HAKEKAT ANAK TUNADAKSA
A. Pengertian, Klasifikasi, dan Jenis
1. Pengertian Anak Tunadaksa
Istilah yang sering digunakan seperti cacat fisik, cacat tubuh, tunatubuh, dan akhir-akhir ini muncul istilah cacat ortopedi. Istilah dalam bahasa asing crippled, physically handicapped, physically disabled, nonambulatory, having organic problems, orthopedically impairment dan orthopedically handicapped.
Istilah tunadaksa berasal dari kata ”tuna yang berarti rugi, kurang dan daksa berarti tubuh”. Tunadaksa ditujukan kepada mereka-mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, misalnya buntung dan cacat. Sedangkan istilah cacat fisik dan cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada inderanya.
Istilah cacat ortopedi diterjemahkan dari bahasa Inggris “ortopedically handicapped”, ortopedic berarti otot, tulang, dan persendian. Kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan persendian. Kelainannya mungkin merupakan bentuk primer (langsung berhubungan dengan aspek-aspek tersebut) tetapi dapat pula bersifat sekunder yaitu adanya kelainan yang terletak pada pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
Pengertian tentang anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
2. Klasifikasi dan Jenis Anak Tunadaksa
a. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari faktor-faktor penyebab kelainan
1) Cacat bawaan (congenital abnormalities)
Terjadi pada saat dalam kandungan (pra-natal) atau pada saat anak dilahirkan.
2) Infeksi
Kelainan bersifat sekunder dan dapat menyebabkan kelainan pada anggota gerak atau bagian tubuh lainnya. Misalnya poliomyeletis, osteomyeletis.
3) Gangguan Metabolisme
Terjadi pada bayi dan anak-anak disebabkan faktor gizi (nutrisi), sehingga mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan kelainan pada sistem ortopedis dan fungsi intelektual.
4) Kecelakaan atau trauma
Dapat mengakibatkan kelainan ortopedis berupa kelainan koordinasi, mobilisasi atau yang lainnya.
5) Penyakit yang progresif
Diperoleh melalui genetic (keturunan) atau penyakit. Misalnya DMP (dystrophia musculorum progressiva)
6) Tunadaksa yang tidak diketahui penyebabnya
b. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari sistem kelainannya
1) Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders)
Yaitu kelainan yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otot dan sumsum tulang belakang) yang mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini: cerebral palsy.
a) Cerebral Palsy
Cerebral Palsy menurut asal katanya terdiri atas dua kata cerebral, cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Dengan demikian, cerebral palsy merupakan suatu cacat yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terdapat di dalam otak, an cacatnya bersifat kekakuan pada anggota geraknya.
Cacat cerebral palsy disebut juga dengan cacat “spastische-paralyse” yang berarti kelayuhan atau kelumpuhan yang sifatnya kekaku-kakuan. Istilah lainnya lagi yaitu “Little Disease” (dr. William John Little dari Inggris).
Klasifikasi Cerebral Palsy :
(1) Penggolongan menurut derajat kecacatan
(a) Golongan ringan
Yang termasuk golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
(b) Golongan sedang
Yang termasuk golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan tretmen/latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace, crutches untuk memperbaiki cacatnya.
(c) Golongan berat
Yang termasuk dalam golongan berat adalah anak-anak CP yang tetap membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri.
(2) Penggolongan menurut topografi
(a) Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh
(b) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama.
(c) Paraplegia, lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.
(d) Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kiri dan kanan disebut juga paraplegia.
(e) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan
(f) Quadriplegia, anak jenis ini menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya.
(3) Penggolongan menurut fisiologi, anak CP dibedakan atas :
(a) Spastik (spasticity)
Spastis dapat diartikan dengan “kaku”, “kejang”. CP jenis ini letak kelainannya terletak di tractus pyramidalis (motor cortex). Penderita CP jenis ini terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh otot-ototnya.
Anak CP jenis spastik dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu
1) Spastik hemiplegia, kelumpuhan terjadi pada tangan kanan dan kaki kanan atau sebaliknya.
2) Spastik paraplegia, kelumpuhan terjadi pada kedua kakinya.
3) Spastik diplegia, kelumpuhan terjadi pada kedua tangan dan kedua kakinya, biasanya kelumpuhan pada kaki lebih berat ketimbang pada tangannya.
4) Spastik quadriplegia (tetraplegia), kelumpuhan terjadi pada keempat anggota tubuhnya.
(b) Dyskenisia
Merupakan bentuk dari CP yang ditandai dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak dalam diri individu cerebral palsy. Yang termasuk dalam kelompok dyskenisia adalah :
1. Athetosis
Letak kelainannya pada “basal ganglion”. CP jenis ini tidak terdapat kekakuan pada tubuhnya, tetapi tedapat gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (unvoluntary movement) yang terjadi sewaktu-waktu.
2. Rigid (Rigidity)
Celebral Palsy jenis rigid terjadi akibat adanyapendarahan otak. Gejala penderita ini tampak jelas, yaitu kekakuan seluruh anggota gerak, tangan dan kaki sehingga sulit dibengkokkan.Leher dan punggung mengalami hiperektensi yaitu yang tegang sangat.
3. Hipotonia (hypotonia)
Celebral palsy jenis ini ditandai tidak adanya ketegangan otot. Otot-ototnya tidak mampu merespon rangsangan yang diberikan.
4.Tremor
Celebral Palsy jenis tremor letak kelainannya di substantia nigra. Gejala tampak adanya getaran-getaran kecil (ritmis) yang terus menerus pada mata,tangan, atau pada kepala..
5. Ataxia
Celebral Palsy jenis ataxia kelainannya terletak di otak kecil (cerebellum). Otot-ototnya tidak kaku, tetapi kadang anak tidak dapat berdiri dan berjalan karena gangguan keseimbangan.
6. Jenis Campuran (mixed)
artinya pada seorang anak celebral palsy menderita dua atau tiga kaki kelainan. Misalnya spastik dan anthetosis, atau tremor. Derajat kecacatan dari masing-masing jenis tersebut tergantung pada kerusakan yang terdapat dalam otak.
Penggolongan anak CP dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :
1. Tipe pyramidal : kelainannya berbentuk spastik.Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 50%
2. Tipe extrapyramidal : kelainannya berbentuk athethosis,rigid, dan atonik. Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 25%.
3. Tipe Campuran (mixed) : bentuk kelainannya berupa spastik di kaki dan rigid ditangannya Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 25%.
