ASSESMEN ANAK TUNADAKSA
Dalam penyelenggaraan pendidikan
bagi anak tunadaksa, diperlukan tersedianyainformasi data yang tepat yang
berhubungan dengan (1) kondisi anak, (2) juga riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, (3) riwayat pendidikan, (4) riwayat kesehatan, dan (5) pola
hubungan anak dengan orang tua dan saudara serta lingkungan dimana anak
tunadaksa dibesarkan.
Kondisi fisik anak tunadaksa sangat
bervariasi mulai dari tunadaksa ringan, tunadaksa sedang, tunadaksa berat dan
tunadaksa sangat berat. Masing-masing kategori memerlukan pelayanan
rehabilitasi dan layanan pendidikan yang berrbeda-beda (A.Salim Ch, 1989).
Kondisi psikis anak tunadaksa meliputi kadar intelegensi (IQ), sikap dan
kepribadian.
Informasi/ data tentang riwayat
pertumbuhan dan perkembangan anak tunadaksa. Anak yang lahir dan hidup pada
lingkungan keluarga yang kurang/ tidak memberikan perhatian dalam pengasuhan
anak, anak yang bersangkutan memiliki resiko tinggi terjadinya gangguan
perkembangan (Endang Warsiqi Ghozali), 1993).
Informasi/ data tentang riwayat
pendidikan anak, untuk mengetahui macampendidikan yang pernah diikuti.
Perubahan perilaku yang lebihdini akan menjadi fondasi bagi perubahan perilaku
berikutnya (Gunarso, 1982).
Informasi/ data tentang riwayat
kesehatan anak sangat besar pengaruhnya dalam pembuatan keputusan mengenai
program pendidikan anak tunadaksa.
Data tentang pola hubungan anak dengan keluarga,
saudara dan lingkungan sosial sebagai pertimbangan dalam penyusunan program
pendidikan dan layanan rehabilitasi yang akan diberikan kepada anak tunadaksa.
Kehadiran anak tunaadaksa dilingkungan keluarga, ada yang menimbulkan shock,
kecewa, depresi, dan bahkan meerasa Tuhan tidak adil bagiorang tua anak (Lyon,
1985, Roos, 1975, dalam Daniel P. Hallahan, 1988).
B.
Pengertian
Assesmen Anak Tunadaksa
Assesmen adalah proses pengumpulan informasi/ data
tentang penampilan individu yang relevan untuk pembuatan keputusan (Ronald
L.Taylor), baik yang dilakukan oleh guru umum (reguler-education teacher), guru
pendidikan khusus, psikolog pendidikan, spesialis, terapis dan personal lain.
Menurut Ronald L.Taylor, program – program di bidang pendidikan yang memerlukan
informasi dan harus disediakan melaluikegiatan assesmen adalah :
(1) Identitas
anak
(2) Program
dan strategi pembelajaran
(3) Tingkat
kemampuan dan kebutuhan pendidikn anak
(4) Klasifikasidan
program-program penempatan anak
(5) Perencanaan
pengajaran individual
Memang
tidak ada definisi assesmen yang dapat berlaku untuk semua bidang kajian. Sebab
sangat tergantung pada : (1) domain atau karakteristik individu dan
lingkungannya, serta apa yang diharapkan dilakukan individu di waktu yang akan
datang, (2) sumber daya yang tersedia pada saat akan mengadakan assesmen yang
dapat dipakai untuk menelusuri individu dan lingkungannya. (Wehmwn & McLaughlin,
1981).
C.
Arah
dan Tujuan Assesmen Anak Tunadaksa
Tujuan asssesmen untuk anak tunadaksa,
menurut hemat penulis adalah untuk mengenal dan memahami anak tunadaksa,
termasuk tentang kemampuan dan ketidakmampuan anak baik fisik maupun mental dan
lingkungannya.
