman & McLaughlin (1981) metode assasment anak tunadaksa yaitu melalui informal consultations, Structured interviews, screening devices, norm-referenced tests, criterian-referenced tests, observation
Menurut Pusat Pengembangan dan latihan rehabilitasi para cacat metode yang digunakan metode pengamatan bentuk dan perilaku anak dan metode tes fungsi organ gerak dan kemampuan anak. Sedangkan menurut Munawir Yusuf metode yang digunakan adalah observasi dan tes. Metode assasment dipengaruhi oleh aspek apa yang hendak diketahui informasinya, dimana assasent dapat dilakukan dan siapa yang melakukan assasment
G.    Metode observasi
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencara. Dalam observasi bukan hanya mengunjungi dan melihat atau menonton saja tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan.
•    Pengamatan dan ingatan
Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima , menyimpan dan memproduksi kesan. Ingatan diperlukan untuk memahami sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran-kesukaran. Kita sulit untuk memperoleh ingatan yang seperti itu maka untuk mengurangi timbulnya kesalahan dalam observasi dapat dibantu dengan jalan mengklasifikasi gejala-gejala yang relevan, observasi diarahkan pada gejala yang relevan, menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak dan melakukan pencatatan dengan segera, didukung dengan alat-alat pencatat dan dapat didukung oleh alat-alat mekanik/elektronik
•    Sasaran pengamatan
Pembatasan dengan sasaran pengamatan ini sebaiknya dipertimbangkan dahulu sebelum kita memulai pengamatan. Untuk membantu pembatasan sasaran pengamatan maka kita harus mengkalsifikasi sasaran .
Beberapa jenis pengamatan
1.    pengamatan terlibat (observasi partisipasi)
Kita benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak tunadaksa. Jadi kita ikut bersama anak dalam melakukan kegiatan. Hal yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai anak tunadaksa memiliki tugas mengamati gerak gerik mereka. Pencatatan yang dilakukan jangan sampai diketahui. Jika hal ini diketahui kemungkinan terjadi tingkah laku yang dibuat-buat, kepercayaan mereka terhadap kita sebagai pengamat akan hilang, dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi dan akibat dari ini akan diperoleh informasi yang bias. Sedangkan hal yang perlu diperlukan yaitu dirumuskan dahulu gejala yang akan diamati, diperhatikan cara pencatatan yang baik, memelihara hubungan baik dengan anak tunadaksa dan mengetahui batas intensitas partisipasi.
2.    pengamatan sistematis
Ciri utama dari jenis pengamatan ini adalah mempunyai kerangka atau struktur yagn jelas, dimana didalamnya berisikan data-data yang diperlukan, dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Apabila dalam suatu pengamatan tidak diadakan sistematika secara kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan ini digolongkan dalam pengamatan yang non sistimatis. Praktek penggunaan pengamatan sistematis ini dalam asesmen adalah dalam hal kita mencari datan tentang kemampuan anak dalam ADL, kepribadian, keseimbangan emosional.
    Kelebihan dan kekurangan teknik pengamatan :
Kelebihan :
1.    Merupakan cara asessmen yang murah, mudah dan langsung, guna memperoleh data yang diperlukan.
2.    Tidak mengganggu, sekutang-kurangnya tidak terlalu mengganggu anak tunadaksa
3.    Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak pada anak yang lebih dari satu.
Kekurangan :
1.    Banyak peristiwa pshikis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya minat, bakat, keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
2.    Sering memerlukan waktu yang lama, sehingga membosankan, karena perilaku yang hendak diamati tidak muncul-muncul.
3.    Apabila anak tunadaksa mengetahui bahwa ia sedang diamati,mereka dapat memanipulasi perilakunya.
Beberapa alat observasi
Pelaksanaan observasi agar dapat cermat memperoleh data, diperlukan bebrapa alat bantu. Alat-alat tersebut antara lain :
1.    Check list
2.    Skala penilain ( rating scale )
3.    Daftar riwayat kelakuan ( Anectodal Record )
4.    Alat-alat mekanik

2.wawancara ( Interview )
    Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengadakan assesmen, dimana kita mendapatkan keterangan/ pendirian secara lisan dari sasaran ( interview ).
Beberapa jenis wawancara :
1.    Wawancara tidak terpimipin ( non directive or unguide interview )
Yang dimaksud wawancara tidak terpimpin adalah wawancara yang tidak memiliki pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut.
2.    Wawancara terpimpin ( structured of guided interview )
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yan telah disiapkan masak-masak sebelumnya.
3.    Wawancara bebas terpmpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.