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system):
a. Poliomyelitis :
Secara kharfiah, poliomyelitis diartikan sebagai suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio. Akibat yang terjadi yaitu penderita mengalami kelumpuhan (paralysisis) yang sifatnya menetap (permanent).
Tidak semu anak yang terkena poliomyelitis berakhir pada kelumpuhan. Kelumpuhan akan terjadi pada penderita poliomyelitis manakala infeksi virus tersebut mengakibatkan rusaknya sel-sel syaraf motorik.
Dilihatdari aspek-aspek motorik yang rusak, maka kelayuhan anak polio dibedakan menjadi :
1. Type Spinal: Kelayuhan atau kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki.
2. Tipe Bulbar: Kelayuhan atau kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih syaraf tepi (cranial) dengan ditandai adanya gangguan pernafasan.
3. Tipe Bulbospinalis: Gabungan antara tipe spinal dan tipe bulbar.
b. Muscle Dystrophy :
Jenis penyakit otot yang mengakibatkan otot tidak dapat berkembang. Yang dimaksud dengan tidak berkembang bukan berati ototnya mengecil, tetapi lebih bersifat pada fungsi otot-otot tersebut yang tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan terjadi karena adanya gangguan metabolisme selama anak dalam kandungan, ada juga yang menyatakan bahwa karena faktor gen (keturunan). Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia tiga tahun melalui gejala yang tampak yaitu tampak gerakan-gerakan lambat.
Muscle dystrophy dibedakan atas dua bentuk :
1. Type Pseudohypertropic (duchenne) : Dijumpai pada anak laki-laki. Kelumpuhannya terdapat pada otot-otot pinggang, bahu, kaki, dan tangan.
2. Type Facioscapulohumeral (Landouzy-Dejerine) : Dijumpai pada anak laki-laki dan perempuan. Kelumpuhan lebih mencolok pada otot-otot bahu dan tangan ketimbang pada otot-otot kaki dan wajah.
c. Spina Bifida :
Jenis kelainan pada tulang belakang (spinal cord) yang ditandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang yang disebabkan tidak tertutupnya kembali ruas tulang belakang selama proses perkembangan, akibatnya fungsi jaringan syaraf terganggu, dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Ada tiga macam jenis spina bifida:
• Spina bifida occulta: Satu atau lebih ruas tulang belakangbterbuka, dan kulit diatas ruas tulang belakang tersebut tidak mengalami kelainan.
• Meningocele: Bentuk spina bifida yang ditandai dengan penonjolan punggung pada tulang belakang.
• Myelomeningocele: Jenis ini kelainannya terberat jika dibandingkan dengan spina bifida jenis lain. Benjolan pada ruas tulang belakang berisi jaringan syaraf sehingga menimbulkan kerusakan syaraf. Sering penderita ini mengalami kelumpuhan pada kaki, organ saluran kencing, merasa nyeri, dan ada juga yang menderita hydrocephalus.
Hydrocephalus : pembesaran pada kepala yang disebabkan oleh produksi cairan yang berlebihan (water brain). Gangguan penyerta pada penderita hydrocephalus adalah terbelakang mental (tunagrahita) yang ditandai dengan rendahnya fungsi intelektual (Bleck,1975).
3. Kelainan tuna daksa/ortopedi karena bawaan (congenital deformites)
• Terjadi karena faktor bawaan (endogen) dari ayah,ibu, atau kedua-duanya. Sehingga sel pertama yang tumbuh menjadi bayi mengalami cacat.
• Faktor eksogen : disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma.
Faktor-faktor penyakit atau trauma seperti :
a. Trauma pada ibu yang sedang mengandung sehingga pertumbuhan bayi dalam kandungan mengalami kelainan.
b. Ibu selama mengandung menderita sakit sehingga mempengaruhi janin nya.
c. Tali pusat menjerat pada bagian tunuh bayi sehingga merusak pertumbuhan bayi dalam kandungan.
Dilihat dari anggota gerak yang mengalami kecacatan, cacat ortopedi bawaan dibedakan menjadi:
1. Cacat bawaan pada anggota gerak atas
a. Syndactilus dan Polydactilus
Kelainan ortopedi terletak pada banyaknya jari-jari tangan. Ada kalanya bayi lahir dengan jumlah jari-jari tangan lebih dari lima (polydactilus) dan ada yang kurang dari lima, tiga atau empat, atau tidak memiliki jari tangan (syndactilus).
b. Sprengel Disease
Kelainan jenis ini dengan mudah segera diketahui dan dilihat, yaitu scapula meninggi dan terputar. Bahu kelihatan tinggi dan leher sepertinya “memendek”. Kelainan ini terjadi karena pertumbuhan tulang bahu(scapula) tidak turun dan tetap tergantung di atas karena dysplasia otot-otot yang terdapat pada scapula dab tulang leher.
c. Kelainan Jenis Torticollis
Kelainan pada leher dengan bentuk miring ke kiri atau ke kanan. Hal ini terjadi karena pada masa bayi, otot leher tegang sebelah. Kelambanan memberikan rehabilitasi mengakibatkan otot-otot tersesut tegang, hingga wajah dan mata tidak simetris lagi.
2. Cacat bawaan pada anggota gerak bawah
a. Dislokasi pinggul (hip dislocation)
Dislokasi pinggul tidak terlihat saat bayi dilahirkan, namun akan nampak ketika anak mulai berjalan. Jalannya terlihat pincang, seperti kaki sebelah lebih pendek dari kaki yang lain. Hal ini disebabkan oleh:
- Pertumbuhan otot-otot sendi pangkal paha yang tidak sehat, sehingga mengakibatkan kepala sendi paha keluar dari mangkok sendi, atau
- Mangkok sendi tumbuh tidak sehat, sehingga kepala sendi tidak dapat masuk ke dalam kepala sendi.
b. Genu Recurvatum
Kelainan ini disebabkan olehadanya aplasia atau dysplasia dari quadriceps femoris.