Arah/ kegunaan anak tunadaksa
Menurut
John Silvia & James E.Yssdyke, kegunaan hasil assesmen adalah untuk :
(1) Skrining
anak
(2) Klasifikasi
atau penempatan anak
(3) Perencanaan
program
(4) Evaluasi
program, dan
(5) Assesmen
kemajuan individu anak
Untuk
anak tunadaksa, kegunaan dari hasil assesmen anak antara lain adalah untuk :
1. Klasifikasi,
identifikasi dan data dasar anak tunadaksa
untuk mengelompokkan bahwqa anak tertentu walaupun
ringan kecaatannnya, namun termasuk tunadaksa. Hasil assesmen yang bermanfaat sebagai
data dasar anak, mencakup tentang :
(a) identitas
dan kondisi kemampuan dan ketidakmampuan anak,
(b) riwayat
pertumbuhan dan perkembangan,
(c) riwayat
kesehatan, dan
(d)pola
hubungan anak dengan orang tua dan saudara serta lingkunag dimana anak
tunadaksa dibesarkan.
Viola
E.Cardwell, (1963) menjelaskan bahwa kejadian tunadaksa, khususnya cerebral
palsy dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkaqn dalam faktor
“predisposing factors” (faktor yang memdahului), meliputi :
(a) prematurity,
(b) twin
pregnancies,
(c) excessive
birth weight,
(d)race,
(e) sex,
(f) age
of mother,
(g) complications
of current pregnancy, dan
(h) complications
of previous pregnancy.
Faktor
kedua disebut “precipitating factors” (faktor pemercepat terjadinya kecacatan)
:
(a) prenatal
(b) paranatal
factors
(c) postnatl
factors
2. Pembuatan
keputusan program penempatan pendidikan anak
Munawir Yusuf (dalam
JRR No.5 Th.2 April-Juni 1993) menggambarkan program penempatan pendidikan anak
luar biasa pada umumnya, dan anak tunadaksa pada khususnya ke dalam beberapa
kemungkinan, yang kesemuanya sangat tergantung pada kemampuan dan
ketidakmampuan anak dan lingkungannya, yaitu anak dapat ditempatkan :
(1) di
kelas biasa,
(2) di
kelas biasa dengan tanbahan bimbingan khusus oleh guru kelas,
(3) di
kelas biasa sebagian hari, dan sebagian hari yang lain mendapatkan pelayanan di
kelas sumber,
(4) di
kelas khusus sebagian hari dan kelas reguler untuk sebagian hari yang lain,
(5) di
kelas khusus sepanjang hari,
(6) di
sekolah khusus sepanjang hari, dan
(7) memperoleh
pelayanan pendidikan di tempattinggal anak sepanjang waktu.
3. Pembuatan
keputusan program rehabilitasi anak
Untuk
mengurangi dampak negatif kecacatan terhadap kegiatan belajar anak, dan untuk
mencegah terjadinya akumulasi permasalahan baru, anak tunadaksa memerlukan
layanan rehabilitatif.
Viola
E.Cardwell (1963) memberikan gambaran anggota Tim Rehabilitasi di suatu lembaga
pendidikan yang mendidik anak tunadaksa (yang edial) terdiri dari :
(a) Physical
therapist,
(b) Occupational
therapist,
(c) Speech
pathologist, audiologist, speech and hearing therapist,
(d) Social
worker, and recreational therapist,
(e) Psychologist,
(f) Teacher
of special education,
(g) Vocational
counselor,
(h) Medical
social worker,
(i) Nurse
for activity of daily living.
Kerja
tim rehabilitasi adalah mencakup perencanaan program, pelaksanaan dan evaluasi
program sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
4. Pengembangan
program pengajaran individual anak
Dalam
rangka pengembangan program pendidikan yang di individualkan, banyak informasi
yang dihasilkan dari kegiatan assasment. Menurut Ronald L. Taylor, informasi
yang diperlukan untuk program pembelajaran individu meliputi documentation of
the student’s present level of performance, Indication of specific services and
type of program to be provided, Annual goal, Short-term objectives, Procedures
and schedules for evaluating goal and objective.
Menurut
Mulyono(1993) langkah-langkah dalam merancang suati PPI yaitu membentuk tim PPI
atau penilai PPI, menilai kekuatan dan kelemahan minat siswa, mengembangkan
tujuan-tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek, merancang metode dan
prodesur pencapaian tujuan, menentukan metode evaluasi kemajuan.
