Tujuh aspek yang perlu dikembangkan pada anak dengan gangguan motoric:
1. Pengembangan intelektual dan akademik
Membangkitkan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada anak anak tudadaksa. Dengan adanya kepercayaan diri akan kemampuan yang dimilikinya dapat menumbuhkan inisiatif dan kemampuan anak untuk mencari alternative lain. Missal kehidupan anak tunadaksa dihadapkan pada tantangan mobilisasi baik menyangkut transportasi mauppun fasilitas yang mendukung kelancaran mobilisasi. Kemampuan dan ketereampilan akademik anak tunadaksa yang dikembangkan dengan baik akan menumbuhkan pemahaman diri mereka erhadap dunia kehidupannya dan mereka dapat berkomunikasi dengan efektif.
2. Mengembangkan kemampuan fisik
Guru bekerja sama dengan tim medis untuk menetapkan geakan dan macam macam gerakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak untuk memlihara kesehatan anak anak tunadaksa memalui program kesehatan sekolah
3. Mengembangkan emosi dan penerimaan diri
Guru bekerja sama dengan psikolog utuk menemukan dan mengembanggkan konsep diri anak. Lingkungan yang kondusif dan terbentuknya mental anak akan membantu memadai harapan denan tuuan yang realistic.
4. Meningkatkan aspek sosial
Mengetahui dulu kebutuhannya, mereka diajak untuk berrpartisipasi dalammerencakan melaksanakan mengevauasi relasi dan prestasi yang diperoleh. Aspek sosial anak dikembangkan melalui partisipasi dalam kehidupan keluarga, partisipasi tersebut bisa tertuang melalui penerimaan diri antar anggota keluarga atas kelemahan dan kekurangannya.
5. Meningkatkan moral dan spiritual
6. Meningkatkan ekspresi diri
Kegiatan ekspresi ditimbulkan dari aktivitas seni, tari , music, drama dan keterapilan tangan. Dalam kaitannya pengebangan pribadi dan pengalaman sosial anak, sekolah memasukkan program ini dalam setiap pembelajaran sehingga ekspresi diri anak dibentuk dan ditingkatkan melalui relasi pendidikan.
7. Mempersiapkan masa depan anak
Kerucut pendidikan menurut Maynard Reynorls and evelyn deric
1. L1 (sekolah berasrama) = hanya untuk anak tunadaksa yang memiliki kecacatan yang sangat berat. Biasanya harus ada pendampingan dari tim medis yang bertugas memberikan kemampuan fisik dan ortopedagok yang bertugas memberi rehabilitasi pendidikan
2. L2 (sekolah tidak berasrama) = untuk anak tunadaksa yang memiliki kemampuan untuk pulang pergi keekolah sehingga anak tdk banyak mengalami kesulitan untuk dating ke sekolah.
3. L3 ( kelas khusus penuh) = anak memiliki tingkat kecacatan ringan dan kecerdasan yang enderung homogeny dilayani dalam kelas khusus penuh.
4. L4 (kelas regular dan khusus) = layanan pendidikan yang sesuai dengan tingkat dan derajat kecacatan , ingin menyatukan mereka dengan anak normal, memberi layanan yang fleksibel dengan pendekatan ini pada maa pelajaran tertentu mereka belajar dengan anak anak normal lainnya dan mata pelajaran tertentu pula mereka belajar sendiri dalam kelas khusus.
5. L5 (Kelas umum dibantu oleh guru khusus) =. Mengikuti pelajaran bersama anak normal, kesuitan menangkap pelajaran tertentu akan dikomukikasikan oleh guru pendamping khusus.
6. L6 (kelas umum dengan konsultan guru guru umum) = guru kunjung di sekolah yang peranannya ialah sebagai konsultan dan pendamping siswa dalam belajar. Diberikan bersama pada kelas regular, dan tanggung jwab pembelajaran ini dipegang guru kelas , guru konsultan lebih banyak peranannya dalam membantu kelancarran pembelajaran.
7. L7 (kelas regular penuh) = untuk anak tunadaksa yang memiliki potensi dan kemampuan yang dapat belajar bersaa dengan anak normal..
0 komentar:
Posting Komentar