Apabila kelainan itu tidak ssegera direhabilitasi, akan mengakibatkan postur tubuh si penderita menjadi pendek, karena kepincangan kaki mengakibatkan pinggul dan tulang belakang terpengaruhi dan menjadi bengkok.
c. Cacat Pseudoarthrosis
Cacat bawaan jenis ini letak kelainannya pada tulang tibia atau febula yang disebabkan oleh dysplasia tibia fibula pada bagian tengah. Hal ini disebabkan oleh terlilitnya tibia fibula oleh placenta.
d. Cacat pada kaki
Beberapa hala yang mengakibatkan kelainan pada kaki:
- Tulang kering (tibia) berputar
- Sendi kaki tidak dapat menekuk keatas
- Bagian muka kaki membengkok ke dalam
- Seluruh kaki memutar
Bentu-bentuk kelainan pada kaki:
- Talipes (pes) equinovarus dan pes equinus, yang letak kelainannya pada sendi kaki (ankle joint)
- Talipes (pes) planut atau platvoet, telapak kaki datar
- Talipes (pes) calcaneus, kaki bagian depat terangkat
- Talipes (pes) cavus, kaki bagian tengah terangkat
B. Pravalensi Anak Tunadaksa
Pravelensi anak tunadaksa berkaitan dengan perencanaan Nasional, terutama dalam penyediaan pengelola, sarana, prasarana pendidikan anak tunadaksa, dan juga anggaran pendidikan yang dibituhkan.
1. Cerebral Palsy
Para ahli memperkirakan jumlah anak penderita CP berbeda-beda.
Dilihat dari masing-masing jenis kecacatannya, pravalensi CP yaitu:
a. Spastik (spasticity)
Anak CP jenis ini diperkirakan jumlahnya 50% dari seluruh jumlah anak CP (Baatshaw dan Perret, 1986), P. Seibel (1984) memperkirakan jumlah CP 50%-60^ dari populasi CP. Sedangkan Smith dan Neisworth (1975) memperkirakan jumlahnya sekitar 40%-60%.
b. Extrapyramidal
Menurut Baatshaw dan Perret, 1986 jumlah CP diperkirakan 25%. Sedangkan menurut Smith Neisworth (1975), jumlahnya 15%-20%.
c. Hemiplagia
Diperkirakan berjumlah 35%-40%.
d. Diplegia
Diperkirakan berjumlah 10%-20%.
e. Quadriplegia
Diperkirakan berjumlah 15%-20%.
f. Paraplegia
Diperkirakan berjumalah 10%-20% (Denhoff: 1976).
Penentuan angka estimasi terhadap jumlah anak CP secara keseluruhan, maupun dilihat dari masing-masing jenis kelainan, ternyata masing-masing ahli memberikan angka yang berbeda satu sama lain.
Keterbelakangan mental pada anak CP merupakan akibat sampingan dari kerusakan otak yang terjadi selama proses perkembangan.
C. Sebab-sebab Tunadaksa
Beberapa macam sebab yang menimbulkan kerusakan pada anak tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak,jaringan sumsum tulang belakang,dan pada system musculus skeletas.
Karakter Penyandang kelainan Sistem Musculus Skeletal:
- Kelainan sistem musculus skeletal bentuknya antara lain berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan kelemahan otot. Kelainan otot-otot tersebut mengganggu gerakan. Gerakan yang dimaksudkan yaitu lokomosi, gerakan-gerakan di tempat. Derajat keterbatasan gerak masing-masing anak penyandang kelainan musculus skeletal berbeda.
- Penampilan anak-anak penyandang kelainan musculus skeletal mempengaruhi penampilannya sehingga kurang nyaman. Hilangnya kepercayaan diri pada mereka dapat terjadi karena perasaan rendah diri.
- Sebagian besar anak-anak dengan gangguan sistem musculus skeletal berkecerdasan normal. Hal ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada mereka tidak berhubungan langsung dengan pusat kecerdasan yang di otak (Hallahan dan Kuffman, 1986).
- Ketidakstabilan emosi berupa mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus ada, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, tidak disebabkan oleh kecacatan tubuhnya, tetapi oleh perkembangan pribadinya yang tidak ditunjang oleh lingkungan sekitarnya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian anak sangat ditentukan oleh sikap keluarga dan lingkungan sekitarnya.
- Keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda,uraian tentang sebab-sebab terjadinya tunadaksa di kemukakan sesuai dengan ragam kelainan, yaitu:
1. Sebab-sebab terjadinya Carebral Palsy
Kerusakan otak dapat terjadi pada fase prenatal.perinatal(natal) dan fase postnatal.
a. Sebab-sebab sebelum kelahiran (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi dalam kandungan.kerusakan dapat di sebabkan oleh :
- Adanya infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang di kandungnya. Misalnya infeksi syphilis,rubella,dan typhus abdominalis.
- Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu,tali pusat tertekan ,sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
- Bayi dalam kandungan terkena radiasi.
- Rh bayi tidak sama dengan ibunya
- Ibu mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan system syaraf pusat.
b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal,perinatal).
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi di lahirkan ,antara lain:
- Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggul ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen).
- Rusaknya jaringan syaraf otak bayi akibat kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan tang(forcep).
- Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan.
- Bayi yang lahir sebelum waktunya(prematur).
c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase postnatal).
Fase setelah kelahiran (postnatal) adalah masa mulai bayi di lahirkan sampe anak usia 5 tahun.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan otak setelah bayi dilahirkan :
- Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi.
- Infeksi penyakit yang menyerang otak.
- Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoxia).
- Keracunan carbon monoxide.
- Tercekik
- Tumor otak
2. Sebab-sebab terjadinya Poliomyelitis
Poliomyelitis terjadi pada diri seorang anak melalui virus polio.infeksi ini terjadi pada masa kanak-kanak,oleh karenanya penyakit ini dinamakan “penyakit lumpuh anak-anak” (infantile paralysis).virus polio masuk ke dalam tubuh anak-anak melalui tonsil,usus,urat syaraf atau lewat darah akhirnya sampai di sumsum (myelum)dan berkembang biak.penyakit polio umumnya menyerang anak-anak yang berusia 2 tahun sampai 6 tahun.untuk mencegah terjadinya serangan penyakit polio ,maka bayi perlu di berikan vaksinasi polio.
3. Sebab-sebab terjadinya Muscle Dystrophy
Dari telaahan genetika seseorang pembawa sifat muscle dystrophy dapat di pastikan akan menurunkan pula anak-anak yang muscle dystrophy pula.sekaitan dengan hal tersebut pada calon pasangan keluarga perlu adanya konseling perkawinan.terutama yang menyangkut tentang perencanaan keturunan.
D. Karakteristik Anak Tunadaksa
1. Karakteristik umum
Bentuk dan corak masing-masing anak tunadaksa tidak lepas dengan bentukan lingkungan,di samping yang sifatnya bawaan. Lewandowski dan Cruickshank (1980) mengemukakan enam factor yang mempengaruhi diri anak tunadaksa,yaitu :
- Usia terjadinya ketunadaksaan.