·
Membentuk
tim PPI
Seseorang
yang menjadi tim PPI mencakup guru, diagnostician, kepala sekolah, orangtua dan
siswam dan spesialis lain. Hambatan dalam kerja tim adalah waktu dan latihan
para anggota tim. Bagian yang harus diselesaikan adalah tujuan-tujuan umum,
sasaran khusus, dan prosedur-prosedur
untuk mencapai tujuan kemudian menandatangani PPI yang menunjukan bahwa
mereka telah berpartisipasi dalam mengembangkan PPI.
·
Menilai
kebutuhan siswa
Data
untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan individual siswa meliputi data hasil
assasment awal, hasil tes formal yang dilakukan guru, hasil survey tentang
minat dan kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, hasil penilaian dan pendapat
orangtua melalui check list, informasi dari sumber-sumber lain yang relevan.
·
Mengembangkan
tujuan jangka panjang dan sasaran jangka pendek
Tujuan
jangka panjang dilakukan secara langsung dari kurikulum, dinyatakan secar luas.
Sasaran lebih spesifik dan terintegrasi dengan kurikulum, tujuan program
dan kebutuhan-kebutuhan siswa.
·
Merancang
metode dan prosedur pembelajaran
Pengalaman
belajar yang dicantumkan dalam garis-garis besar PPI mendeskripsikan bagaimana
tiap sasaran akan diselesaikan.
·
Menetukan
metode untuk mengevaluasi kemajuan
Metode
evaluasi mengukur derajat pencapaian sasaran yang telah diselesaikan. Metode
evaluasi meliputi tes tertulis atau lisan, catatan observasi guru,
membandingkan suatu produk dengan kiteria yag telah ditetapkan sebelumnya,
review yang dilakukan oleh teman berdasarkan standart yang telah ditentukan
sebelumnya, penilaian sendiri dan evaluasi siswa dan guru. Evaluasi dianjurkan
dilakukan oleh guru atau ahli-ahli yang relevan. PPI hendaknya diperbaharui
secara terus-menerus dan menetukan kapan sasaran telah diselesaikan dan harus
ddiubah seperti halnya kebutuhan anak yang juga berubah.
D.
Tempat
melakukan assasment
Tempat
melakukan assasment bisa di sekolah, rumah, lembaga masyarakat, rumah spesialis
tertentu, laboratorium pendidikan luar biasa.
E.
Aspek
yang menjadi objek assasment
Aspek
ini meliputi identitas anak, riwayat
anak (pertumbuhan dan perkembangan, pendidikan, kesehatan), kondisi dan
kemampuan fisik anak (keadaan fisik, kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari,
kemampuan koordinasi (tangan dan kaki), kondisi dan kemampuan psikis
anak(inteligensi, sikap dan kehidupan emosional, kepribadian anak,bakat, minat,
hobi dan cita-cita), aspek social (identitas dan kondisi keluarga, sosialisasi
anak)
F.
Tim
work sebagai pelaksana assasment
Pihak
yang dapat melakukan assasment adalah guru pendidikan umum, guru PKh, Psikolog
penddidikan, perawat, administrator, terapis, orangtua, teman dan pejabat
organisasi social. Pelaksanaan assasment tersebut dilakukan secara terpadu
dalam suatu tim kerja. Dengan kerjasama dengan para ahli medic dalam assasment
maka seorang guru anak tunadaksa akan memperoleh saran-saran tertentu bagaimana
cara menangani dan menempatkan anak tuna daksa sehingga resiko cacat fisik yang
lebih jauh dapat dikurangi. Dalam hal identitas
anak tunadaksa dilaksakan oleh orangtua, guru, pekerja social, administrator,
riwayat anak dilaksanakan oleh guru, orangtua, terapis, spesialis, pekerja
social, teman sejawat dll, kondisi dan kemampuan fisik dilaksanakan orantua, guru, spesialis,
perawat, sedangkan psikis anak yaitu psikolog, orangtua, guru, perawat dan dari
aspek social dilakukan oleh pekerja social, guru, orangtua, pejabat orang,
social
G.