Teknik wawancara :
1.    Hubungan baik antara pewancara dengan sasaran
Dalam suatu wawancara, sasaran akan memberikan informasi-informasi atau menjawab pertanyaan dengan baik atau benar, apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku.
2.    Ketrampilan pewawancara
Seorang pewancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan “rapport” dengan sasaran, ia juga harus mempunyai ketrampilan diri dengan baik.
Cara pencacatan data wawancara :
    Secara garis besar cara pencacatan data hasil wawancara dapat dilakukan dengan 5 cara, yakni :
1.    Pencatatan langsung
2.    Pencatatan ingatan
3.    Pencatatan dengan alat recording
4.    Pencatatan dengan field rating dan
5.    Pencatatan dengan field coding
c. pencatatan dengan alat recording.

Metode ini sangat memudahkan karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. Tetapi ada kelemahannya yaitu memerlukan keja dua kali, sebab kita harus menyalin atau menulis lagi dari alat recording tersebut.
d. pencatatan dengan fieled rating (dengan angka)
Dalam metode ini kita mempersiapkan terlebih dahulu formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan.  Dengan mengkategorikan jawaban dengan nilai, missal : setuju sekali = 5. Setuju = 4, tidak setuju = 3, dst.
e. pencatatan dengan kode (field coding)
seperti pada field rating, tetapi jawaban sasaran tidak dikategorikan ke dalam angka namun jika jawaban ya (+) dan tidak (-).
Tempat Wawancara
Situasi tempat wawancara, amat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam mengenali informasi.
Banyak anak tunadaksa dan keluarga hanya mau memberikan informasi atau mengungkapkan diri apabilatidak ada orang lain, kecuali hanya pewawancara saja. Mereka akan dengan senang dan bebas terbuka mengungkapkan keadaan dirinya hanya semata-mata ditujukan kepada petugas wawancara saja.
3. Metode Tes
Metode tes untuk assesmen anak tunadaksa berupa sejumlah item yang berfungsi sebagai alat untuk :
a.    Mengetahui atau menentukan kemampuan otot, baik dalam hal potensi maupun abilitas anak dalam system dan mekanisme gerakannya (kemampuan gerak).
b.    Mengetahui kemampuan gerak sendi tertentu melalui tes gerak halus maupun kasar, seperti kemampuan gerak sendi jari tangan dan kaki, siku,bahu, panggul, lutut, pergelangan tangan dan kaki, dsb.
c.    Metode tes juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan kordinasi sensori motorik, misalnya koordinasi mata dengan gerak tangan, dan gerak kaki.
d.    Macam penggunaan metode tes yang lain adalah untuk mengetahui bakat, minat, sikap, kadar intelegensi, dsb
e.    Tes prestasi belajar, kadang juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan akadamik yang sudah dimiliki anak.
Tes yang digunakan biasanya lebih cenderung bersifat local, yang disesuaikan dengan batasan obyek yang ada, yang ingin diketahui.
Tujuan tes dalam assessment anak tunadaksa adalah untuk mendapatkan data/informasi yang kemudian dianalisis secara intensif terhadap latar belakang keadaan atau gejala, agar dapat digunakan sebagai pedoman usaha penyembuhan/terapi maupun menyusun program edukasi berikutnya.
Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan tes biasanya adalah : psikolog, dokter, guru khusus, fisioterapis, terapis okupasi, terapis bicara,, dsb.
Berikut adalah materi untuk perkembangan gerak.
Perkembangan gerak kasar.
No     Kemampuan perkembangan yang dilakukan tes    Batas usia pencapaian anak normal
1.     Gerak yag sama    2 minggu
2.     Mengankat kepala dengan tegak    14 minggu
3.     Duduk dengan kepala tegak    16 minggu
4.    Mengangkat dada    20 minggu
5.    Berguling sedikitnya dua kali    7 bulan
6.    Duduk tanpa penyangga selama 20 detik    8 bulan
7.    Berdiri dengan berpegangan selama 30 detik    11 bulan
8.    Berjalan dengan berpegangan    1 tahun
9.    Berdiri tanpa berpegangan selama 30 detik    1,5 tahun
10.    Berjalan dengan baik    2,5 tahun
11.    Berjalan mundur sedikitnya 5 langkah    2 tahun
12.    Naik tangga dengan berpegangan    3 tahun
13.    Melempar bola dari atas kepala    3 tahun
14.    Berdiri sati kaki dengan tanpa berpegangan selama 30 detik    3tahun
15.    Berjalan jinjit    3 tahun
16.    Menangkap bola yang dipantulkan    3,5 tahun.