- Derajat kecacatan
- Kondisi-kondisi yang tampak.
- Dukungan keluarga dan social.
- Sikap terhadap anak tunadaksa.
- Status social lingkungan.
Dilihat dari aktivitas motorik, intensitas gangguan pada anak Cerebral Palsy dikelompokkan atas, hiperaktif, hipoaktif, dan tidak ada koordinasi (incoordination). Kelainan hiperaktif ditandai dengan gerakan-gerakan yang berlebihan. Barang-barang yang menariknya selalu diperhatikan tetapi tidak diambilnya, mereka tampaknya gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi pada satu obyek.
Ciri-ciri hiperaktif yaitu pendiam, gerakannya lamban, dan kurang merespon rangsangan yang diberikan padanya. Sedangkan tidak adanya koordinasi gerak terjadi karena adanya kekakuan pada anggota geraknya. Mereka miskin pada gerakan yang menghendaki koordinasi gerak, misalnya lompat-lompat dan lari. Adakalanya mereka juga sulit melakukan tugas-tugas yang memerlukan integrasi gerak yang lebih halus, seperti menulis, menggambar, dan menari.
2) Gangguan sensoris
Pusat sensoris manusia terletak di otak. Gangguan sensoris yang dimaksudkan yaitu kelainan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan kesan gerak dan raba (tactilekinesthetis). Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Bentuk kelainannya berupa juling, penglihatan ganda, strabismus, nystagnus, kekurangan lantang penglihatan, pandangan jauh (hyperopia), dan pandangan dekat (myopi). Ada lagi gangguan penglihatan yang disebabkan oleh tremor pada bola mata, sehingga yang bersangkutan tidak dapat melihat dengan jelas.
Ganguan pendengaran (hearing loss) pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid. Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy terjadi karena anak sering mengalami kejang-kejang sehingga syaraf pendengaran tidak dapat berfungsi baik.
Hilangnya kemampuan kesan gerak dan raba pada anak cerebral palsy, khusus terjadi pada spastik hemiplegia dan spastik tetraplegia. Mereka tidak mampu membedakan dua titik pada kulit, dan juga tidak mampu mengidentifikasi obyek dengan menggunakan tangannya.
3) Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan anak cerebral palsy berentang, mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas rata-rata. Sedangkan sisanya berkecerdasan sedikit dibawah rata-rata (Hardman, 1990). Ahli-ahli lain mengemukakakn beberapa anak cerebral mempunyai kecerdasan normal atau di atas rata-rata anak normal, dan sedikit yang gifted (Batshaw dan Perret, 1986; Cruickshank, Hallahan dan Bice, 1976).
Tidak ditemukan hubungan secara langsung tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak (P. Seibel, 1984: 138). Artinya anak cerebral yang kelainannya berat, tidak berarti kecerdasannya rendah.
Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak-anak cerebral palsy banyak mengalami kesukaran dan hambatan, yang disebabkan dua faktor. Faktor pertama terletak pada anak itu sendiri dan hambatan berikutnya terletak pada perangkat tes yang mampu mengungkapkan secara valid.
4) Kemampuan persepsi
Persepsi seseorang diperoleh melalui tahapan-tahapan. Tahapan pertama stimulus merangsang alat dria, berikutnya rangsang tersebut diteruskan ke otak oleh syaraf sensoris, dan pada akhirnya otak menerima, menafsirkan, dan menganalisis rangsang tersebut. Terjadilah peristiwa persepsi.
Syaraf penghubung dan jaringan syaraf otak pada anak cerebral palsy mengalami gangguan dan atau kerusakan sehingga proses tersebut tidak berjalan sebagaimana proses persepsi.
5) Kemampuan kognisi
Dalam proses kognisi terjadi peristiwa memperoleh, menyimpan, dan menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Anak-anak cerebral palsy mengalami gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisi sebagai akibat dari kelainan otaknya sehingga mengganggu funsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan, dan juga bahasanya.
6) Kemampuan berbicara
Kebanyakan anak cerebral palsy mengalami gangguan bicara, yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot bicara dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadinya proses interaksi dengan lingkungan.
Gangguan bicara yang lain, disebabkan oleh ketidakmampuannya menirukan bicara orang lain. Gangguan bicara yang lain, disebabkan oleh adanya kerusakan pada area tertentu di dalam otak yang berfungsi sebagai pusat bicara sehingga mempengaruhi proses bicara anak. Jenis kelainan bicaranya seperti aphasia sensoris, yaitu ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya. Dan, ada anak yang mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indera pendengarnya tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengemukakannya lagi secara lisan. Kelainan ini dinamakan aphasia motorik.
7) Simbolisasi
Simbolisasi merupakan bentuk tertinggi dari kemampuan mental dan memerlukan konsentrasi secara abstrak. Simbol diterima melalui pendengaran dan penglihatan. Kesulitan dalam pendengaran dapat mempengaruhi ketidakmampuan menangkap ucapan-ucapan yang disampaikan dan tidak mengerti hal yang dibicarakan. Sedangkan kesulitan dalam penglihatan mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam menangkap isi pesan yang ditulis.
8) Emosi dan penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial seseorang diasumsikan berkaitan erat dengan konsep diri (self-concept) (Sawrey dan Telford, 1975). Kecacatan yang terdapat pada diri anak, respon dan sikap masyarakat mempengaruhi pembentukan pribadi anak-anak cerebral palsy secara umum, dan khususnya yang berkaitan dengan konsep dirinya. Orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, perasaan orang tua menolak anaknya yang cacat, dan sikap masyarakat yang juga menolak kehadiran anak cacat, akan membentuk konsep diri yang negatif pada diri anak cerebral palsy, begitu juga sebaliknya.
E. Kebutuhan Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Dari segi fisik, mereka butuh makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima di tengah-tengah masyarakat, dihargai, dan pendidikan.
Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunadaksa, yang diharapkan anak-anak tunadaksa memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat.
Pemunculan dan pengembangan kebutuhan anak tunadaksa dirancang melalui interaksi edukasi, karena melalui interaksi ini perilaku mereka akan menyesuaikan dengan perkembangan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
A. Pengertian, Klasifikasi, dan Jenis
1. Pengertian Anak Tunadaksa
Istilah yang sering digunakan seperti cacat fisik, cacat tubuh, tunatubuh, dan akhir-akhir ini muncul istilah cacat ortopedi. Istilah dalam bahasa asing crippled, physically handicapped, physically disabled, nonambulatory, having organic problems, orthopedically impairment dan orthopedically handicapped.