Tehnik-tehnik
assasment tunadaksa
Individu
dapat diadakan kegiatan assasment dengan metode/tehnik tertentu seperti
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, uji laboratorium. Metode inspeksi yakni
memeriksa secara lengkap disetiap daerah tubuh penderita atau yang biasa
disebut observasi untuk mengetahui bentuk tubuh, fungsi organ gerak tubuh. Metode
Palpasi yakni cara assasment dengan cara meraba disetiap daerah tubuh yang perlu diraba untuk mendapatkan informasi
tertentu yang diperlukan. Metode perkusi merupakan cara yang dilakukan dengan
mengetok-ngetok suatu daerah tubuh tertentu, untuk mendengarkan suara yang
ditimbulkan, merasakan tahanan yang dijumpai pada daerah tubuh tersebut. Metode
auskultasi merupakan tehnik dengan cara
menangkap dan mengenali suara yang berasal dari berbagai organ tubuh, dengan mendengarkan
permukaan tubuh baik langsung atau dengan mempergunakan stetoskop. Metode
pemeriksaan laboratorium merupakan cara yang lebih detail. Metode pertama dan
kedua relative dapat dilakukan oleh seorang yang bukan profesi medis, asal
telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
Menurut
Wehman & McLaughlin (1981) metode assasment anak tunadaksa yaitu melalui
informal consultations, Structured interviews, screening devices,
norm-referenced tests, criterian-referenced tests, observation
Menurut
Pusat Pengembangan dan latihan rehabilitasi para cacat metode yang digunakan
metode pengamatan bentuk dan perilaku anak dan metode tes fungsi organ gerak
dan kemampuan anak. Sedangkan menurut Munawir Yusuf metode yang digunakan
adalah observasi dan tes. Metode assasment dipengaruhi oleh aspek apa yang
hendak diketahui informasinya, dimana assasent dapat dilakukan dan siapa yang
melakukan assasment
Metode observasi
Pengamatan
adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan
menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. Pengamatan adalah
suatu prosedur yang berencara. Dalam observasi bukan hanya mengunjungi dan
melihat atau menonton saja tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus
dan melakukan pencatatan-pencatatan.
·
Pengamatan
dan ingatan
Ingatan
adalah kekuatan jiwa untuk menerima , menyimpan dan memproduksi kesan. Ingatan
diperlukan untuk memahami sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran-kesukaran. Kita
sulit untuk memperoleh ingatan yang seperti itu maka untuk mengurangi timbulnya
kesalahan dalam observasi dapat dibantu dengan jalan mengklasifikasi
gejala-gejala yang relevan, observasi diarahkan pada gejala yang relevan,
menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak dan melakukan pencatatan dengan
segera, didukung dengan alat-alat pencatat dan dapat didukung oleh alat-alat
mekanik/elektronik
·
Sasaran
pengamatan
Pembatasan
dengan sasaran pengamatan ini sebaiknya dipertimbangkan dahulu sebelum kita
memulai pengamatan. Untuk membantu pembatasan sasaran pengamatan maka kita
harus mengkalsifikasi sasaran .
Beberapa
jenis pengamatan antara
lain :
1.
Pengamatan Terlibat
(Observasi Partisipasi)
Kita
benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak
tunadaksa. Jadi kita ikut bersama anak dalam melakukan kegiatan. Hal yang perlu
diperhatikan ialah jangan sampai anak tunadaksa memiliki tugas mengamati gerak
gerik mereka. Pencatatan yang dilakukan jangan sampai diketahui. Jika hal ini
diketahui kemungkinan terjadi tingkah laku yang dibuat-buat, kepercayaan mereka
terhadap kita sebagai pengamat akan hilang, dapat mengganggu situasi dan relasi
pribadi dan akibat dari ini akan diperoleh informasi yang bias. Sedangkan hal
yang perlu diperlukan yaitu dirumuskan dahulu gejala yang akan diamati,
diperhatikan cara pencatatan yang baik, memelihara hubungan baik dengan anak
tunadaksa dan mengetahui batas intensitas partisipasi.
2.