Perkembangan gerak halus
No     Kemampuan perkembangan yang dilakukan tes    Batas usia pencapaian anak normal
1.    Menggerakan kepala ke obyek    2 minggu
2.    Bermain dengan kedua tangan    10 minggu
3.    Menggenggam    12 minggu
4.    Mereaksi sumber cahaya    14 minggu
5.    Meraih mainan di dekatnya    22 minggu
6.    Memukulkan dua benda di tangan    10 bulan
7.    Mengambil benda dengan menjepit    1 tahun
8.     Menyusun tiga buah kubus    2 tahun
9.    Mencontoh membuat garis lurus    3,5 tahun
10.    Menggambar orang tiga bagian tubuh tergambar.     5,5 tahun.

4. pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan gejala fisik yang trdapat pada anak tunadaksa, terhadap perubahan-perubahan bentuk bagian tubuh anak, serta adanya tanda-tanda yang tidak wajar pada permukaan fisik anak tunadaksa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : inspeksi dan palpasi(meraba, memegang, menggerakan bagian-bagian tubuh tertentu.
Macam proses pemeriksaan :
a.    Pemeriksaan Kepala Dan Leher.
Meliputi pemeriksaan pada mata, telinga, wajah, hidung, mulut dan leher apabila ukurannya tidak sesuai dengan anak normal maka termasuk cacat.
Selain itu dialakukan juga pemeriksaan pada bagian :
a)    Pemeriksaan mata
`
Dilakukan untuk memeriksa ada atau tidaknya kelainan anatomis pada mata misalnya; catarak, juling, atau gejala peradangan.
b)    Pemeriksaan telinga
Dialakuakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan anatomis pada telinga.  Pemeriksaan dimulai dengan melihat kebersihan telinga. Dan apakah anak merasakan nyeri pada telinga. Dan juga pengukuran kemampuan mendengar anak.
c)    Pemeriksaan wajah
Untuk mengetahui apakah ada kelainan fisik atau tidak seperti wajah yang kurang simetris, pada bagian mata, pipi, mulut, dan dahi.  Apakah ada perkiraan kelainan syaraf, yang menyebabkan kelainan otot wajah.

d)    Pemeriksaan pada leher
Dimulai dengan cara melakukan inspeksi bentuk leher, apakah terdapat bentuk yang khas atau tidak. Cara memeriksanya adalah dengan cara menyuruh anak memutar kepala ke arah lateral, vertical, dan juga rotary. Perlu juga dilihat posisi kepala dengan tubuh yang diakibatkan oleh kelainan otot-otot leher. Kelainan itu diakibatkan oleh adanya atropi otot atau kelainan neurologis.

b.    Pemeriksaan Tulang Belakang Dan Organ Gerak

1.    Pemeriksaan pada tulang belakang.
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan semisal scoliosis yang dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kehilangan sensasi pada ekstrimitas bawah dan perineum.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara : mengamati dari belakang, memiringkan badan dari sisi yang satu ke sisi yang lain, dan memutar tubuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain.
2.    Pemeriksaan pada naggota gerak
Yang di periksa adalah kelainan  bentuk dan struktur, serta kelengkapan anggot gerak, baik yang atas maupun yang bawah.
Sendi bahu
        Kemampuan gerak sendi bahu orang normal adalah sanggup melakukan gerak abduksi dan aduksi, fleksi dan ekstensi, gerak rotasi, dan gerak sirkumduksi. Jika terjadi kelainan maka akan membatasi gerak. Pembatasan kemampuan gerak sendi dapat dilihat dari seberapa luas kemampuan gerak yang dilakukan oleh penderita. Inspeksi pada bahu dari belakang, dapat mengungkapkan adanya pemindahan horizontal salah satu bahu. Pemeriksaan pada bahu, biasanya juga menyangkut keluhan-keluhan erasaan nyeri.
Sendi siku
Kemampuan gerak sendi siku yang normal, adalah dapat melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, supinalisasi dan pronasi. Batas gerakan normal sendi siku untuk fleksi adalah sebesar 60-70 derajat dan ekstensi sebesar 180-190 derajat.
Hiperekstensi pada sendi siku sering ditemukan pada anak-anak, terutama pada mereka yang hiperfleksibilitas umum.
Sendi pergelangan tangan
        Kemampuan gerak normalnya adalah mampu melakukan gerak fleksi dan ekstensi, fleksi menyamping dan sirkumduksi pergelangan.
Devisiasi pada sendi pergelangan tangan bisa dalam keterbatasan kemampuan gerak, tetapi jugadapat dalam bentuk keluhan-keluhan berupa perasaan nyeri saat ditekan persendiannya.
Jari-jari tangan.
        Agak banyank kelainan bentuk congenital pada jari-jari tangan. Disamping karena faktor penyakit tertentu. Kelainan itu antara lain; diformitas leher angsa pada jari penderita rheumatoid arthritis, jari gabuh pada penderita jantung congenital, atropi otot, kontraktur depuytren, pembengkakan, dan ada pula yang terjadi perubahan yang khas karena rheumatoid arthritis.
Deformitas leher angsa