Istilah tunadaksa berasal dari kata ”tuna yang berarti rugi, kurang dan daksa berarti tubuh”. Tunadaksa ditujukan kepada mereka-mereka yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, misalnya buntung dan cacat. Sedangkan istilah cacat fisik dan cacat tubuh dimaksudkan untuk menyebut mereka yang memiliki cacat pada anggota tubuhnya, bukan cacat pada inderanya.
Istilah cacat ortopedi diterjemahkan dari bahasa Inggris “ortopedically handicapped”, ortopedic berarti otot, tulang, dan persendian. Kelainannya terletak pada aspek otot, tulang dan persendian. Kelainannya mungkin merupakan bentuk primer (langsung berhubungan dengan aspek-aspek tersebut) tetapi dapat pula bersifat sekunder yaitu adanya kelainan yang terletak pada pusat pengatur sistem otot, tulang dan persendian.
Pengertian tentang anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
2. Klasifikasi dan Jenis Anak Tunadaksa
a. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari faktor-faktor penyebab kelainan
1) Cacat bawaan (congenital abnormalities)
Terjadi pada saat dalam kandungan (pra-natal) atau pada saat anak dilahirkan.
2) Infeksi
Kelainan bersifat sekunder dan dapat menyebabkan kelainan pada anggota gerak atau bagian tubuh lainnya. Misalnya poliomyeletis, osteomyeletis.
3) Gangguan Metabolisme
Terjadi pada bayi dan anak-anak disebabkan faktor gizi (nutrisi), sehingga mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan kelainan pada sistem ortopedis dan fungsi intelektual.
4) Kecelakaan atau trauma
Dapat mengakibatkan kelainan ortopedis berupa kelainan koordinasi, mobilisasi atau yang lainnya.
5) Penyakit yang progresif
Diperoleh melalui genetic (keturunan) atau penyakit. Misalnya DMP (dystrophia musculorum progressiva)
6) Tunadaksa yang tidak diketahui penyebabnya
b. Klasifikasi Anak Tunadaksa dilihat dari sistem kelainannya
1) Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders)
Yaitu kelainan yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otot dan sumsum tulang belakang) yang mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini: cerebral palsy.
a) Cerebral Palsy
Cerebral Palsy menurut asal katanya terdiri atas dua kata cerebral, cerebrum yang berarti otak, dan palsy yang berarti kekakuan. Dengan demikian, cerebral palsy merupakan suatu cacat yang disebabkan oleh adanya gangguan yang terdapat di dalam otak, an cacatnya bersifat kekakuan pada anggota geraknya.
Cacat cerebral palsy disebut juga dengan cacat “spastische-paralyse” yang berarti kelayuhan atau kelumpuhan yang sifatnya kekaku-kakuan. Istilah lainnya lagi yaitu “Little Disease” (dr. William John Little dari Inggris).
Klasifikasi Cerebral Palsy :
(1) Penggolongan menurut derajat kecacatan
(a) Golongan ringan
Yang termasuk golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
(b) Golongan sedang
Yang termasuk golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan tretmen/latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace, crutches untuk memperbaiki cacatnya.
(c) Golongan berat
Yang termasuk dalam golongan berat adalah anak-anak CP yang tetap membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri.
(2) Penggolongan menurut topografi
(a) Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh
(b) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama.
(c) Paraplegia, lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.
(d) Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kiri dan kanan disebut juga paraplegia.
(e) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan
(f) Quadriplegia, anak jenis ini menderita kelumpuhan pada seluruh anggota geraknya.
(3) Penggolongan menurut fisiologi, anak CP dibedakan atas :
(a) Spastik (spasticity)
Spastis dapat diartikan dengan “kaku”, “kejang”. CP jenis ini letak kelainannya terletak di tractus pyramidalis (motor cortex). Penderita CP jenis ini terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh otot-ototnya.
Anak CP jenis spastik dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu
1) Spastik hemiplegia, kelumpuhan terjadi pada tangan kanan dan kaki kanan atau sebaliknya.
2) Spastik paraplegia, kelumpuhan terjadi pada kedua kakinya.
3) Spastik diplegia, kelumpuhan terjadi pada kedua tangan dan kedua kakinya, biasanya kelumpuhan pada kaki lebih berat ketimbang pada tangannya.
4) Spastik quadriplegia (tetraplegia), kelumpuhan terjadi pada keempat anggota tubuhnya.
(b) Dyskenisia
Merupakan bentuk dari CP yang ditandai dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak dalam diri individu cerebral palsy. Yang termasuk dalam kelompok dyskenisia adalah :
1. Athetosis
Letak kelainannya pada “basal ganglion”. CP jenis ini tidak terdapat kekakuan pada tubuhnya, tetapi tedapat gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (unvoluntary movement) yang terjadi sewaktu-waktu.
2. Rigid (Rigidity)
Celebral Palsy jenis rigid terjadi akibat adanyapendarahan otak. Gejala penderita ini tampak jelas, yaitu kekakuan seluruh anggota gerak, tangan dan kaki sehingga sulit dibengkokkan.Leher dan punggung mengalami hiperektensi yaitu yang tegang sangat.
3. Hipotonia (hypotonia)
Celebral palsy jenis ini ditandai tidak adanya ketegangan otot. Otot-ototnya tidak mampu merespon rangsangan yang diberikan.
4.Tremor
Celebral Palsy jenis tremor letak kelainannya di substantia nigra. Gejala tampak adanya getaran-getaran kecil (ritmis) yang terus menerus pada mata,tangan, atau pada kepala..
5. Ataxia
Celebral Palsy jenis ataxia kelainannya terletak di otak kecil (cerebellum). Otot-ototnya tidak kaku, tetapi kadang anak tidak dapat berdiri dan berjalan karena gangguan keseimbangan.
6. Jenis Campuran (mixed)
artinya pada seorang anak celebral palsy menderita dua atau tiga kaki kelainan. Misalnya spastik dan anthetosis, atau tremor. Derajat kecacatan dari masing-masing jenis tersebut tergantung pada kerusakan yang terdapat dalam otak.
Penggolongan anak CP dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :
1. Tipe pyramidal : kelainannya berbentuk spastik.Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 50%
2. Tipe extrapyramidal : kelainannya berbentuk athethosis,rigid, dan atonik. Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 25%.
3. Tipe Campuran (mixed) : bentuk kelainannya berupa spastik di kaki dan rigid ditangannya Penderita jenis ini diperkirakan sekitar 25%.
2. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system):
a. Poliomyelitis :
Secara kharfiah, poliomyelitis diartikan sebagai suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio. Akibat yang terjadi yaitu penderita mengalami kelumpuhan (paralysisis) yang sifatnya menetap (permanent).
Tidak semu anak yang terkena poliomyelitis berakhir pada kelumpuhan. Kelumpuhan akan terjadi pada penderita poliomyelitis manakala infeksi virus tersebut mengakibatkan rusaknya sel-sel syaraf motorik.
Dilihatdari aspek-aspek motorik yang rusak, maka kelayuhan anak polio dibedakan menjadi :
1. Type Spinal: Kelayuhan atau kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki.
2. Tipe Bulbar: Kelayuhan atau kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih syaraf tepi (cranial) dengan ditandai adanya gangguan pernafasan.
3. Tipe Bulbospinalis: Gabungan antara tipe spinal dan tipe bulbar.
b. Muscle Dystrophy :
Jenis penyakit otot yang mengakibatkan otot tidak dapat berkembang. Yang dimaksud dengan tidak berkembang bukan berati ototnya mengecil, tetapi lebih bersifat pada fungsi otot-otot tersebut yang tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan terjadi karena adanya gangguan metabolisme selama anak dalam kandungan, ada juga yang menyatakan bahwa karena faktor gen (keturunan). Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia tiga tahun melalui gejala yang tampak yaitu tampak gerakan-gerakan lambat.
Muscle dystrophy dibedakan atas dua bentuk :
1. Type Pseudohypertropic (duchenne) : Dijumpai pada anak laki-laki. Kelumpuhannya terdapat pada otot-otot pinggang, bahu, kaki, dan tangan.
2. Type Facioscapulohumeral (Landouzy-Dejerine) : Dijumpai pada anak laki-laki dan perempuan. Kelumpuhan lebih mencolok pada otot-otot bahu dan tangan ketimbang pada otot-otot kaki dan wajah.
c. Spina Bifida :
Jenis kelainan pada tulang belakang (spinal cord) yang ditandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang yang disebabkan tidak tertutupnya kembali ruas tulang belakang selama proses perkembangan, akibatnya fungsi jaringan syaraf terganggu, dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Ada tiga macam jenis spina bifida:
• Spina bifida occulta: Satu atau lebih ruas tulang belakangbterbuka, dan kulit diatas ruas tulang belakang tersebut tidak mengalami kelainan.
• Meningocele: Bentuk spina bifida yang ditandai dengan penonjolan punggung pada tulang belakang.
• Myelomeningocele: Jenis ini kelainannya terberat jika dibandingkan dengan spina bifida jenis lain. Benjolan pada ruas tulang belakang berisi jaringan syaraf sehingga menimbulkan kerusakan syaraf. Sering penderita ini mengalami kelumpuhan pada kaki, organ saluran kencing, merasa nyeri, dan ada juga yang menderita hydrocephalus.
Hydrocephalus : pembesaran pada kepala yang disebabkan oleh produksi cairan yang berlebihan (water brain). Gangguan penyerta pada penderita hydrocephalus adalah terbelakang mental (tunagrahita) yang ditandai dengan rendahnya fungsi intelektual (Bleck,1975).
3. Kelainan tuna daksa/ortopedi karena bawaan (congenital deformites)
• Terjadi karena faktor bawaan (endogen) dari ayah,ibu, atau kedua-duanya. Sehingga sel pertama yang tumbuh menjadi bayi mengalami cacat.
• Faktor eksogen : disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma.
Faktor-faktor penyakit atau trauma seperti :
a. Trauma pada ibu yang sedang mengandung sehingga pertumbuhan bayi dalam kandungan mengalami kelainan.
b. Ibu selama mengandung menderita sakit sehingga mempengaruhi janin nya.
c. Tali pusat menjerat pada bagian tunuh bayi sehingga merusak pertumbuhan bayi dalam kandungan.
Dilihat dari anggota gerak yang mengalami kecacatan, cacat ortopedi bawaan dibedakan menjadi:
1. Cacat bawaan pada anggota gerak atas
a. Syndactilus dan Polydactilus
Kelainan ortopedi terletak pada banyaknya jari-jari tangan. Ada kalanya bayi lahir dengan jumlah jari-jari tangan lebih dari lima (polydactilus) dan ada yang kurang dari lima, tiga atau empat, atau tidak memiliki jari tangan (syndactilus).
b. Sprengel Disease
Kelainan jenis ini dengan mudah segera diketahui dan dilihat, yaitu scapula meninggi dan terputar. Bahu kelihatan tinggi dan leher sepertinya “memendek”. Kelainan ini terjadi karena pertumbuhan tulang bahu(scapula) tidak turun dan tetap tergantung di atas karena dysplasia otot-otot yang terdapat pada scapula dab tulang leher.
c. Kelainan Jenis Torticollis
Kelainan pada leher dengan bentuk miring ke kiri atau ke kanan. Hal ini terjadi karena pada masa bayi, otot leher tegang sebelah. Kelambanan memberikan rehabilitasi mengakibatkan otot-otot tersesut tegang, hingga wajah dan mata tidak simetris lagi.
2. Cacat bawaan pada anggota gerak bawah
a. Dislokasi pinggul (hip dislocation)
Dislokasi pinggul tidak terlihat saat bayi dilahirkan, namun akan nampak ketika anak mulai berjalan. Jalannya terlihat pincang, seperti kaki sebelah lebih pendek dari kaki yang lain. Hal ini disebabkan oleh:
- Pertumbuhan otot-otot sendi pangkal paha yang tidak sehat, sehingga mengakibatkan kepala sendi paha keluar dari mangkok sendi, atau
- Mangkok sendi tumbuh tidak sehat, sehingga kepala sendi tidak dapat masuk ke dalam kepala sendi.
b. Genu Recurvatum
Kelainan ini disebabkan olehadanya aplasia atau dysplasia dari quadriceps femoris.