Pengamatan Sistematis
Ciri
utama dari jenis pengamatan ini adalah mempunyai kerangka atau struktur yagn
jelas, dimana didalamnya berisikan data-data yang diperlukan, dan sudah
dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Apabila dalam suatu pengamatan tidak
diadakan sistematika secara kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur,
maka pengamatan ini digolongkan dalam pengamatan yang non sistimatis. Praktek
penggunaan pengamatan sistematis ini dalam asesmen adalah dalam hal kita
mencari datan tentang kemampuan anak dalam ADL, kepribadian, keseimbangan
emosional.
Kelebihan dan kekurangan teknik pengamatan :
Kelebihan
:
1. Merupakan
cara asessmen yang murah, mudah dan langsung, guna memperoleh data yang
diperlukan.
2. Tidak
mengganggu, sekutang-kurangnya tidak terlalu mengganggu anak tunadaksa
3. Dimungkinkan
mengadakan pencatatan secara serempak pada anak yang lebih dari satu.
Kekurangan
:
1. Banyak
peristiwa pshikis tertentu yang tidak dapat diamati, misalnya minat, bakat,
keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya pribadi.
2. Sering
memerlukan waktu yang lama, sehingga membosankan, karena perilaku yang hendak
diamati tidak muncul-muncul.
3. Apabila
anak tunadaksa mengetahui bahwa ia sedang diamati,mereka dapat memanipulasi
perilakunya.
Beberapa alat observasi
Pelaksanaan
observasi agar dapat cermat memperoleh data, diperlukan bebrapa alat bantu.
Alat-alat tersebut antara lain :
1. Check
list
2. Skala
penilain ( rating scale )
3. Daftar
riwayat kelakuan ( Anectodal Record )
4. Alat-alat
mekanik
3. Wawancara
( Interview )
Wawancara
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengadakan assesmen, dimana kita
mendapatkan keterangan/ pendirian secara lisan dari sasaran ( interview ).
Beberapa
jenis wawancara :
1. Wawancara
tidak terpimipin ( non directive or unguide interview )
Yang dimaksud wawancara tidak terpimpin adalah
wawancara yang tidak memiliki pokok persoalan yang menjadi fokus dalam
wawancara tersebut.
2. Wawancara
terpimpin ( structured of guided interview )
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan
pedoman-pedoman berupa kuesioner yan telah disiapkan masak-masak sebelumnya.
3. Wawancara
bebas terpmpin
Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.
Teknik
wawancara :
1. Hubungan
baik antara pewancara dengan sasaran
Dalam
suatu wawancara, sasaran akan memberikan informasi-informasi atau menjawab
pertanyaan dengan baik atau benar, apabila tercipta suasana yang bebas dan
tidak kaku.
2. Ketrampilan
pewawancara
Seorang
pewancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan “rapport” dengan sasaran,
ia juga harus mempunyai ketrampilan diri dengan baik.
Cara
pencacatan data wawancara :
Secara garis besar cara pencacatan data hasil
wawancara dapat dilakukan dengan 5 cara, yakni :
1. Pencatatan
langsung
2. Pencatatan
ingatan
3. Pencatatan
dengan alat recording
4. Pencatatan
dengan field rating dan
5. Pencatatan
dengan field coding
Pencatatan
Dengan Alat Recording.
Metode
ini sangat memudahkan karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail.
Tetapi ada kelemahannya yaitu memerlukan keja dua kali, sebab kita harus
menyalin atau menulis lagi dari alat recording tersebut.
d.
pencatatan dengan fieled rating (dengan angka)
Dalam
metode ini kita mempersiapkan terlebih dahulu formulir isian atau kuesioner
mengenai data yang akan dikumpulkan.
Dengan mengkategorikan jawaban dengan nilai, missal : setuju sekali = 5.
Setuju = 4, tidak setuju = 3, dst.
Pencatatan Dengan Kode
(Field Coding)
Seperti pada field
rating, tetapi jawaban sasaran tidak dikategorikan ke dalam angka namun jika
jawaban ya (+) dan tidak (-).
Tempat Wawancara
Situasi
tempat wawancara, amat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam mengenali informasi.
Banyak
anak tunadaksa dan keluarga hanya mau memberikan informasi atau mengungkapkan
diri apabilatidak ada orang lain, kecuali hanya pewawancara saja. Mereka akan
dengan senang dan bebas terbuka mengungkapkan keadaan dirinya hanya semata-mata
ditujukan kepada petugas wawancara saja.