Jari tabuh

Atropi otot

Kontraktur depuytren


Sendi panggul
Kemampuan gerak sendi panggul hamper sama dengan kemampuan gerak sendi bahu. Yaitu gerak fleksi-ekstensi, abduksi-aduksi, dan rotasi

Instrumen assemen di PRSBD Prof Dr. Soeharso Surakarta, terdiri atas beberapa macam,sebagai berikut    :
1.    Instrumen Assesmen  awal
2.    Instrrumen Assesmen lanjut
3.    Instrumen Assesmen khusus
4.    Instrumen hasil diagnosa
5.    Instrumen monitoring kemajuan anak
6.    Instrumen evaluasi hasilrehabilitasi

Menurut Zulaikhah (1994), assesmen yang menyeluruh terhadap kondisi kemempuan dan ketidakemampuan klien, baik segi fisik,psikologis, sosial akan sangat menentukan program layanan dan keberhasilan rehabilitasi.

Prosedur Assesmen

Ditinjau dari tahap kegiatan ada tiga tahap, yaitu    :
a.    Tahap persiapan
•    Perumusan tujuan, sasaran, obyek/aspek assmen, pelaksana, tempat, waktu
•    Persiapan instrumen assesmen
•    Persiapan alat, sasaran assesmen, sosialisasi program assesmen
b.    Tahap Pelaksanaan
•    Pengisian formulir identitas anak dan keluarga
•    Pengecekan identitas oleh petugas assesmen
•    Assesmen riwayat anak
•    Observasi kondisi fisik anak
•    Tes kemempuan fisik secara umum
•    Pelaksanaan tes kemampuan gerak
•    Pelaksanaan tes neurologi
•    Pelaksanaan tes kecacatan penyerta (mata, telinga, bicara dan bahasa, psikologis)
c.    Tahap Diagnosis dan Tindak Lanjut
Tahap diagnosis merupakan prosedur penentuan macam kecacatan utama dan macam kecacatan penyerta yang dialami anak, juga untuk penentuan  program intervensi yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut hasil assesmen.


Kesimpulan

Kegiatan assesmen adalah kegiatan pengumpulan  informasi/data tentang anak , keluarga dan lingkungan. Tujuan assesmen untuk mengenal dan memahami kondisi ADGM, baik fisik maupun mental, baik kemampuan mapun ketidakmampuan anak,keluarga, dan lingkungan.
Arah dan kegunaan hasil assesmen adalah sebagai berikut        :
1.    Identifikasi, klasifikasi, dan data dasar
2.    Pertimbangan dalammenyusun program penempatan pendidikan
3.    Pertimbangan dalam penyususnan program rehabilitasi
4.    Pertimbangan dalam menyusun program pendidikan yang diindividualkan

Obyek assesmen ADGM meliputi     :
1.    Identitas anak
2.    Riwayat anak
3.    Kondisi kemampuan dan ketidakmampuan fisik anak
4.    Kondisi kemampuan dan ketidakmampuan psikis anak
5.    Aspek sosial
Tempat assesmen dapat dilakukan di RS, sekolah, lembaga sosial masyarakat, tempat praktek spesialis tertentu. Pelaksana assesmen adala teamwork seperti guru sekolah reguler, guru pendidikan khusus, spesialis, terapis,orang tu yang sudah dilatih.
Teknik/metode assesmen ADGM terdiri dari teknis tes dan nontes,  yaitu observasi, interview, tes dan pemeriksaan klinis. Instrumen assesmen adalah instrumen yang di standardisasikan, dan  instrumen hasil pengembangan.
Prosedur asssesmen ADGM terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan assesmen, dan dignosa dan tindak lanjut.

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net