Apabila kelainan itu tidak ssegera direhabilitasi, akan mengakibatkan postur tubuh si penderita menjadi pendek, karena kepincangan kaki mengakibatkan pinggul dan tulang belakang terpengaruhi dan menjadi bengkok.
c. Cacat Pseudoarthrosis
Cacat bawaan jenis ini letak kelainannya pada tulang tibia atau febula yang disebabkan oleh dysplasia tibia fibula pada bagian tengah. Hal ini disebabkan oleh terlilitnya tibia fibula oleh placenta.
d. Cacat pada kaki
Beberapa hala yang mengakibatkan kelainan pada kaki:
- Tulang kering (tibia) berputar
- Sendi kaki tidak dapat menekuk keatas
- Bagian muka kaki membengkok ke dalam
- Seluruh kaki memutar
Bentu-bentuk kelainan pada kaki:
- Talipes (pes) equinovarus dan pes equinus, yang letak kelainannya pada sendi kaki (ankle joint)
- Talipes (pes) planut atau platvoet, telapak kaki datar
- Talipes (pes) calcaneus, kaki bagian depat terangkat
- Talipes (pes) cavus, kaki bagian tengah terangkat
B. Pravalensi Anak Tunadaksa
Pravelensi anak tunadaksa berkaitan dengan perencanaan Nasional, terutama dalam penyediaan pengelola, sarana, prasarana pendidikan anak tunadaksa, dan juga anggaran pendidikan yang dibituhkan.
1. Cerebral Palsy
Para ahli memperkirakan jumlah anak penderita CP berbeda-beda.
Dilihat dari masing-masing jenis kecacatannya, pravalensi CP yaitu:
a. Spastik (spasticity)
Anak CP jenis ini diperkirakan jumlahnya 50% dari seluruh jumlah anak CP (Baatshaw dan Perret, 1986), P. Seibel (1984) memperkirakan jumlah CP 50%-60^ dari populasi CP. Sedangkan Smith dan Neisworth (1975) memperkirakan jumlahnya sekitar 40%-60%.
b. Extrapyramidal
Menurut Baatshaw dan Perret, 1986 jumlah CP diperkirakan 25%. Sedangkan menurut Smith Neisworth (1975), jumlahnya 15%-20%.
c. Hemiplagia
Diperkirakan berjumlah 35%-40%.
d. Diplegia
Diperkirakan berjumlah 10%-20%.
e. Quadriplegia
Diperkirakan berjumlah 15%-20%.
f. Paraplegia
Diperkirakan berjumalah 10%-20% (Denhoff: 1976).
Penentuan angka estimasi terhadap jumlah anak CP secara keseluruhan, maupun dilihat dari masing-masing jenis kelainan, ternyata masing-masing ahli memberikan angka yang berbeda satu sama lain.
Keterbelakangan mental pada anak CP merupakan akibat sampingan dari kerusakan otak yang terjadi selama proses perkembangan.
C. Sebab-sebab Tunadaksa
Beberapa macam sebab yang menimbulkan kerusakan pada anak tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak,jaringan sumsum tulang belakang,dan pada system musculus skeletas.
Karakter Penyandang kelainan Sistem Musculus Skeletal:
- Kelainan sistem musculus skeletal bentuknya antara lain berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan kelemahan otot. Kelainan otot-otot tersebut mengganggu gerakan. Gerakan yang dimaksudkan yaitu lokomosi, gerakan-gerakan di tempat. Derajat keterbatasan gerak masing-masing anak penyandang kelainan musculus skeletal berbeda.
- Penampilan anak-anak penyandang kelainan musculus skeletal mempengaruhi penampilannya sehingga kurang nyaman. Hilangnya kepercayaan diri pada mereka dapat terjadi karena perasaan rendah diri.
- Sebagian besar anak-anak dengan gangguan sistem musculus skeletal berkecerdasan normal. Hal ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada mereka tidak berhubungan langsung dengan pusat kecerdasan yang di otak (Hallahan dan Kuffman, 1986).
- Ketidakstabilan emosi berupa mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus ada, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu dan suka menyendiri, tidak disebabkan oleh kecacatan tubuhnya, tetapi oleh perkembangan pribadinya yang tidak ditunjang oleh lingkungan sekitarnya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian anak sangat ditentukan oleh sikap keluarga dan lingkungan sekitarnya.
- Keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda,uraian tentang sebab-sebab terjadinya tunadaksa di kemukakan sesuai dengan ragam kelainan, yaitu:
1. Sebab-sebab terjadinya Carebral Palsy
Kerusakan otak dapat terjadi pada fase prenatal.perinatal(natal) dan fase postnatal.
a. Sebab-sebab sebelum kelahiran (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi dalam kandungan.kerusakan dapat di sebabkan oleh :
- Adanya infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang di kandungnya. Misalnya infeksi syphilis,rubella,dan typhus abdominalis.
- Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu,tali pusat tertekan ,sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
- Bayi dalam kandungan terkena radiasi.
- Rh bayi tidak sama dengan ibunya
- Ibu mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan system syaraf pusat.
b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal,perinatal).
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi di lahirkan ,antara lain:
- Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggul ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan zat asam (oksigen).
- Rusaknya jaringan syaraf otak bayi akibat kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan tang(forcep).
- Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan.
- Bayi yang lahir sebelum waktunya(prematur).
c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase postnatal).
Fase setelah kelahiran (postnatal) adalah masa mulai bayi di lahirkan sampe anak usia 5 tahun.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan otak setelah bayi dilahirkan :
- Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi.
- Infeksi penyakit yang menyerang otak.
- Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoxia).
- Keracunan carbon monoxide.
- Tercekik
- Tumor otak
2. Sebab-sebab terjadinya Poliomyelitis
Poliomyelitis terjadi pada diri seorang anak melalui virus polio.infeksi ini terjadi pada masa kanak-kanak,oleh karenanya penyakit ini dinamakan “penyakit lumpuh anak-anak” (infantile paralysis).virus polio masuk ke dalam tubuh anak-anak melalui tonsil,usus,urat syaraf atau lewat darah akhirnya sampai di sumsum (myelum)dan berkembang biak.penyakit polio umumnya menyerang anak-anak yang berusia 2 tahun sampai 6 tahun.untuk mencegah terjadinya serangan penyakit polio ,maka bayi perlu di berikan vaksinasi polio.
3. Sebab-sebab terjadinya Muscle Dystrophy
Dari telaahan genetika seseorang pembawa sifat muscle dystrophy dapat di pastikan akan menurunkan pula anak-anak yang muscle dystrophy pula.sekaitan dengan hal tersebut pada calon pasangan keluarga perlu adanya konseling perkawinan.terutama yang menyangkut tentang perencanaan keturunan.
D. Karakteristik Anak Tunadaksa
1. Karakteristik umum
Bentuk dan corak masing-masing anak tunadaksa tidak lepas dengan bentukan lingkungan,di samping yang sifatnya bawaan. Lewandowski dan Cruickshank (1980) mengemukakan enam factor yang mempengaruhi diri anak tunadaksa,yaitu :
- Usia terjadinya ketunadaksaan.