Metode Tes
Metode tes untuk assesmen anak
tunadaksa berupa sejumlah item yang berfungsi sebagai alat untuk :
a. Mengetahui
atau menentukan kemampuan otot, baik dalam hal potensi maupun abilitas anak
dalam system dan mekanisme gerakannya (kemampuan gerak).
b. Mengetahui
kemampuan gerak sendi tertentu melalui tes gerak halus maupun kasar, seperti
kemampuan gerak sendi jari tangan dan kaki, siku,bahu, panggul, lutut,
pergelangan tangan dan kaki, dsb.
c. Metode
tes juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan kordinasi sensori motorik,
misalnya koordinasi mata dengan gerak tangan, dan gerak kaki.
d. Macam
penggunaan metode tes yang lain adalah untuk mengetahui bakat, minat, sikap,
kadar intelegensi, dsb
e. Tes
prestasi belajar, kadang juga dipergunakan untuk mengetahui kemampuan akadamik
yang sudah dimiliki anak.
Tes yang digunakan biasanya lebih
cenderung bersifat local, yang disesuaikan dengan batasan obyek yang ada, yang
ingin diketahui.
Tujuan tes dalam assessment anak
tunadaksa adalah untuk mendapatkan data/informasi yang kemudian dianalisis
secara intensif terhadap latar belakang keadaan atau gejala, agar dapat
digunakan sebagai pedoman usaha penyembuhan/terapi maupun menyusun program edukasi
berikutnya.
Pihak-pihak yang terkait dalam
pelaksanaan tes biasanya adalah : psikolog, dokter, guru khusus, fisioterapis,
terapis okupasi, terapis bicara,, dsb.
Berikut adalah materi untuk
perkembangan gerak.
Perkembangan gerak kasar.
No
|
Kemampuan
perkembangan yang dilakukan tes
|
Batas
usia pencapaian anak normal
|
1.
|
Gerak
yag sama
|
2
minggu
|
2.
|
Mengankat
kepala dengan tegak
|
14
minggu
|
3.
|
Duduk
dengan kepala tegak
|
16
minggu
|
4.
|
Mengangkat
dada
|
20
minggu
|
5.
|
Berguling
sedikitnya dua kali
|
7
bulan
|
6.
|
Duduk
tanpa penyangga selama 20 detik
|
8
bulan
|
7.
|
Berdiri
dengan berpegangan selama 30 detik
|
11
bulan
|
8.
|
Berjalan
dengan berpegangan
|
1
tahun
|
9.
|
Berdiri
tanpa berpegangan selama 30 detik
|
1,5
tahun
|
10.
|
Berjalan
dengan baik
|
2,5
tahun
|
11.
|
Berjalan
mundur sedikitnya 5 langkah
|
2
tahun
|
12.
|
Naik
tangga dengan berpegangan
|
3
tahun
|
13.
|
Melempar
bola dari atas kepala
|
3
tahun
|
14.
|
Berdiri
sati kaki dengan tanpa berpegangan selama 30 detik
|
3tahun
|
15.
|
Berjalan
jinjit
|
3
tahun
|
16.
|
Menangkap
bola yang dipantulkan
|
3,5
tahun.
|
Perkembangan gerak halus
No
|
Kemampuan
perkembangan yang dilakukan tes
|
Batas
usia pencapaian anak normal
|
1.
|
Menggerakan
kepala ke obyek
|
2
minggu
|
2.
|
Bermain
dengan kedua tangan
|
10
minggu
|
3.
|
Menggenggam
|
12
minggu
|
4.
|
Mereaksi
sumber cahaya
|
14
minggu
|
5.
|
Meraih
mainan di dekatnya
|
22
minggu
|
6.
|
Memukulkan
dua benda di tangan
|
10
bulan
|
7.
|
Mengambil
benda dengan menjepit
|
1
tahun
|
8.
|
Menyusun
tiga buah kubus
|
2
tahun
|
9.
|
Mencontoh
membuat garis lurus
|
3,5
tahun
|
10.
|
Menggambar
orang tiga bagian tubuh tergambar.
|
5,5
tahun.
|
Pemeriksaan
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan gejala fisik yang trdapat pada anak tunadaksa, terhadap
perubahan-perubahan bentuk bagian tubuh anak, serta adanya tanda-tanda yang
tidak wajar pada permukaan fisik anak tunadaksa. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : inspeksi dan palpasi(meraba, memegang,
menggerakan bagian-bagian tubuh tertentu.
Macam
proses pemeriksaan :
a.
Pemeriksaan Kepala Dan
Leher.
Meliputi pemeriksaan pada mata, telinga, wajah,
hidung, mulut dan leher apabila ukurannya tidak sesuai dengan anak normal maka
termasuk cacat.
Selain
itu dialakukan juga pemeriksaan pada bagian :
a)
Pemeriksaan mata
`
Dilakukan
untuk memeriksa ada atau tidaknya kelainan anatomis pada mata misalnya;
catarak, juling, atau gejala peradangan.
b)
Pemeriksaan telinga
Dialakuakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan anatomis pada telinga. Pemeriksaan dimulai dengan melihat kebersihan
telinga. Dan apakah anak merasakan nyeri pada telinga. Dan juga pengukuran
kemampuan mendengar anak.
c)
Pemeriksaan wajah
Untuk
mengetahui apakah ada kelainan fisik atau tidak seperti wajah yang kurang
simetris, pada bagian mata, pipi, mulut, dan dahi. Apakah ada perkiraan kelainan syaraf, yang
menyebabkan kelainan otot wajah.
d)
Pemeriksaan pada leher
Dimulai
dengan cara melakukan inspeksi bentuk leher, apakah terdapat bentuk yang khas
atau tidak. Cara memeriksanya adalah dengan cara menyuruh anak memutar kepala
ke arah lateral, vertical, dan juga rotary. Perlu juga dilihat posisi kepala
dengan tubuh yang diakibatkan oleh kelainan otot-otot leher. Kelainan itu
diakibatkan oleh adanya atropi otot atau kelainan neurologis.
b.
Pemeriksaan Tulang
Belakang Dan Organ Gerak
1.
Pemeriksaan pada tulang
belakang.
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan
semisal scoliosis yang dapat mengakibatkan kelumpuhan dan kehilangan sensasi
pada ekstrimitas bawah dan perineum.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara :
mengamati dari belakang, memiringkan badan dari sisi yang satu ke sisi yang
lain, dan memutar tubuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain.
2.
Pemeriksaan pada
naggota gerak
Yang
di periksa adalah kelainan bentuk dan
struktur, serta kelengkapan anggot gerak, baik yang atas maupun yang bawah.
Sendi bahu
Kemampuan
gerak sendi bahu orang normal adalah sanggup melakukan gerak abduksi dan
aduksi, fleksi dan ekstensi, gerak rotasi, dan gerak sirkumduksi. Jika terjadi
kelainan maka akan membatasi gerak. Pembatasan kemampuan gerak sendi dapat
dilihat dari seberapa luas kemampuan gerak yang dilakukan oleh penderita.
Inspeksi pada bahu dari belakang, dapat mengungkapkan adanya pemindahan
horizontal salah satu bahu. Pemeriksaan pada bahu, biasanya juga menyangkut
keluhan-keluhan erasaan nyeri.
Sendi siku
Kemampuan gerak sendi siku yang normal, adalah dapat
melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, supinalisasi dan pronasi. Batas gerakan normal
sendi siku untuk fleksi adalah sebesar 60-70 derajat dan ekstensi sebesar
180-190 derajat.
Hiperekstensi pada sendi siku sering ditemukan pada
anak-anak, terutama pada mereka yang hiperfleksibilitas umum.
Sendi pergelangan tangan
Kemampuan
gerak normalnya adalah mampu melakukan gerak fleksi dan ekstensi, fleksi
menyamping dan sirkumduksi pergelangan.
Devisiasi pada sendi pergelangan
tangan bisa dalam keterbatasan kemampuan gerak, tetapi jugadapat dalam bentuk
keluhan-keluhan berupa perasaan nyeri saat ditekan persendiannya.
Jari-jari tangan.