- Derajat kecacatan
- Kondisi-kondisi yang tampak.
- Dukungan keluarga dan social.
- Sikap terhadap anak tunadaksa.
- Status social lingkungan.
Dilihat dari aktivitas motorik, intensitas gangguan pada anak Cerebral Palsy dikelompokkan atas, hiperaktif, hipoaktif, dan tidak ada koordinasi (incoordination). Kelainan hiperaktif ditandai dengan gerakan-gerakan yang berlebihan. Barang-barang yang menariknya selalu diperhatikan tetapi tidak diambilnya, mereka tampaknya gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi pada satu obyek.
Ciri-ciri hiperaktif yaitu pendiam, gerakannya lamban, dan kurang merespon rangsangan yang diberikan padanya. Sedangkan tidak adanya koordinasi gerak terjadi karena adanya kekakuan pada anggota geraknya. Mereka miskin pada gerakan yang menghendaki koordinasi gerak, misalnya lompat-lompat dan lari. Adakalanya mereka juga sulit melakukan tugas-tugas yang memerlukan integrasi gerak yang lebih halus, seperti menulis, menggambar, dan menari.
2) Gangguan sensoris
Pusat sensoris manusia terletak di otak. Gangguan sensoris yang dimaksudkan yaitu kelainan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan kesan gerak dan raba (tactilekinesthetis). Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Bentuk kelainannya berupa juling, penglihatan ganda, strabismus, nystagnus, kekurangan lantang penglihatan, pandangan jauh (hyperopia), dan pandangan dekat (myopi). Ada lagi gangguan penglihatan yang disebabkan oleh tremor pada bola mata, sehingga yang bersangkutan tidak dapat melihat dengan jelas.
Ganguan pendengaran (hearing loss) pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid. Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy terjadi karena anak sering mengalami kejang-kejang sehingga syaraf pendengaran tidak dapat berfungsi baik.
Hilangnya kemampuan kesan gerak dan raba pada anak cerebral palsy, khusus terjadi pada spastik hemiplegia dan spastik tetraplegia. Mereka tidak mampu membedakan dua titik pada kulit, dan juga tidak mampu mengidentifikasi obyek dengan menggunakan tangannya.
3) Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan anak cerebral palsy berentang, mulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu idiocy sampai gifted. Sebagian cerebral palsy, sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas rata-rata. Sedangkan sisanya berkecerdasan sedikit dibawah rata-rata (Hardman, 1990). Ahli-ahli lain mengemukakakn beberapa anak cerebral mempunyai kecerdasan normal atau di atas rata-rata anak normal, dan sedikit yang gifted (Batshaw dan Perret, 1986; Cruickshank, Hallahan dan Bice, 1976).
Tidak ditemukan hubungan secara langsung tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak (P. Seibel, 1984: 138). Artinya anak cerebral yang kelainannya berat, tidak berarti kecerdasannya rendah.
Pengungkapan kemampuan tingkat kecerdasan anak-anak cerebral palsy banyak mengalami kesukaran dan hambatan, yang disebabkan dua faktor. Faktor pertama terletak pada anak itu sendiri dan hambatan berikutnya terletak pada perangkat tes yang mampu mengungkapkan secara valid.
4) Kemampuan persepsi
Persepsi seseorang diperoleh melalui tahapan-tahapan. Tahapan pertama stimulus merangsang alat dria, berikutnya rangsang tersebut diteruskan ke otak oleh syaraf sensoris, dan pada akhirnya otak menerima, menafsirkan, dan menganalisis rangsang tersebut. Terjadilah peristiwa persepsi.
Syaraf penghubung dan jaringan syaraf otak pada anak cerebral palsy mengalami gangguan dan atau kerusakan sehingga proses tersebut tidak berjalan sebagaimana proses persepsi.
5) Kemampuan kognisi
Dalam proses kognisi terjadi peristiwa memperoleh, menyimpan, dan menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Anak-anak cerebral palsy mengalami gangguan atau keterbatasan dalam kemampuan kognisi sebagai akibat dari kelainan otaknya sehingga mengganggu funsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan, dan juga bahasanya.
6) Kemampuan berbicara
Kebanyakan anak cerebral palsy mengalami gangguan bicara, yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot bicara dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadinya proses interaksi dengan lingkungan.
Gangguan bicara yang lain, disebabkan oleh ketidakmampuannya menirukan bicara orang lain. Gangguan bicara yang lain, disebabkan oleh adanya kerusakan pada area tertentu di dalam otak yang berfungsi sebagai pusat bicara sehingga mempengaruhi proses bicara anak. Jenis kelainan bicaranya seperti aphasia sensoris, yaitu ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya. Dan, ada anak yang mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indera pendengarnya tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengemukakannya lagi secara lisan. Kelainan ini dinamakan aphasia motorik.
7) Simbolisasi
Simbolisasi merupakan bentuk tertinggi dari kemampuan mental dan memerlukan konsentrasi secara abstrak. Simbol diterima melalui pendengaran dan penglihatan. Kesulitan dalam pendengaran dapat mempengaruhi ketidakmampuan menangkap ucapan-ucapan yang disampaikan dan tidak mengerti hal yang dibicarakan. Sedangkan kesulitan dalam penglihatan mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam menangkap isi pesan yang ditulis.
8) Emosi dan penyesuaian sosial
Penyesuaian sosial seseorang diasumsikan berkaitan erat dengan konsep diri (self-concept) (Sawrey dan Telford, 1975). Kecacatan yang terdapat pada diri anak, respon dan sikap masyarakat mempengaruhi pembentukan pribadi anak-anak cerebral palsy secara umum, dan khususnya yang berkaitan dengan konsep dirinya. Orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, perasaan orang tua menolak anaknya yang cacat, dan sikap masyarakat yang juga menolak kehadiran anak cacat, akan membentuk konsep diri yang negatif pada diri anak cerebral palsy, begitu juga sebaliknya.
E. Kebutuhan Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Dari segi fisik, mereka butuh makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima di tengah-tengah masyarakat, dihargai, dan pendidikan.
Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunadaksa, yang diharapkan anak-anak tunadaksa memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat.
Pemunculan dan pengembangan kebutuhan anak tunadaksa dirancang melalui interaksi edukasi, karena melalui interaksi ini perilaku mereka akan menyesuaikan dengan perkembangan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
sumber:
Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
0 komentar:
Posting Komentar