Agak banyank kelainan
bentuk congenital pada jari-jari tangan. Disamping karena faktor penyakit
tertentu. Kelainan itu antara lain; diformitas leher angsa pada jari penderita
rheumatoid arthritis, jari gabuh pada penderita jantung congenital, atropi
otot, kontraktur depuytren, pembengkakan, dan ada pula yang terjadi perubahan
yang khas karena rheumatoid arthritis.
Sendi panggul
Kemampuan gerak sendi panggul hamper
sama dengan kemampuan gerak sendi bahu. Yaitu gerak fleksi-ekstensi,
abduksi-aduksi, dan rotasi
Instrumen assemen di PRSBD Prof Dr. Soeharso
Surakarta, terdiri atas beberapa macam,sebagai berikut :
1. Instrumen
Assesmen awal
2. Instrrumen
Assesmen lanjut
3. Instrumen
Assesmen khusus
4. Instrumen
hasil diagnosa
5. Instrumen
monitoring kemajuan anak
6. Instrumen
evaluasi hasilrehabilitasi
Menurut Zulaikhah (1994), assesmen
yang menyeluruh terhadap kondisi kemempuan dan ketidakemampuan klien, baik segi
fisik,psikologis, sosial akan sangat menentukan program layanan dan
keberhasilan rehabilitasi.
Prosedur Assesmen
Ditinjau dari tahap kegiatan ada
tiga tahap, yaitu :
a. Tahap
persiapan
·
Perumusan tujuan,
sasaran, obyek/aspek assmen, pelaksana, tempat, waktu
·
Persiapan instrumen
assesmen
·
Persiapan alat, sasaran
assesmen, sosialisasi program assesmen
b. Tahap
Pelaksanaan
·
Pengisian formulir
identitas anak dan keluarga
·
Pengecekan identitas
oleh petugas assesmen
·
Assesmen riwayat anak
·
Observasi kondisi fisik
anak
·
Tes kemempuan fisik
secara umum
·
Pelaksanaan tes
kemampuan gerak
·
Pelaksanaan tes
neurologi
·
Pelaksanaan tes
kecacatan penyerta (mata, telinga, bicara dan bahasa, psikologis)
c. Tahap
Diagnosis dan Tindak Lanjut
Tahap diagnosis merupakan prosedur penentuan macam
kecacatan utama dan macam kecacatan penyerta yang dialami anak, juga untuk
penentuan program intervensi yang akan
dilakukan sebagai tindak lanjut hasil assesmen.
Kesimpulan
Kegiatan assesmen adalah kegiatan
pengumpulan informasi/data tentang anak
, keluarga dan lingkungan. Tujuan assesmen untuk mengenal dan memahami kondisi
ADGM, baik fisik maupun mental, baik kemampuan mapun ketidakmampuan
anak,keluarga, dan lingkungan.
Arah dan kegunaan hasil assesmen
adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi,
klasifikasi, dan data dasar
2. Pertimbangan
dalammenyusun program penempatan pendidikan
3. Pertimbangan
dalam penyususnan program rehabilitasi
4. Pertimbangan
dalam menyusun program pendidikan yang diindividualkan
Obyek
assesmen ADGM meliputi :
1.
Identitas anak
2.
Riwayat anak
3.
Kondisi kemampuan dan
ketidakmampuan fisik anak
4.
Kondisi kemampuan dan
ketidakmampuan psikis anak
5. Aspek
sosial
Tempat assesmen dapat dilakukan di
RS, sekolah, lembaga sosial masyarakat, tempat praktek spesialis tertentu.
Pelaksana assesmen adala teamwork seperti guru sekolah reguler, guru pendidikan
khusus, spesialis, terapis,orang tu yang sudah dilatih.
Teknik/metode assesmen ADGM terdiri
dari teknis tes dan nontes, yaitu
observasi, interview, tes dan pemeriksaan klinis. Instrumen assesmen adalah
instrumen yang di standardisasikan, dan
instrumen hasil pengembangan.
Prosedur asssesmen ADGM terdiri
dari tahap persiapan, pelaksanaan assesmen, dan dignosa dan tindak lanjut.
sumber:
Assjari, Musjafak. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Daksa, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
0 komentar:
Posting Komentar